Bab 15

13 3 0
                                    

Hari ini adalah latihan terakhir sekaligus gladi bersih untuk penampilan di hari guru esok hari. Persiapan dari segi penampilan sudah cukup matang, tinggak eksekusinya esok hari sesuai dengan ekspektasi mereka atau tidak.

Sedari tadi Oon selalu menghindar dari Letta, Letta mencoba untuk berdiri didekatnya tapi dengan cepat cowok itu menghindar. Thoriq dibuat heran dengan tabiat kedua temannya.

"Lo berdua ngapain sih? Main kucing-kucingan aja dari tadi."

Keduanya tidak merespon. Dirasa Oon cukup tenang ditempatnya, Letta mulai mendekati. Tapi indera Oon merespon dengan cepat, ia segera beranjak saat tau Letta akan mendekat.

"Bisa diem nggak sih! Lu kenapa sih On! Let!"

"Oon yang terus-terusan ngehindar dari gue Riq," Letta mulai merengek pada Thoriq, berharap sahabatnya yang satu itu dapat membantu.

"Udah deh On, lu jangan ngehindar lagi waktu disamperin Letta."

"Nggak mau! Gue lagi marah sama dia!" ujarnya sambil menunjuk Letta.

Letta menghela nafas lelah, biarlah Oon sekarang marah padanya. Dia yang paling kekanak-kanakan. Nanti kalau sudah tenang akan mudah berbaikannya.

Ali tiba, dia memang izin telat. Ada yang berbeda dari tatapan Ali pada Letta, ada semacam raut kekesalan dalam matanya. Letta bingung, kenapa betapa banyak yang kesal dengan dirinya hari ini.

Latihan sudah selesai, diakhiri dengan do'a penutup agar persembahan esok pagi berjalan dengan lancar.

"Aku bareng Kak Ali ya," pinta Letta saat sampai di parkiran.

"Enggak, sama Oon aja," tidak biasanya Ali bersikap seperti ini pada Letta, Oon dan Thoriq terkejut dibuatnya.

"Nggak, gua lagi buru-buru," Oon pergi melesat tanpa menunggu layangan protes dari yang lain.

Begitupun juga dengan Thoriq, ia tidak berucap satu kata pun tapi langsung melesat pergi, Thoriq adalah yang paling paham, ia sengaja meninggalkan Ali dengan Letta karena tahu ada suatu masalah diantara keduanya.

Sekarang Letta bingung harus berbuat apa, aura Ali begitu mengintimidasi, ia tidak berani mengajak bicara terlebih dahulu.

"Naik," Letta terperangah mendengar ajakan Ali, "buruan naik, mau gue tinggal."

Buru-buru Letta naik ke boncengan Ali, sebelum cowok itu berubah pikiran. Selama di perjalanan keduanya tidak ada yang membuka suara. Sampai rumah, Ali langsung masuk tanpa menghiraukan Letta.

Tak biasanya Ali seperti ini, sekesalpun Ali ia selalu mengalah pada Letta. Tak ada pertanyaan lembut dan penuh perhatian yang biasanya Ali utarakan pada Letta, seperti udah makan belum dek?

Letta masuk dalam rumah dan menyalami Mama Ali sedang bersantai, "Assalamualaikum ma."

"Waalaikumsalam anak mama. Makan dulu, tadi mama bikin semur kesukaan kamu," Mama Ali mengecupi pipi Letta, ia sudah menganggap Letta sebagai anaknya sendiri.

"Nanti aja, Letta mau ke kamar kak Ali dulu," wanita paruh baya itu mengangguk. Untung saja ia tidak menyadari ada yang tidak beres diantara kedua anaknya.

Letta naik ke lantai atas, menuju kamar Ali berada. Ia mengetuk pelan pintu kamar Ali, tapi tak ada sama sekali sahutan dari dalam. Akhirnya Letta memberanikan diri untuk masuk kedalam, ia tidak sanggup kalau harus dicueki Ali.

"Kak aku masuk ya," Letta membuka dengan hati-hati pintu didepannya. Takut-takut kakaknya sedang berganti baju atau apa.

Ali terduduk di ranjangnya, memainkan handphone dan terlihat acuh dengan kedatangan Letta.

Arletta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang