Kini Letta sudah memasuki semester dua, dimana seluruh kegiatannya dipenuhi dengan ujian-ujian. Orang tuanya juga mulai membatasi kegiatan di luar sekolah, seperti manggung dan syuting.
Letta akan mengisi live music padda cafe yang pemiliknya ia kenal saja, dia juga memutuskan untuk undur diri dari program miniseri season 2, yang membuatnya terkejut Ali dan Thoriq juga tidak meneruskan kontrak. Oon yang tetap melaju meneruskan karirnya, sempat terjadi pro kontra, Oon tetap memaksa ketiga temannya untuk lanjut sepertinya. Tante Wina sebagai manager, berhasil menjadi penengah dan konflik itu tidak berangsur lama.
"Anak perawan bangunnya siang terus, nggak pernah bantu mama," Mama Letta mulai mengomel, hanya beberapa kali Letta bangun siang tapi Mamanya mengomel seperti ia melakukan ratusan kali kesalahan yang sama, "sarapan dulu!"
Letta meneguk segelas air di meja makan, mendengar kakaknya mulai menstrater motor, ia buru-buru berkemas.
"Nggak keburu Ma," Letta melesat pergi mengabaikan mamanya yang memanggil untuk sarapan dulu, yang ia takutkan adalah omelan kakaknya, bisa tiga hari tiga malam kakaknya mengomel.
"Nanti Letta makan di kantin," teriak Letta diatas boncengan motor kakaknya mulai melaju.
"Sono belajar yang bener!"
"Gue selalu bener ya! Sono pergi hush hush," Letta mengusir kakaknya agar segera pergi. Memang kemarin sore papanya meminta agar Letta berangkat bersama Adit, motornya sedang dipinjam saudara.
'udah berangkat belom? Sini kantin'
Satu pesan dari Thoriq masuk dalam handphonenya. Ada limabelas menit sebelum bel masuk berbunyi, masih ada waktu untuk dirinya melipir di kantin terlebih dahulu.
"Mau makan apa? Soto, pecel?" tawar Thoriq tapi tidak ada menu yang ingin Letta makan, makanan berat semua, pagi hari ia tidak bisa makan dalam porsi besar, "jangan minta roti bakar, nggak ada!"
Letta mengatupkan mulut, memilih menggeleng. Lagipula ia belum merasa lapar.
"Lo belum sarapan!" tuduh Thoriq dan tepat sasaran, "gue pesenin susu aja ya."
"Pakek es."
"Nggak ada, masih pagi," Thoriq berlalu pergi memesan pada si mbok—pemilik kantin, mengabaikan request Letta yang ingin meminta tambah es.
Letta mengedarkan pandangannya, dominasi disini adalah cowok-cowok IPS, terlihat Arya sedang menyantap semangkuk soto, ia fokus dengan makanannya tidak mencoba mengajak ribut Letta. Tapi rasanya ada yang kurang, sang ketua genk—Bima tidak ada dalam kumpulan, ini masih terlalu pagi untuknya berangkat sekolah.
Letta mulai meminum susu hangat dari Thoriq, setidaknya ada sesuatu yang masuk dalam perutnya selain segelas air tadi.
Netranya mulai menangkap segerombolan lain yang mulai memasuki area kantin. Vito dan kawanannya, tentu dengan Gavin pada bagian depan sebagai pemimpin.
Tak pernah ada masalah antara genk Bima maupun Gavin, bahkan adanya keduanya bisa menjadi jembatan antara anak IPA dan IPS yang konon katanya sering terlibat cek cok atau tidak akur.
Tapi dalam sejarah angkatan Letta tidak ada peristiwa seperti itu, gerombolan Gavin yang datang pun dengan santai menyapa gerombolan anak IPS yang sudah terlebih dahulu nangkring di kantin.
Letta sendiri tidak bisa mendeskripsikan bagaimana hubungannya dengan Vito, dia bisa mengatakan baik karena tidak ada permusuhan tapi bisa dikatakan kurang baik karena keduanya sering tidak terlihat bersama. Banyak yang menganggap hubungan mereka berkahir tanpa dimulai.
Letta memerhatikan Vito yang mulai meneguk es susu, sesuatu yang diinginkan Letta tapi ditolak oleh Thoriq dan memberinya susu hangat dengan alasan masih terlalu pagi untuk meminum es.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arletta [END]
Teen Fiction• END • PART LENGKAP Baca aja dulu, kalau suka jangan lupa masukin library😉. Oh iya, vote & komennya jangan ketinggalan 🤭 Arletta, seorang gadis yang cukup berprestasi di bidang akademik maupun non-akademik. Ia sangat terampil dalam bidang menyany...