Ditengah pelajaran berlangsung Kinan meminta izin pada Bu Rusfi untuk pergi ke toilet.
Kinan mempercepat jalannya agar segera tiba di toilet. Sial kenapa toiletnya jauh sekali.
Sesampainya di toilet Kinan sampai di toilet dan langsung masuk ke dalam salah satu bilik toilet yang kosong. Selesai buang air kecil Kinan berniat segera keluar, namun pintunya tidak bisa dibuka. Sial bagaimana bisa terjadi.
"Tolong, yang diluar bukain dong gue kekunci nih di dalam"
Namun tidak ada sahutan dari luar, padahal tadi Kinan yakin ada orang diluar. Kinan mengingat-ingat siapa tadi yang diluar, dan baru sadar kalau yang diluar adalah Melisa. Sial pasti yang menguncinya Melisa.
"Mel, lo masih di luar kan?"
"Mel bukain, jangan main-main"
Tetap tidak ada sahutan.
"Mel. Lo kunciin gue ya?"
Terdengar suara tawa diluar, "iya. Kenapa?"
"Bukain"
"Nggak akan"
"Salah apa sih gue sama lo"
"Banyak, lo selalu ngrebut perhatian Ardy dari gue. Ini masih permulaan, kalau lo masih deketin Ardy terus gue jamin hidup lo bakal menderita."
"Gue nggak pernah deketin Ardy Mel. Dia itu cuma tetangga gue."
"Bodoamat. Udah ya gue mau pergi daa Kinan"
Kinan memukul-mukul pintu berharap ada yang mendengarnya. Sial Melisa benar-benar meninggalkannya.
"Seseorang yang diluar toloong. Ada yang kekunci di dalam"
Kinan terus berteriak namun tidak ada tanggapan. Kenapa nggak ada orang lewat sih. Sekarang memang waktunya masuk jam pelajaran jadi jarang sekali ada yang berlalu lalang di luar kelas.
Setelah berdiam diri di dalam ruangan toilet yang sempit, Kinan berusaha berteriak lagi.
"Tolooong"
Dika yang sedang berjalan dari ruang BK untuk kembali ke kelas langsung berhenti di depan toilet. Ia seperti mendengar suara orang meminta tolong. Dika menoleh ke kanan kiri namu suara itu menghilang. Dilihatnya kembali toilet yang bertuliskan toilet perempuan tersebut, namun tidak ada suara lagi. Mungkinkah ada orang terjebak di dalam? Atau tadi hantu? Sial apa mungkin siang-siang begini ada hantu.
Dika berdehem mencoba meyakinkan diri kalau yang berteriak tadi bukan hantu. Bukan hantu Dik bukan hantu rapal Dika dalam hati. Dika melangkahkan kakinya untuk meninggalkan toilet. Namun baru satu langkah akan pergi terdengar lagi suara pintu di pukul-pukul.
Bruk bruk bruk
Dika berjingkat kaget, hampir saja dia lari. Sial kenapa dia jadi penakut seperti ini. gue nggak takut pokoknya gue nggak tahut rapal Dika dalam hati. Dika takut namun rasa penasarannya semakin bertambah. Ia kembali membalikan badan dan berjalan dengan pelan-pelan menuju toilet perempuan.
Satu lamgkah, dua langkah Dika berjalan was-was sambil menengok kanan-kiri.
"Toloong"
Dika berjingkat kaget saat sudah berada di dalam toilet, ia mengusap dadanya pelan sambil membuang nafas. Suaranya berasal dari salah satu bilik toilet ketiga.
"Ada orang di dalam?" Teriak Dika sambil menoleh kanan-kiri.
"Toloong bukain gue kekunci." Teriak Kinan semangat saat mendengar ada orang di luar.
Dika berusaha membuka pintunya namun selalu gagal, pintunya dikunci dan kuncinya entah dimana.
"Minggir jangan di belakang pintu"
"L-lo mau ngapain" tanya Kinan bingung.
"Dobrak" jawab Dika kemudian berusaha mendobrak pintu toiletnya.
Bruk
Semali coba belum berhasil.
Bruk.. brukk
Sampai percobaan ketiga pun tidak berhasil. Akhirnya Dika menyerah saat sebuah ide muncul.
"Tunggu disini gue minta kunci ke penjaga sekolah."
"Iya" Kinan mengangguk lega, akhirnya ada yang mau menolongnya.
Kinan melipat kedua tangannya didada sambil menunggu kedatangan orang yang tadi berjanji akan menolongnya. Entah siapa di luar tapi Kinan merasa tidak asing dengan suara itu.
Tak lama kemudian terdengar suara dua orang beebincang di luar, Kinan yakin itu pak Penjaga sekolah.
"Dimana kekuncinya?"
"Itu di toilet nomor 3" jawab Dika sambil menunjuk Pintu toilet yang tadi di dobraknya.
Ceklek
Akhirnya pintu bisa terbuka, Kinan keluar dengan perasaan lega.
"Makasih pak."
"Iya. Kok bisa kekunci? Untung saya punya kunci cadangan"
"Nggak tau pak" jawab Kinan berbohong, ia tak mau memperpanjang masalah dengan mengatakan ia di kunci oleh Melisa.
Pak Budi penjaga sekolah mengernyit bingung kemudian mengecek pintu toilet.
Kinan menatap sedikit terkejut pada Dika, tak disangka Dika mau membantunya padahal selama ini yang Kinan tau Dika hanya seorang pembully dan bad attitudenya, ternyata Dika masih mempunyai sisi baik juga.
"Makasih ya udah mau nolongin gue" ucap Kinan sambil tersenyum.
Tanpa menjawab ucapan terimakasih dari Kinan, Dika langsung pergi begitu saja.
Kinan melongo tak percaya, ia mengehntakan kakinya sebal. Sial baru juga dibilang baik, sekarang sudah menyebalkan lagi.
To be continued ->
______________________________________Hai happy reading jangan lupa vote dan comment ya ♡
~krismunita~
Akhirnya bisa up kinandika lagi setelah beberapa hari ini sibuk banget dan ide cerita tiba-tiba hilang😥
KAMU SEDANG MEMBACA
Kinandika
Teen Fiction♡Follow Author dulu sebelum baca♡ kinanty Defeena primajati biasa dipanggil kinan bukan cewek populer di sekolah ia cenderung pendiam. Ia menyukai sekaligus membenci Radika Zanuar Astrawijaya seorang Selebgram sekaligus vocalis grub band The Devil...