"Kau sudah merencanakan semua ini ya?" Agaknya pertanyaan dengan raut cemooh itu menjadi petujuk betapa tidak sukaanya sosok ini pada pria di hadapan. Mengukirkan senyum seolah tak terpengaruh, Kim Seokjin lebih memilih menjatuhkan tumpuannya pada dinding di belakang.
"Tidak," jawab Seokjin sembari tak melepaskan fokusnya pada Yeon Ah yang kini menyunggikan senyum mengejek atas jawabannya. Raut meremehkan pada paras cantik itu masih tidak berubah. "Kau dengar sendiri bukan? Ini semua kemauan Profesor Lee."
"Hentikan kebiasaan omong kosongmu itu."
"Konfersi di Jepang Profesor Lee di luar kewenanganku, lagi pula konfersi itu sudah di rencanakan jauh sebelumnya. Jika kau tidak berkenan, aku tidak masalah untuk tidak melakukan operasi ayahmu."
Mengatupkan bibir rapat, Yeon Ah tak tahu harus menjawab apa. Kepalanya terasa pening dengan takdir yang tak tak ubahnya bak kotoran ini. Pernyataan profesor tua tadi kembali terngiang di kepalanya. Yeon Ah tidak pernah meragukan kemampuan Seokjin sejak dulu. Tak mengherankan, dengan kemampuan dan otak di atas rata-rata profesi dokter dapat di raihnya dengan mudah. Bahkan Profesor Lee pun membangga-banggakannya hingga membuat gadis ini sedikit muak.
"Sisihkan egomu, ayahmu harus melakukan dua operasi sekaligus besok. Aku akan melakukan pekerjaanku secara profesional, aku juga sudah memeriksa catatan perkembangan kondisi ayahmu. Tapi aku tidak bisa memaksakan, kau berhak atas pasien sebagai wali."
"Bisakah kau menjanjikan itu?" Seokjin menaikan satu alisnya sebagai tanggapan, tak ingin menanggapi langsung. "Bersikap profesional tanpa peduli masa lalu di antara kita."
"Aku berjanji."
"Tolong selamatkan ayahku, Dokter Kim. Aku mempercayakannya padamu."
-***-
Mulanya Yeon Ah berusaha mungkin memfokuskan diri pada lembar pekerjaannya, mencoba mengabaikan kejadian sialan yang ia jalani beberapa jam lalu. Kenapa dari semua orang ia harus kembali berurusan pada Si Brengsek itu lagi?
Baik, memang ia terlalu kekanakan untuk menjadi pendendam pada perasaan ingusan di masa lalu. Bahkan pria itu mengatakan sendiri bukan, bahwa masa lalu mereka benar-benar terlalu naif dan kekanak-kanakan? Kim Seokjin benar-benar bajingan dari semua bajingan. Setiap kali mengingat ataupun menatap pria itu secara langsung, darahnya terasa langsung mendidih seketika.
Menghentakan kaki kesal menyadari betapa sialnya kehidupan yang tengah dijalani. Park Yeon Ah memilih mengacak surainya sembari berteriak cukup lantang hingga memenuhi ruang kerjanya. Membenamkan diri pada tumpukan tebal naskah di depannya, ingatannya seolah kembali dibangunkan dengan fakta bahwa beberapa menit lalu rumah sakit menelepon mengenai biaya administrasi.
Sial! Sial! Sial! Bahkan ia sudah menotalkan seluruh harta berharganya terasa percuma juga, yang ada ia hanya akan menjadi gelandangan. Asuransi pun terlalu berbelit-belit, omong kosong! Lantas Yeon Ah lebih memilih mengambil ponselnya, lagi pula kehidupannya juga sudah seperti tahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
[M] GREY [KSJ]
Fanfiction"Jangan pernah libatkan perasanmu terlalu jauh pada seorang Kim Seokjin." Berkali-kali Yoongi mengingatkanku akan hal tersebut. Namun memang aku terlalu bodoh yang mengabaikan semuanya, termasuk logika awalku. Hingga kini aku menyadari bahwa semuan...