Ternyata Benar

1 0 0
                                    

Sudah seminggu berlalu, semenjak Alvaro menyatai cinta nya kepada Adel ia tak pernah ada kabar lagi. Hal itu membuat Adel semakin yakin bahwa ia hanya dipermainkan.

Melihat Adel yang setiap hari galau pun membuat Yudha, Gilang, dan Rayyan berusaha untuk membuat Adel tersenyum. Namun hasil nya nihil, Adel hanya tersenyum kecil tak seperti biasanya.

***

Kini Adel, Rayyan, Yudha, Gilang, Keysia, Clara, dan Rika tengah duduk didalam kelas karena saat ini tengah jamkos.

Semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Seperti Yudha, Gilang, dan Rika yang tengah bermain permainan saat masa kecil. Dan seperti Rayyan, Clara, dan Keysia yang tengah sibuk berbincang-bincang sambil bermain hp.

Namun diantara mereka semua, tampak Adel yang tengah tak bersemangat. Semenjak Alvaro menghilang, ia seperti tak punya semangat hidup lagi. Ia jarang sekali tersenyum. Hal itu membuat sahabat, keluarga dan orang di sekitarnya itu cemas.

Yudha yang sedari tadi memperhatikan Adel pun akhirnya memutuskan untuk mengajak Adel mengobrol.

"Del, nggak usah dipikirin tentang cowok itu," ucap Yudha membuyarkan lamunan Adel.

"Nggak semudah itu buat ngelupain seseorang yang udah berarti di hidup kita,"

"Gue tau banget soal itu, karena gue juga pernah kayak gitu Del. Tapi coba lo buat buka hati untuk cowok lain,"

"Gue selalu nyoba, tapi belum bisa aja,"

"Lo harus dengerin gue, keluarga lo cemas sama keadaan lo sekarang. Mereka takut lo bakal kayak gini selamanya.  Lo berubah drastis Del. Dimana Adel yang ceria? Dimana Adel yang cerewet yang pernah gue kenal?"

Adel yang mendengar hal tersebut langsung tertunduk lesu. Ia tau pasti orang tua nya cemas atas sifatnya sekarang. Apalagi abang nya, ia yakin sebentar lagi abang nya itu akan muak kepada Alvaro dan akan menyakiti yang bernama Alvaro itu.

"Sekarang, lo berhenti buat mikirin Alvaro itu. Gue yakin dia emang jadiin lo sebagai mainan nya. Jangan pernah mau dimainin sama cowok. Kalo dia dateng ke kehidupan lo, lo usir dia," nasehat Yudha kepada Adel.

"Makanya doain gue buat bisa ngusir dia dalam pikiran gue,"

"Gue selalu doain lo kok,"

***

Bel pulang sudah berbunyi lima menit yang lalu. Adel keluar kelas dan menunggu Indri yang masih didalam kelas. Saat sahabatnya itu sudah keluar, mereka berjalan ke arah gerbang untuk menunggu abang masing-masing. Ya indri juga punya abang, ia dan abangnya hanya jarang dua tahun sedangkan Adel dan Yanda jarang lima tahun.

Saat mereka tengah menunggu, Adel mendapat pesan dari abangnya bahwa abang nya tersebut tak bisa menjemputnya pulang karena mendadak dapat tugas. Adel pun menghela nafas, ia sudah menduga hal ini sedari tadi.

"Kenapa Del?" tanya Indri.

"Abang gue nggak bisa jemput, mendadak ada tugas katanya,"

"Owh yaudah, sama gue aja nebeng ntar,"

"Nggak papa nih?"

"Sans lah, kek sama siapa aja lo,"

"Hehehehe iya juga sih,"

"Eh itu Alvaro kan?"

Adel yang mendengar ucapan Indri itu pun langsung mencari orang yang ditunjuk oleh Indri. Ternyata benar, itu Alvaro tengah menjemput Rio adik nya.

Fyi, Rio itu ketua kelas dikelas nya Adel. Mereka itu sekelas, so semua gerak gerik Adel pasti tau oleh Alvaro dari Rio.

"Bener In, gue samperin ya," ucap Adel berjalan ke arah Alvaro.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 22, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Perfect Heart But A LieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang