4

70 19 2
                                    

Total orang yang berada di departemen desain ada 7 orang termasuk Sooyoung. Ada Shon Seungwan yang menjabat menjabat sebagai direktur, lalu ada manager Do Kyungsoo dan 4 staff lain yang belum Sooyoung hafal nama beserta wajahnya.

Sooyoung itu sama sekali tidak pandai menghafal wajah orang beserta namanya. Entah apa yang terjadi dengan memori jangka panjangnya. Teman-temannya selalu mengatakan itu adalah kutukan dari lahir.

Menyebalkan bukan?

"Terima kasih, Taeil-ssi." Sooyoung tersenyum pada seorang rekannya yang menuangkan soju.

Departemen desain memang tengah mengadakan pesta penyambutan untuknya. Di sebuah restoran merangkap bar.

"Aku Doyoung, Sooyoung-ssi."

Mata Sooyoung mendelik. Lalu ia melihat seorang di samping Doyoung yang dikatakan sebagai Taeil, "Maaf Doyoung-ssi."

"Tidak masalah. Lagipula, kita baru satu hari berkenalan.

Bersyukurlah rekan-rekannya yang sekarang begitu pengertian. Semoga saja ia tidak butuh waktu lama untuk menghafal. Jangan sampai pengalamannya sebagai karyawan baru di perusahaannya yang dulu terulah kembali. Pengertian yang diberikan rekan-rekannya berubah menjadi kebencian saat Sooyoung tidak juga menyebut nama mereka dengan benar setelah dua bulan.

"Pesan sesuka kalian, aku yang akan membayar semuanya!"

Direkturnya yang setengah mabuk berteriak dari tempatnya. Dalam hati Sooyoung mendecih. Jika bukan karena kartu kredit perusahaan pasti direkturnya itu tidak akan berbicara seperti tadi dengan lantangnya.

Sooyoung tahu darimana? Tentu saja dari Doyoung yang baru saja memberitahunya.

"Direktur Shon memang orang yang menyenangkan. Tapi juga menyebalkan dalam beberapa waktu. Kau harus kuat menghadapi perubahan sifatnya."

Sooyoung mengangguk mendengar perkataan Doyoung, "Seperti orang hamil saja."

"Ssstt." Doyoung meletakkan telunjuk di bibirnya, "Direktur Shon seperti itu karena hubungannya dengan kekasihnya tidak direstui oleh keluarga."

Bukannya iba, Sooyoung justru tertawa mendengarnya. Apalagi di depan sana orang yang mereka bicarakan tengah menyanyi tidak jelas.

"Direktur Oh!"

Semua orang termasuk Sooyoung mengalihkan pandangannya pada sosok yang namanya baru saja diserukan Seungwan.

Benar, itu Oh Sehun. Apa yang ia lakukan?

"Kalian akan berpesta juga?"

Pertanyaan Sooyoung terjawab oleh pertanyaan Seungwan dan beberapa orang yang muncul dari balik tubuh tinggi Sehun. Mereka adalah tim pemasaran tapi tidak ada Yerim. Sepertinya paasngan overprotectivenya tidak mengijinkan.

.

.

Sempat Sooyoung mengira jika Sehun memang memiliki kepribadian yang kaku dan dingin—seperti apa yang selalu laki-laki itu tunjukkan padanya. Tapi sepertinya dugaan itu salah besar.

Departemen Pemasaran yang baru saja datang memutuskan untuk bergabung bersama Departemen Desain, membuat Sooyoung dengan jelas melihat interaksi Sehun dengan orang-orang. Sehun yang selalu menebar senyum dan terlihat sangat ramah, sungguh Sooyoung tidak menyangka sifat seprti itu ada pada seorang Oh Sehun.

Ia menyapa semua anggota departemen desain dengan senyumnya yang lebar—kecuali pada Sooyoung. Apakah Sooyoung melakukan sesuatu yang tidak Sehun suka? Tapi apa?

Apa Sehun masih marah karena Sooyoung menabraknya saat itu? Tapi bukankah Sehun bilang tidak apa-apa dan melarangnya bertanggung jawab. Lagipula kejadian itu sudah lewat berbulan-bulan lalu.

"Sooyoung-ssi, kau melamun?"

Sooyoung menggeleng menjawab pertanyaan Seungwan yang tengah berusaha mempertahankan kesadarannya..

"Mau satu gelas?"

Sooyoung ingin menolak tapi melihat hampir semua teman-temannya telah mabuk bahkan Sehun juga sudah meletakkan kepalanya di meja. "Terima kasih."

Sooyoung memang suka minum, tapi kadar toleransinya tergolong rendah. Baru menghabiskan 5 gelas tapi rasanya sudah pusing sekali. "Direktur, bolehkah aku bertanya?" di ambang kesadarannya, Sooyoung berucap.

"Tentu saja." Seungwan dengan kepalanya yang berkali-kali hampir membentur meja menjawab. Wanita itu sudah menghabiskan dua botol dan masih sadar dengan sekitar. Hebat sekali.

"Oh Sehun. Seperti apa orang itu?" Sooyoung menunjuk Sehun yang duduk di kursi yang paling jauh darinya. Terlihat sekali Sehun menghindar karena kursi di sebelah Sooyoung itu kosong dan lebih dekat dengan pintu masuk.

Seungwan terkekeh, "Kau tertarik padanya?"

"Haruskah aku menjawab? Aku yang bertanya lebih dulu." Dengus Sooyoung. jika tidak ingat posisi, mungkin Sooyoung sudah membenturkan kepala itu ke meja.

Lagi-lagi, Seungwan terkekeh, "Baiklah. Oh Sehun, dia orang yang sempurna." Ucapannya terhenti oleh suara cegukan, "tampan, sangat ramah, dan tentunya dia kaya. Jika kau menyukainya, maka sainganmu ada lebih dari setengah karyawan di kantor." kedua tangannya membuat getur yang menunjukkan saingannya adalah jumlah yang banyak tak terhingga.

"Kau juga?"

Seungwan menggeleng sambil tertawa, "Dia bukan tipeku, Sooyoung-ssi."

.

.

Kepala Sooyoung yang tergeletak di meja mendongak, Ia terbangun saat merasakan seseorang menepuk bahunya.

"Kau tidak pulang?"

Beberapa kali, matanya mengerjap, mencoba fokus pada wajah seseorang yang terasa begitu dekat dengannya. Oh Sehun. Apakah Sooyoung bermimpi?

"Aku akan menghubungi Yerim."

Sooyoung mencekal tangan Sehun dan merasakan jika orang di hadapannya ini benar-benar nyata, "Sehun-ssi. Bolehkah aku memanggilmu seperti itu?" sadar atau tidak, Sooyoung hanya mengatakan apa yang ingin ia katakan sekarang.

Melihat laki-laki itu yang hanya diam, Sooyoung menarik Sehun untuk duduk di sampingnya, "Apa kau tidak menyukaiku?" kali ini pertanyaannya menuntut jawab. Dirinya dibuat begitu penasaran dengan perbedaan sikap Sehun padanya dan orang lain.

"Apa yang kau katakan?"

Sooyoung memang mabuk, tapi ia masih bisa mengerti apa yang ia katakan dan dengar. Termasuk laki-laki didepannya yang terlihat emosi. Sooyoung bisa merasakannya, "Kau sangat ramah pada semua orang, tapi kau," Sooyoung menunjuk tepat di depan hidung Sehun, "sikapmu begitu dingin padaku." Akhir suaranya terdengar lirih, dibuat semenyedihkan mungkin.

"Apa itu mengganggumu?"

Di sisa kesadarannya, Sooyoung tidak tahu Sehun mabuk atau tidak, karena semakin lama, bayangan laki-laki itu semakin memudar. "Aku tertarik padamu, Sehun-ssi. Sejak di pernikahan Jaehyun dan Yerim."

"Apa buktinya kau tertarik padaku?"

Sooyoung tidak bisa berpikir panjang memikirkan bukti yang Sehun maksud. Otaknya tidak mampu berpikir apa-apa sekarang. Dalam pandangannya sekarang, bibir Sehun yang tersenyum miring terlihat begitu menggoda.

CUP

Tanpa aba-aba ia menarik tengkuk Sehun dan menempelkan bibir mereka. Hanya beberapa saat sebelum Sooyoung benar-benar kehilangan kesadarannya.

...

Don't You Know?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang