2

81 19 0
                                    

Setelah delapan tahun, ini adalah kali pertama Sooyoung kembali menginjakkan kaki di tanah kelahiran. Tujuannya tidak lain adalah untuk menghadiri pernikahan Jung Jaehyun.

Anak itu sengaja datang ke Jerman untuk mengundangnya, tidak mungkin bukan, jika Sooyoung mengabaikan. Di sisi lain ia juga tidak akan melewatkan kesempatan menyaksikan adik kecilnya yang telah tumbuh begitu cepat mengucapkan janji suci.

Meski kemungkinan besar ia akan bertemu ayahnya juga keluarga yang lain.

Mood baik yang dibawa dari Jerman terjun bebas seketika di jalanan yang macet. Karena dikejar waktu, Sooyoung hanya check in dan berganti baju di hotel sebelum pergi ke tempat pernikahan. Jika saja bosnya tidak berulah dengan desain rancangannya, Sooyoung tidak akan datang mepet seperti ini. Saju jam lagi sumpah pernikahan, dan ia masih terjebak macet di jalan.

Bahkan ia masih pusing akibat jet lag.

"Ahjussi, tidak bisakah kita lewat jalan lain?" Sooyoung berucap tidak sabar pada sopir taksinya.

"Tidak bisa, Nona. Sepertinya di depan ada kecelakaan."

Sooyoung bersandar lelah di kursi, "Apa aku harus berjalan ke sana?" menghela nafasnya, Sooyoung mengeluarkan beberapa lembar uang dari dompet, "Ahjussi, saya turun di sini saja."

Tidak sampai lima belas menit perjalanan, Sooyoung menyesali keputusannya.

Sepertinya terlambat ke pernikahan Jaehyun lebih baik daripada ia harus berjalan di tengah musim panas seperti ini. Kemacetan sudah terlewati, lalu lalang kendaraan terlihat lancar.

"Lebih baik aku menunggu taksi."

Pandangan Sooyoung mengedar ke sekitar. Ia tersenyum menemukan halte yang tidak jauh di depan sana.

Di saat seperti ini, Sooyoung berharap hidupnya seperti di drama. Saat kau ingin naik taksi, maka ada taksi yang lewat.

"Park Sooyoung?"

Kepala Sooyoung mendongak mendengar namanya di sebut. Seorang laki-laki setengah baya dengan setelah formal tengah berdiri di hadapannya sekarang, "Anda siapa?"

Pandangan Sooyoung mengikuti laki-laki itu yang mengarah pada sebuah mobil mewah yang berhenti tidak jauh dari halte, "Appa."

.

.

Sooyoung memang mengantisipasi dirinya yang akan bertemu dengan sang ayah. Tapi ia tidak menyangka itu terjadi begitu cepat. Bahkan ia belum bernafas lega akibat kekesalannya.

"Bagaimana kabarmu?"

Sooyoung kira ayahnya akan marah dan memakinya yang telah mempermalukan keluarga. Bukan senyuman dan pelukan hangat yang sangat ia rindukan, "Kabarku baik, Appa bagaimana?"

"Seperti yang kau lihat."

Senyum tersungging di bibir Sooyoung melihat ayahnya yang terlihat sehat. Guratan di bawah matanya muncul setiap kali tersenyum, juga binar bahagia di pancaran matanya. Ia bersyukur ayahnya dapat hidup dengan baik.

Setelahnya, perjalanan hanya dihiasi dengan keheningan. Sooyoung merasa canggung untuk memulai percakapan. Pertemuan mereka sungguh tidak terduga dan Sooyoung masih berusaha menenangkan diri.

Keheningan itu terus berlanjut hingga mereka tiba di sebuah gedung yang menjadi tempat berlangsungnya pernikahan Jaehyun dan seseorang yang Sooyoung ingat bernama Yerim. Pemberkatan telah dilaksanakan, semoga saja Jaehyun tidak marah padanya.

"Kau bicaralah dengan Jaehyun. Appa akan menemui pamanmu."

Sooyoung hanya mengangguk. Ia mengedarkan padangan ke segala arah, mencari sosok sepupunya diantara kerumunan tamu-tamu. Sesekali ia menyapa keluarga yang dikenalnya. Beruntung mereka hanya saling bertukar kabar dan tidak menanyakan hal lain lagi.

"Sooyoung Noona! Aku tidak menyangka kau benar-benar datang."

Seruan bahagia Jaehyun membuat mereka menjadi pusat perhatian orang di sekitar untuk sesaat, "Siapa yang mengancam tidak akan menikah jika kau tidak datang?" Sooyoung memperhatikan sosok di samping Jaehyun. Pasangan sepupunya itu memiliki wajah yang begitu manis. Selera Jaehyun bagus juga.

"Kau mengatakan itu?"

"Aku hanya bercanda. Tidak serius mengatakannya."

"Jadi, apakah lebih baik aku tidak datang?" ia menatap pasangan pengantin baru yang tadi bermesraan seketika bertengkar karena satu kalimatnya.

"Noona, jangan berkata seperti itu. Kedatanganmu itu sangat berarti untukku." Jaehyun merajuk dan untuk beberapa saat Sooyoung terpaku, tidak menyangka Jaehyun masih bisa melakukan itu di depan pasangannya, "lebih baik kalian kenalan dulu. Sooyoung Noona, ini Kim Yerim."

.

.

Tidak lama Sooyoung berbincang dengan Jaehyun dan Yerim, karena pengantin baru itu harus menyapa tamu yang lain.

Akibatnya, disinilah Sooyoung. Sendirian. Semua orang sibuk dengan obrolan mereka yang tidak ia mengerti. Ayahnya juga tengah asyik berbincang dengan rekan-rekan bisnisnya. Sebenarnya banyak yang ingin ia tanyakan. Tapi dirasa saat ini bukanlah waktu yang tepat.

Lama menatap sang ayah, Sooyoung memilih berbalik. Ia tidak bisa lagi terlalu lama di ruangan itu. Tujuannya adalah menyaksikan pernikahan Jaehyun, dan itu telah ia lakukan. Kini saatnya untuk pergi.

BUGH

"Maafkan aku."

Refleks Sooyoung membungkukkan badannya meminta maaf pada orang yang baru saja ia tabrak. Sooyoung semakin merasa bersalah melihat noda minuman berwarna merah di kemeja putih lak-laki itu.

Sooyoung mengurungkan gerakan tangannya yang akan turut membersihkan noda di sana. Bukankah tidak sopan jika ia menyentuh laki-laki itu? Tapi apa yang harus dilakukannya sekarang? Beruntung posisinya saat ini tidak begitu ramai hingga mereka tidak menjadi pusat perhatian.

"Maaf." Sekali lagi Sooyoung mengucap kata maaf.

"Gwaenchana."

Untuk beberapa saat Sooyoung tertegun melihat wajah tersenyum laki-laki di depannya.

Penampilannya begitu mengagumkan. Celana bahan hitam dan kemeja putih yang pas di tubuhnya, memperlihatkan betapa kekar bentuk pahatan di balik sana. Rambutnya yang hitam legam yang tertata rapi begitu mendukung paras tampannya.

Banyak laki-laki tampan di Jerman, tapi tidak ada yang bisa menggetarkan hatinya seperti ini.

Apakah laki-laki itu kenalannya Jaehyun? Kalau iya, betapa menyesalnya Sooyoung yang tidak tahu. Padahal dulu ia mengenal siapa saja teman-teman Jaehyun. Mulai dari teman-teman sekolah hingga teman hangout anak itu.

Atau mungkin kenalan atau saudara Yerim?

"Nodanya tidak akan hilang," tidak tahu juga sebenarnya noda itu akan hilang atau tidak. Sooyoung tidak pernah mencuci pakaiannya sendiri, "aku akan bertanggung jawab."

"Tidak perlu."

"Aku benar-benar akan bertanggung jawab," setengah bersalah, setengah memanfaatkan situasi. Sooyoung tidak akan menyia-nyiakan keadaan untuk lebih dekat dengan laki-laki tampan itu, "aku Park Sooyoung, sepupunya Jaehyun." Sooyoung mengulurkan tangannya. Dahinya mengernyit melihat laki-laki di depannya yang justru hanya diam.

"Aku Oh Sehun."

Hanya perasaan Sooyoung atau laki-laki itu memang ragu menyebut namanya?

"Kau kenalannya Jaehyun?"

"Bisa dibilang begitu."

Sooyoung menatap tangannya yang masih menggantung di udara dan laki-laki bernama Oh Sehun—yang telah pergi— itu bergantian. Sungguh terluka harga dirinya. Bagaimana mungkin laki-laki itu bahkan tidak melirik tangannya sedikitpun?

"Cih, sombong sekali."

...

Don't You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang