CERITA INI AWALNYA JUDULNYA "CRAZY GIRLS" TAPI AKU ROMBAK DENGAN JUDUL BARU DAN ALUR SERTA NAMA TOKOH YANG BARU.
SELAMAT MEMBACA CERITA INI YAHH🏀🖇️
***
"Jelek, gue gasuka," ujar Ailyn gadis berambut hitam legam dengan pita besar yang selalu menghiasi kepalanya, serta kulitnya yang putih pucat itu terus berujar 'jelek' pada bacaan yang ia baca.
"Kenapa?" tanya Lana, Alana adiraga gadis dengan ciri khas rambut sebahu menolehkan pandangannya ke arah Ailyn.
Ailyn mengangkat tinggi-tinggi buku yang sedang ia baca tadi, lalu menunjukkannya pada Lana.
"Gue gasuka, isinya terlalu teka-teki, terlalu banyak hal yang nggak di jabarin di dalam buku ini. Terlalu bertele-tele dan ngebosenin," katanya sebelum kembali menutup buku itu dan menyimpannya di laci meja.
Lana mengangguk, seolah menyetujui ucapan sang teman, memang benar Novel yang berjudul 'sang rembulan' itu isinya terlalu teka-teki, persis yang di bilang Ailyn. Dan banyak plot twistnya membuat pembaca harus menerka-nerka apa yang terjadi selanjutnya.
"Hidup juga teka-teki, Lyn. Jadi, selamat menunggu kejutan-kejutan lainnya yang akan semesta hadirkan Lyn,"
kejutan-kejutan lainnya?
Ailyn hanya berharap, kejutan yang akan datang itu adalah hal yang baik. Semoga, dan doa-nya selalu seperti itu. Aamiin.
"Nih yupi yang gue janjiin kemarin," Lana melempar sebungkus yupi berbentuk hati ke pangkuan Ailyn, yupi selalu jadi kesukaan Ailyn.
"Thanks, Lan, nanti beliin lagi kalo bisa," canda Ailyn, maniak yupi memang.
Gadis yupi, itu julukannya.
Maniak yupi, inipun juga julukan yang teman-temannya berikan.
"Ogah, gue males beliin lo gitu-gituan, Lyn, soalnya kalo udah ngunyah yupi, lo bakalan lupa sama nasi dan yang lainnya," celoteh Lana.
Ailyn menggaruk tengkuknya, gadis yupi itu hanya memamerkan senyumnya, sebagai tanda 'nggak bakal gue ulangin lagi'. Sialnya, akan terulang lagi.
Masih asyik bercerita dengan Lana, tiba-tiba lapangan menjadi bising dengan suara teriakan murid perempuan, entah apa yang terjadi di luar sana, yang pasti dia mendengar banyak pekikan serta godaan yang di layangkan pada seseorang bernama Lio.
Lio, siapa itu? Ailyn baru mendengar namanya.
"Rame amat, kenapa sih?" tanya Ailyn.
Lana mengedikkan bahunya, "Paling mereka ngeliatin Lio sama temen-temennya. Mau lihat? kalo mau, ayo keluar," ajak Lana.
Ailyn yang tertarik pun lantas bergerak dari bangkunya, dan menuju ke pinggir lapangan. Jarak lapangannya pun tidak jauh.
Beberapa meter di depannya, ada segerombolan murid laki-laki yang berjalan dari arah parkiran, ada sekitar enam orang, dan hampir semuanya mendapat teriakan genit dari murid perempuan.
"LIO 08 BERAPA? BIAR GUE SAVE SINI NOMER LO,"
"KAV JANGAN GANTENG-GANTENG,"
serta banyak lagi teriakan-teriakan yang dapat Ailyn dengar. "Lio yang mana, Lan?" tanya nya.
"Yang sana, yang lagi megang bola basket," tunjuk Lana ke arah seorang lelaki dengan bola basket yang masih bertengger di tangan kirinya.
Derlion kaizena, ketua basket SMANCA, postur tubuh yang lumayan tinggi, serta kulit yang putih, oh, jangan lupakan hidungnya yang mancung itu, mampu memikat hati para gadis SMANCA yang melihatnya.
"Mereka siapa sih? fansnya emang sebanyak ini?"
"Mereka anggota club basket kita, Lyn, namanya DERX."
baru saja hendak bertanya lagi pada Lana, matanya tiba-tiba bersitatap dengan pemilik mata hitam legam yang berada tidak jauh dari arahnya, gadis yupi itu diam sejenak, seolah terhipnotis dengan sepasang mata yang sedang melihatnya.
Derlion, iya, cowok itu yang menatapnya.
Tidak sengaja, camkan, tidak sengaja di tatap.
"SMANCA dingin kalo ada dia," ucap Lana.
"Dia siapa?" Ailyn tidak paham.
"Derlion."
"Tapi sunyi kalo nggak ada, Derlion." sambung seorang lelaki dengan dasi yang hanya ia simpan di bahu kirinya.