Tidak seperti hari-hari sebelumnya, Sooyoung menjadi pendiam. Di jam istirahat, ia bahkan tidak pergi ke kantin atau sekedar mengunjungi departemen pemasaran untuk bertemu Sehun. Rekan-rekan kerjanya dibuat heran dengan sikap Sooyoung yang berubah drastis.
"Kau sedang ada masalah, Sooyoung-ssi?"
Sooyoung yang tengah melamun di mejanya tersentak kaget, "Tidak, Direktur." Dengan gugup ia menghindari tatapan tajam atasannya dan kembali melanjutkan rancangan yang belum selesai.
Seungwan yang berdiri di samping Sooyoung bersedekap tangan, "Kalau begitu, kenapa kau menyerahkan desain untuk Haneul Group di saat aku memintamu menyerahkan desain resort di Gangwon?" Terdengar nada kesal di sana. Wanita itu menarik dalam napasnya "untung saja aku memeriksanya sebelum rapat."
"Benarkah?" Sooyoung terkesiap, "maafkan saya, Direktur." Ia membungkukkan tubuhnya meminta maaf.
"Karena ini kesalahan pertama, aku maafkan." Seungwan menyodorkan tangannya, "sekarang, berikan yang aku minta."
"Direktur, bolehkah aku bertanya?" Sooyoung menunggu anggukan Seungwan sebelum melanjutkan, "apa benar Direktur Park pernah menikah?"
Lagi, Seungwan mengangguk, "Dua tahun lalu mereka bercerai."
"Siapa?"
"Maaf, Sooyoung. Aku tidak bisa menjawab lagi. ini masih jam kerja, kau ingat?"
Sooyoung kembali dalam keterdiamannya setelah Seungwan pergi. Sehun pernah menikah, dengan siapa?
Drrt~
Ponselnya berbunyi. Sebuah nomor tidak dikenal.
"Yeoboseyo."
.
.
Ragu, Sooyoung membuka pintu sebuah café tempatnya bertemu dengan seseorang yang menghubunginya tadi. Jantungnya berdebar sangat kencang. Jelas ia tahu apa alasannya. Karena saat ini juga ia akan kembali bertemu dengan "Appa."
Sooyoung menyapa seorang laki-laki paruh baya yang duduk di salah satu sudut café, tengah menikmati cangkir kopinya dengan begitu tenang. Oh, ia ingin menangis rasanya. Mengingat masa lalu yang begitu indah.
Ayah yang setiap pagi menikmati kopi buatannya.
"Tidak ingin memeluk?"
Air mata Sooyoung jatuh begitu saja saat ayahnya berdiri dan merentangkan tangannya lebar-lebar. Tanpa berpikir lagi, ia masuk ke dalam pelukan yang begitu dirindukannya, "Appa, maafkan aku."
"Appa yang bersalah disini. Kau tidak perlu minta maaf."
"Appa, aku sangat merindukanmu."
"Maafkan keegoisan Appa, Sooyoung-a."
Pertemuan dengan sang ayah sungguh membuat hatinya semakin menyesali keputusannya dulu.
.
.
Satu minggu Sooyoung tidak bertemu dengan Sehun. Rasanya bergitu rindu. Tapi ia tidak memiliki wajah untuk bertemu Sehun sekarang.
Awalnya ia mencoba menyangkal apa yang dikatakan Jaehyun, tapi setelah mendengar penjelasan dari ayahnya, ia justru semakin merasa tidak pantas bahkan untuk sekedar merindukan laki-laki itu.
"Appa menjodohkan kalian atas permintaan kakeknya Sehun. Appa tidak bisa menolak karena Tuan Oh yang telah merawat Appa sejak kakek dan nenekmu meninggal saat Appa berusia 16 tahun. Tuan Park lah yang telah membangkitkan semangat hidup Appa. Apalagi, saat itu penyakitnya semakin parah dan beliau hanya ingin melihat cucunya menikah dan hidup bahagia."
"Tapi bukan dengan menjodohkan-"
"Kau benar. Bahkan yang kutahu saat itu Sehun telah memiliki kekasih. Entah apa yang membuat Tuan Oh begitu kukuh menjodohkan kalian."
"Sehun memiliki kekasih?"
"Ya. Tapi mereka telah berpisah sejak Sehun menyetujui permintaan kakeknya."
Sooyoung terdiam, tidak tahu harus berkata seperi apa.
"Tuan Oh meninggal karena serangan jantung setelah mengetahui kau kabur."
Untuk kesekian kalinya air mata Sooyoung kembali mengalir. Salah satu dari banyak hal yang mmbuatnya semakin merasa bersalah. Sehun kehilangan kakek karena dirinya. Betapa jahatnya dirimu, Park Sooyoung?
Ting~
Suara lonceng kecil di atas pintu café menyadarkan Sooyoung dari lamunananya. Segera ia hapus air mata di kedua pipinya melihat sosok yang telah ditunggunya sejak satu jam yang lalu.
"Maaf aku terlambat."
"Gwaenchana, Sehun-ssi." Sooyoung tersenyum—dipaksakan— menanggapinya. Tidak. Ia tidak kecewa dengan keterlambatan itu.
Hari ini Sehun terlihat begitu tampan—seperti biasa. Wajahnya terlihat lebih bersinar dan apa Sooyoung bermimpi melihat kedua sudut bibirnya tertarik tadi? Benarkah Sehun tersenyum? Andai saja matanya adalah kamera yang memiliki ruang penyimpanan untuk memutar ulang apa yang dilihatnya.
Kejadian itu terjadi begitu cepat. Hanya sepersekian detik.
"Kalau kau hanya diam, aku pergi."
"Tunggu." Sooyoung meraih lengan Sehun yang akan beranjak pergi. Mungkinkah ia terdiam terlalu lama? Demi apapun, Sooyoung seperti kehilangan hampir seluruh kosakata di otaknya sekarang, "a-aku aku ingin minta maaf." Ia melanjutkan kalimatnya setelah Sehun kembali duduk.
"Untuk?"
"Maaf aku telah mengganggumu selama ini." Sooyoung menunduk, tidak berani menatap mata lawan bicaranya.
"Kau akan pergi?"
Jelas, Sooyoung mendengar kekhawatiran dalam suara itu. Tapi ia tidak mau terlalu percaya diri, "Apa kau takut aku pergi?" bodohnya Sooyoung yang mengharapkan Sehun menjawab 'iya' pada pertanyaannya.
"Tidak ada yang aku takuti di dunia ini." Sehun berucap datar dan itu sama sekali tidak menjawab pertanyaan Sooyoung.
"Sehun-ssi." Di bawah meja, kedua tangan Sooyoung berkeringat dan saling meremas dengan erat. Ia sangat gugup. Tapi secepatnya ia harus mengatakan tujuan yang sesungguhnya, "sebenarnya aku ingin minta maaf karena telah pergi delapan tahun lalu."
Diluar dugaan, Sehun tidak berekspresi apapun pada pernyataannya. Laki-laki itu menghela napas, "Aku sudah melupakannya."
"Maaf juga karena tidak mengenalimu." Betapa bodoh ia yang telah mempermalukan diri selama ini. Apa yang Sehun pikirkan tentang dirinya? Sudah jelas Sehun ingat siapa Sooyoung sebenarnya.
"Kau bahkan tidak pernah menganggapku ada saat itu."
Sakit. Sungguh kata-kata itu berhasil menusuk hatinya. Sooyoung semakin merasa bersalah.
"Sooyoung-ssi. Kau tahu? Semua ini tidak perlu, 'kan? maksudku, masa lalu itu. Itu tidak penting dan kita tidak perlu membahasnya lagi."
Tidak penting? Jadi ia tidak penting untuk Sehun?
Karma benar-benar sangat menyakitkan.
"Aku harus pergi sekarang."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't You Know?
Fanfiction[SEHUN X JOY] Sooyoung kabur di hari pernikahannya. Dia pergi ke Jerman untuk mewujudkan mimpinya sebagai arsitek, yang selalu ditentang oleh sang ayah. Delapan tahun mengasingkan diri di negeri orang, Sooyoung kembali ke Korea untuk menghadiri per...