Jika mengingat kejadian malam itu, dimana Sooyoung yang mabuk tiba-tiba mencium Sehun, mungkin seharusnya Sooyoung malu atau canggung untuk bertemu. Tapi tidak, Sooyoung justru merasa sangat senang dan seolah bunga-bunga imajiner berterbangan di sekelilingnya setiap mengingat kejadian itu.
Sehun memang bukan ciuman pertamanya. Tapi bibir Sehun sungguh membuat jantungnya berdebar-debar tidak karuan. Dari banyak hal, Sooyoung merutuki bagaimana dirinya yang kehilangan kesadaran. Mungkin jika tidak, sesuatu yang lebih jauh akan terjadi.
Park Sooyoung apa yang baru saja kau pikirkan?
Sooyoung bukanlah orang yang polos sebenarnya. Sejak berada di Jerman, ia sudah sangat iri dengan teman-temannya yang bercerita tentang kencan-kencan mereka yang berakhir dengan malam panas. Bahkan Kevin selalu mengolok-oloknya yang terkesan sangat kolot karena tidak mau berkencan dengan siapapun.
Bukannya tidak mau, ia hanya tidak tertarik dengan orang-orang di sana.
"Kau benar-benar tertarik padaku, Sooyoung-ssi?"
Sore itu, Sooyoung yang heran melihat Sehun yang berjalan keluar kantor tanpa mobilnya memutuskan untuk mengikuti Sehun. Sangat jauh laki-laki itu berjalan, hingga kaki Sooyoung mau lepas rasanya. Pegal sekali.
Setelah hampir setengah jam lamanya, akhirnya Sehun berhenti di sebuah taman dan tanpa disangka, ternyata Sehun menyadari keberadaan Sooyoung sejak di kantor.
"Tentu saja."
Sehun duduk di salah satu bangku dan Sooyoung mengikutinya, "Aku kira kau hanya mabuk saat itu." ucap Sehun tanpa menatap Sooyoung.
Sooyoung menatap sisi wajah Sehun. "Bukankah orang mabuk selalu berkata jujur?" Dilihat dari sisi manapun Sehun benar-benar tampan.
"Begitukah?" Sehun menatap Sooyoung sekilas, sebelum akhirnya kepala itu menunduk sejenak lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar, "tidakkah kau mengingatku?"
Sooyoung yang heran melihat ekspresi Sehun yang berubah, menatap laki-laki itu tanpa berkedip, "Apa kita pernah bertemu sebelumnya?"
Sehun tertawa. Kemudian pergi.
Dan sekali lagi Sooyoung hanya mampu melihat punggung Sehun yang semakin jauh. Entah apa yang membuat Sooyoung tidak bisa berhenti mengejar laki-laki itu. Meski hanya sikap dingin dan jawaban ketus yang Sehun berikan, hatinya selalu menolak setiap ia berfikir untuk menjauhi Sehun.
"Beginikah rasanya patah hati?" tangannya terangkat merasakan degupan jantung yang menggila, ia meremas kemeja kuat, rasanya menyakitkan. Sungguh rasanya sakit sekali.
.
.
Apa Sooyoung terlalu terbuka dengan perasaannya? Apa Sehun merasa terganggu dengan keberadaan Sooyoung di sekitarnya? Atau Sehun terganggu karena perasaan yang dimiliki Sooyoung?
Sejak kejadian di taman itu, Sehun menjauh. Sooyoung tidak bisa lagi menemukan Sehun di kantin. Bahkan Sooyoung sengaja berangkat lebih awal atau pulang paling akhir untuk bisa bertemu Sehun. Tapi semua itu hanya berakhir sia-sia.
Yerim pun tidak banyak membantu. Apalagi Sooyoung sudah pindah ke apartemennya sendiri sekarang.
"Yerim-a, apa Sehun ada?"
Disinilah Sooyoung sekarang, departemen desain. Rutinitas yang dilakukannya saat istirahat makan siang.
"Ada. Tapi maaf Eonni, Direktur tidak ingin bertemu dengan siapapun."
Sooyoung menunduk. Biarlah ia terlihat menyedihkan. Memang kenyataannya ia sedang sedih sekarang. Sebenarnya apa kesalahan yang Sooyoung lakukan hingga Sehun memperlakukannya seperti ini?
"Bisakah kau beritahu dia jika aku mencarinya?" Sooyoung tidak tahu arti dari permintaannya. Yang jelas ia hanya ingin bertemu Sehun.
"Maaf, Eonni. Tapi aku sudah memberitahunya."
Mata Sooyoung memanas. Ia ingin menangis rasanya. Cinta sepihak ternyata begitu menyakitkan. Haruskah sekarang ia menyerah? "Baiklah. Kalau begitu, aku permisi."
.
.
"Maaf aku terlambat, Noona."
Sooyoung hanya mengangguk tanpa menatap Jaehyun. Matanya sibuk memandangi minuman yang sedari diaduk-aduknya.
"Noona, kau jelek sekali dengan wajah seperti itu."
Ingin rasanya Sooyoung menyiram minumannya ke wajah menyebalkan Jaehyun. Untung saja Sooyoung yang minta bertemu dan Sooyoung yang membutuhkan Jaehyun saat ini, "Tutup mulutmu sebelum kesabaranku habis, Jung."
"Aku hanya bercanda, Noona." Jaehyun tertawa, tapi hanya beberapa detik sampai Sooyoung mendongak menatapnya, "Noona, apa ada masalah?" tatapannya berubah, penuh kekhawatiran.
"Sehun tidak mau menemuiku lagi, Jae." Sooyoung menarik dalam nafasnya, "apa aku harus menyerah sekarang?" ia ingin menyerah. Tapi sebanyak apapun keinginan itu ada, semakin besar pula hatinya menolak.
"Kau sungguh jatuh cinta, Noona?"
Apa-apaan dengan reaksi Jaehyun itu? "Memang kenapa jika aku jatuh cinta?" Sooyoung kembali menunduk. Setiap kali mengingat tentang Sehun, hatinya terasa sakit.
"Aku kira saat itu kau hanya membual," Jaehyun mengambil tanpa permisi minuman Sooyoung, meneguknya hingga habis, "tapi, dari sekian banyak orang, kenapa Oh Sehun?"
"Kenapa? Dia masih single kan?"
"Lebih tepatnya duda, Noona."
Mata Sooyoung terbelalak. Sungguh ia baru tahu status Sehun yang itu, "Dia pernah menikah?"
Jaehyun mengangguk, "Tapi bukan itu masalahnya. Jika kau benar cinta, pasti itu bukan penghalang 'kan?"
Sooyoung mengangguk. Benar. Mendengar status Sehun sebenarnya, hatinya tetap tertarik untuk mencintai laki-laki itu. Ia hanya terkejut tadi, "Lalu apa?"
"Kau tidak mengingatnya?"
"Mengingat apa?" lalu Sooyoung ingat tentang percakapannya dengan Sehun terakhir kali, "sebenarnya apa maksudmu dan Sehun?" mengapa mereka berdua berbicara tentang dirinya yang seolah pernah mengenal Sehun di masa lalu.
"Kau pernah hampir menikah, 'kan?"
Sooyoung mendengus. Mereka tengah membahas Sehun. Kenapa tiba-tiba membahas tentang itu? "Jangan bahas masalah itu lagi." Sooyoung ingin melupakannya, tapi Jaehyun justru mengingatkannya lagi.
"Apa kau tidak ingat calon suamimu?"
Dahi Sooyoung mengernyit, lalu menggeleng, "Seingatku, aku hanya bertemu dengannya dua kali. Saat perkenalan dan penentuan tanggal pernikahan." Ya, karena Sooyoung tidak pernah hadir di setiap kencan mereka.
"Oh Sehun."
"Apa?"
"Mantan calon suamimu itu Oh Sehun, Noona."
Sooyoung tertawa, "Kau bercanda?" ia tahu jika Jaehyun memang suka bercanda. Tapi candaannya kali ini sungguh tidak lucu. Sooyoung memang tidak ingat sedikitpun tentang calonnya dulu. Tapi, haruskah dia Oh Sehun?
"Apa aku terlihat bercanda?"
"Kau jangan membohongiku, Jung Jaehyun."
"Ah, aku ingat pernah memposting undangan pernikahanmu di SNS." Jaehyun mengeluarkan ponsel dari sakunya. "kau bisa lihat ini."
Sooyoung membeku di tempatnya melihat foto yang Jaehyun tunjukkan. Hanya sebuah undangan berwarna cokelat yang terlihat elegan, tapi nama yang jelas tertulis di sana sungguh meruntuhkan dunianya.
'Oh Sehun & Park Sooyoung'
"Tidak mungkin."
...
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't You Know?
Fanfiction[SEHUN X JOY] Sooyoung kabur di hari pernikahannya. Dia pergi ke Jerman untuk mewujudkan mimpinya sebagai arsitek, yang selalu ditentang oleh sang ayah. Delapan tahun mengasingkan diri di negeri orang, Sooyoung kembali ke Korea untuk menghadiri per...