Aku seperti debu kecil yang binggung akan hembusan angin yang membawa ku.
.
.Sang Waktu kini seolah berlari, mengajak gadis itu mengitari setiap detik keadaan yang masih belum ia pahami tapi, ketetapan demi ketetapan sudah ada di depan mata, segalanya kini sudah jelas dan harus ia jalani dengan ikhlas karna, dalam kehidupan pasti akan banyak tawaran yang harus kita pilih.
Selepas kejadian tempo hari perihal mas alif yang melamar dzila itu membuat nya kebingungan Dan dalam pikirannya selalu terputar euphoria lamaran tersebut.Berkali-kali gadis itu meyakinkan dirinya bahwa, yang terpenting saat ini adalah pendidikannya tentang, masalah cinta itu sudah ada dzat yang maha rahman yang mengaturnya.
Meskipun sebenarnya, dia juga sangat ingin menerima mas alif tempo hari tapi, setelah ia pikir dengan menerima mas itu berarti fokus ia dalam belajar nanti pasti akan terbengkalai karna, memikirkan mas alif terus menerus dan kasihan juga mas alif kalau harus menunggu dzila terlalu lama.
Dzila pikir jika ia sudah lama disana pasti mas alif juga akan melupakanya dan meminang orang lain lalu hidup bahagia biarkan, saja hanya dzila yang mengalah karna, keadaan yang sudah ia pilih.
"Dzil?? Kamu itu kenapa melamun terus?? Maafin bibi yang telah memaksa kamu memilih beasiswa ini. Bibi tau kalau sebenarnya ini berat untuk kamu terlebih tawaran pak kyai yang sudah kamu tolak" ucap bi ayu tertunduk lesu dengan mata sendu menapap nanar keponakanya. (Bi ayu ~ bibi nya dzila)
"Ehh bibi, ndak apa-apa kok dzila cuma lagi ngelamunin perjalanan dzila, yang sebentar lagi di pesawat soal itu, bibi ndak usah pikirkan lagi. Dzila tau bibi ingin yang terbaik buat dzila dan dzila juga bahagia bisa kuliah disana untuk menambah pengalaman dzila." Ucap dzila tersenyum membuat mata nya menyipit sangat manis.
Perlengkapan dzila sudah lengkap semua benda yang ia butuhkan sudah tersusun rapih dalam koper biru muda.
Tidak lupa ia melakukan tradisi wajib yaitu perpamitan pada sanak saudara maupun para tetangga sekitar ketika akan berpergian jauh untuk meminta doa agar ia selalu dalam lindungan allah dan selamat dalam perjalanan.
Perihal berpamitan dengan pak kyai, itu sudah ia lakukan kemarin tapi, aneh nya ia tidak melihat mas alif yang kemungkinan, ia kecewa berat pada dzila.
---------------------------------
~Bandar udara Internasional Ahmad yani.
Semarang, Jawa tengah.Ramai adalah kesan pertama yang terlintas dalam pikiran dzila saat ini ketika, mulai menginjakan kakinya pada bandara yang luas.
Penerbangan menuju seoul menggunakan pesawat Garuda Indonesia nomor penerbangan GA 973 yang siap berangkat dari bandar udara internasional ahmad yani pada pukul 15:00 WIB.
Saat ini ia gugup karna, Ini adalah pengalaman pertama bagi dzila menjadi penumpang pesawat, yang biasanya hanya ia dapat lihat di televisi cembung milik bibinya.
Bibi nya yang setia menggantarnya pun kini berpamitan menatap keponakan nya dengan wajah yang sembab karna, menahan haru pada keponakan tercinta nya. Ingin rasanya sang bibi ikut untuk menemani dzila tapi, takdir tidak berkata seperti itu. jadi hanya sampai disini sang bibi menemani dzila.
Sebentar lagi pesawat akan lepas landas. Wejangan demi wejangan ia sampaikan pada keponakannya. Doa demi doa ia sampaikan untuk sang keponakan.
Dzila pun menatap haru sang bibi dan hanya manggut-manggut kala mendengar wejangan dari bibi nya.
Setelah melewati proses imigrasi, dzila menunggu di boarding room. Sekitar 30 menit kemudian, dzila dipersilahkan untuk masuk kedalam pesawat.
Dan Sebelumnya dzila berdoa dalam hatinya

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Cinta
TeenfikceHidup bagai puzzle yang masih direncanakan Sang penentu takdir yang membuat dzila bagai di ombang ambing Kan, oleh perasaanya sendiri. Lulus sma dzila melanjutkan kuliah melalui beasiswa yang ia dapat dari kecerdasan serta kerja kerasnya belajar sel...