Pagi yang indah dengan cahaya matahari yang hangat. Sehangat senyumanmu. Suasana pagi yang membuat kita enggan untuk bangun. Tapi berbeda dengan keadaan rumah Bapak Devandga Jung. Sang anak tengah sudah sangat frustasi dengan kedua saudara kandungnya
"Astagfirullah, bangun nggak!!! Ini udah jam berapa??!!" teriak Ein dengan murka nya
Dua orang itu masih menggeliat manja di atas tempat tidurnya. Jangan kaget, mereka memang tidur bertiga tadi, yang pasti di kamar si embak yang paling nyaman sedunia, kata Novan.
"halah mbak, bentaran kenapa sih, semalem adek itu kebangun, terus mabar deh sama liyo kesayangan mbak itu" jawab Novan setengah sadar
"yang sopan adek, call him mas, bang or kak ya. Dia lebih tua." ein mencoba sabar
"cuma beda satu tahun mbak yin" jawab Novan
"mau beda setahun, dua tahun, atau berapapun harus tetap sopan ya ganteng" ein ini memang sabar sekali
"sun dulu mbak" sambil menyodorkan pipinya
'cup'
'cup'"Udah sana buruan mandi dek, kata liyo mau keluar kan" masih dengan menguyel - uyel pipinya Novan
"Lah? Mbak yin tau aku mau pergi sama bang Raka?" Kaget Novan, yang awalnya masih berbaring langsung duduk
Memang, hari ini Novan akan pergi menemani Maraka service Motor yang kebetulan juga Motor Novan juga jadwalnya ganti oli.
"apasih berisik banget, masih pagi juga, dek" nah si sulung terganggu tidurnya
"Pagi, Pagi, ini udah siang, bang. Ayo buru bangun, katanya mau keluar sama Bang Janu kan" kata Ein sambil membereskan bagian tempat tidur yang tidak dipakai.
"Masih nanti juga perginya" malah lanjut tidur.
"Mbak nggak ikut ya?" Novan ini aneh sekali
"Mana bisa, adek. Kamu sama Bang Raka kan service motor, jadi harus naik motor sendiri - sendiri kan" kata ein sambil merapikan rambut Novan
"Kan mbak bisa boceng aku atau Bang Raka"
"Enggak dulu deh, mbak di rumah aja. Abang ini buruan bangun, mau aku rapihin tempat bobo nya" sambil menggoyangkan badan si sulung
Akhirnya para lelaki mempersiapkan diri mereka untuk pergi.
'tok'
'tok'
'tok'Suara pintu terdengar sangat nyaring, hingga si anak tengah terganggu
"Eh, Kak Janu, masuk kak. Ditunggu sebentar ya, aku panggilin abang dulu" Ternyata Kak Janu yang datang.
"Yoi, Ve" sahut juan
"Abang, itu sudah ditunggu Kak Janu" teriak Ein dari luar kamar abang
"Iya sebentar" jawab abang dari dalam
Di ruang tamu.
Janu mendengar seseorang membuka pintu utama rumah
"Weh, Bang Janu, udah disini aja"
"Iya nih, Ka, biasa ngapelin cewek gue" balas Janu
"Apaan sih lo, bang" jawab Liyo. Liyo emang gitu udah kaya dirumah sendiri dia
"Belum turun, bang?" tanya Liyo sambil memandang lantai atas
"Siapa? Cewek gue?" goda Bang Janu
"Yaelah, bang. Ya Bang Jef lah, lagian sejak kapan Ein jadi cewek lo? Jawabnya sambil mengejek
"Loh Rak, udah sampai lo, naik aja, masih di kamar tuh si Novan" kata Bang Jef yang baru turun
"Iya, Bang" Liyo lalu naik ke atas.
Baru dia menaiki tangga terakhir bertepatan dengan Ein yang baru keluar kamar
"Hai, where will you go, today? Mau ikut aku sama Novan?" sapa Liyo serta ajakan untuk ikut acaranya bersama Novan
"Tadi Novan juga ngajak aku, cuma hari ini aku mau stay at home aja deh, Yo" jawab ein
"Okedeh, by the way Novan mana? Udah bangun kan dia?" tanya Liyo
"Udah, Bang. Ayo buruan nanti antre nya keburu panjang" sahut Novan buru - buru pakai sepatu
"Hati - hati, sayang" peringat Ein pada Novan
"Iya, sayang" malah Liyo yang menjawab
"Dih, orang aku bilang ke Novan. Sini, dek cium dulu" lalu Novan salim pada Ein, lalu Ein mencium kedua pipi Novan dan kening nya.
"Yin, aku juga mau" melas Liyo
"mau apa? Salim? Yaudah salim" jawab Ein
"I want kiss too" manja Liyo
"ADEK, ABANG SAMA JANU MAU KELUAR DULU" teriak abang dari lantai bawah
"iya abang, hati hati" sahut ku
"Yin, mana kiss nya, buruan" pinta Liyo
"Bang, jangan macem - macem ya, gue berantemin nih" kesal Novan
"Udah sana buruan berangkat, keburu antrean nya panjang" lerai Ein
Mereka berdua turun, Novan keluar terlebih dahulu, lalu
"Yo" panggil Ein sambil menjulurkan tangan nya mau salim
Senyuman Liyo sangat merekah, menahan salting, karena pipi kanannya dicium juga oleh Ein, setelah salim. Untung saja Novan tidak melihat, bisa - bisa berantem sungguhan