Lembar: 01 - Kursi Yang Malang

1.3K 182 62
                                    

"El, pergilah ke perpustakaan dan ambilkan rangkuman fisika kelas 11." Pak Hans mencegah pemuda berseragam di depannya dengan sebuah titah.

El membalik setengah badannya. Baru saja ia berniat keluar dari ruangan itu. Namun, sepertinya wali kelasnya tak rela jika ia tak mendapat sedikit tugas sebelum pergi.

El hanya bisa mengangguk. "Baik, Pak."

***

Ruang perpustakaan cukup sepi sore ini. Tak mau membuang waktu, pemuda itu segera mencari rangkuman yang dimaksud.

BRAK!

El berbalik. Perpustakaan hanya menyisakan 7 orang—termasuk dirinya. Suara itu berasal dari tengah ruangan. Salah satu kursi yang mengelilingi meja baca terlempar ke lantai.

"Ma-maaf," lirih seorang siswi yang sepertinya tak sengaja menyenggol kursi tersebut.

Semua mata masih menatap gadis itu. Termasuk El yang berada tak jauh dari tempat siswi itu berdiri.

Gadis berkacamata tersebut segera membereskan kursi dan beberapa buku yang berserak. Sepertinya ia baru saja terbangun dari tidur. Lantas panik karena ia harus segera keluar dari perpustakaan saat itu juga.

Usai membereskan barangnya, ia berlarian keluar setelah beberapa kali minta maaf pada orang-orang di perpustakaan.

Hening.

Beberapa detik kemudian, orang-orang kembali melanjutkan aktivitasnya.

Tapi El tidak. Pemuda dengan tatapan dingin itu berjalan mendekat ke meja tempat gadis tadi membuat keributan sesaat.

Sebuah buku bersampul biru tua tergeletak di lantai. El bukan pria yang bisa dikatakan peduli akan hal-hal seperti itu. Orang normal akan bersikap acuh tak acuh jika menemukan buku seorang gadis tertinggal. Mungkin budaya nanti siswi itu kembali dan mengambil bukunya sudah tertanam di kepala masing-masing orang.

El juga seperti itu. Ia terlalu dingin dan kaku. Tetapi, melihat benda yang mungkin hanya kaum perempuan yang memilikinya, membuat rasa penasaran El memuncak. Pemuda yang terkenal tertutup dengan tatapan datar itu membungkuk untuk mengambil benda itu.

Ditimangnya diary tersebut dengan tangannya. Mata sendunya melirik ke sekeliling ruangan. Tak ada yang melihatnya.

Orang-orang di perpustakaan sudah sibuk dengan kegiatan mereka masing-masing. Tak ada yang menyadari kalau El sedang memegang buku diary milik gadis cupu barusan.

Mata El kembali menatap benda di tangannya. "Dari dulu gue penasaran sama isi diary cewek," batin El penasaran.

Sekarang, dia bimbang. Antara membuka atau menaruh buku itu ke atas meja.

Lelaki itu menelan ludah.

***
Bersambung
.
.

Author: Pencet bintangnya!
Readers: Tydac Mau!
Author: Pencet atau gak lanjut?
Readers: /Pencet byntanc
Author: Terimagaji :V
Readers: Masama!!

Blue Diary | ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang