5- Praktek bola Basket

12 5 8
                                    

Happy Reading

~~~

Matahari terik pada siang di hari Kamis ini. Tak melunturkan semangat murid kelas XI IPA 2 yang sedang berlatih untuk praktek bermain bola basket di lapangan outdoor.
Rara dan Nindi sedang berada di pinggir lapangan sambil berlatih men-dribble bola basket. Tak terasa sudah dua Minggu Rara bersekolah di SMA Saturnus.

"Nin," lirih Rara.

Nindi menghentikan men-dribble bolanya kemudian menengok ke arah Rara dengan menaikkan satu alisnya.

"Huaa, gak bisa." Rara menjatuhkan bola basket dengan muka kesal.

Para teman-teman nya yang sedang latihan, menengok ke arah mereka berdua termasuk Rara karena teriakannya yang lumayan keras. Untung saja pak Samsul — guru olahraga, sedang berada di toilet kalau tidak bisa-bisa mereka dihukum. Nindi segera memberikan senyum tidak enak ke arah teman-temannya.

"Dicoba dulu, Ra." Nindi mengambil bola basket yang ia lempar tepat di dekat kakinya dan memberikannya ke Rara.

"Huaa, gak mau. Mau main bulu tangkis aja." Rara mengambil bola itu seraya memukulnya dengan raut wajah cemberut.

"Sini gue ajarin."

"Gak mau, maunya Bulu tangkis," ucap Rara sembari menunjukkan puppy eyes nya kepada Nindi.

"Lah, malah nawar." Nindi menoyor dahi Rara pelan. Semenjak mereka duduk sebangku sudah membuat mereka telah akrab.

Rara mengusap dahinya dengan kasar sembari mengejek Nindi yang segera pura-pura fokus men-dribble kembali bolanya. Karena dari arah berjauhan pak Samsul — guru olahraga telah datang. Rara pun segera mencoba men-dribble lagi, tetapi sebuah tangan mengambil alih bola itu. Ia segera menengok ke arah cowok yang berfokus ke arah bola basket itu tepat di samping wajahnya.

Para teman-teman sekelas Rara terutama perempuan ada yang terbawa perasaan melihatnya, ada yang kesal, cemburu, bahkan ada yang biasa saja. sedangkan para cowok hanya santai melihat hal itu.

"Kalau dribble, Pantulkan bolanya pakai satu tangan. Terus saat bolanya bergerak ke atas terima pakai telapak tangan sesuai bola. bolanya jangan dipukul dengan telapak tangan tapi, Lo pantulkan bolanya ditekan dengan jari-jari dibantu sama gerakan pergelangan tangan," ucap cowok itu panjang lebar dengan membagi fokus antara bola basket dan Rara.

Cowok itu menjentikkan jarinya di depan wajah Rara. Rara yang langsung tersadar dalam lamunannya karena fokus memperhatikan, segera mengambil alih bola basket itu.

"Ngerti?" Cowok itu mengangkat alis.

Rara hanya menggelengkan kepala dengan wajah polosnya.

Cowok itu mengembuskan nafasnya kasar. Netranya yang hitam legam menambah kesan wajah dinginnya dan segera berlalu pergi membiarkan Rara yang masih terdiam.

"Ra," seru Nindi dari samping.

"Eh, iya." Rara menengok ke arah Nindi.

"Lo, gak mau ucapin terima kasih sekaligus selamat ke Revan?" tanya Nindi sekaligus sindiran halus.

"Buat apa?" jawab Rara masih dalam keadaan bingung.

"Gue rasa lo lagi ngigo ya?" ujar Nindi, "Tadi Revan yang ngajarin Lo voli sekaligus pemenang kompetisi basket nasional," jelas Nindi.

"Oh, gitu ya."

Nindi menepuk dahinya, mengapa teman sebangkunya itu lemotnya tidak sesuai keadaan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 19, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RevSya [Ongoing]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang