Bab 17

15 1 0
                                    

Vito sedang berkumpul dengan teman-temannya di warung Bu Darmi, warung ini juga tidak kalah ramai dengan Cafe Gavin, banyak anak dari SMA Nusa yang sering nongkrong di sini.

Warung ini berhadapan langsung dengan jalan raya, mereka bisa langsung menggoda setiap cewek yang lewat. Seperti yang dilakukan Hendra dan Bimo, dua cowok itu tidak henti-hentinya bersiul menggoda.

"Widih mantep tuh."

Vito tidak beranjak dari kegiatannya, ia masih terpaku dengan game yang ia mainkan. Mending main game, daripada mainin cewek.

"Ndra gila lo ya, anak SMP diembat aja."

Hendra kembali dengan senyum cengengesan andalannya, setelah berhasil menggoda salah satu gadis dengan rok biru khas anak SMP.

"Dapet?" tanya Bimo.

"Dapet dong," Hendra memamerkan nomor whatsapp si gadis SMP.

"Bagi dong," Bimo, makhluk sejenis Hendra. Hendra dan Bimo disandingkan adalah pasangan yang klop.

"Nggak! Cari mangsa sendiri sana."

"Pelit banget lo sama sobat seperjuangan," sungut Bimo kesal, "inget Vera! Anak orang dibaperin mulu."

"Idiihh, siapa juga yang mau sama Mak lampir tepos itu. Mending sama ini anak, masih SMP tapi udah bohay," Hendra dengan keplayboyannya ditambah paket mesum. Lengkap sudah. Memiliki mantan bejibun dan haters dimana-mana.

"Gue kira lo udah jadian sama Vera," kini Vito yang menyahuti. Ia mulai bangkit dari semedinya.

"Kata siapa lo, jangan ikut campur deh. Urusin noh hubungan lo sama Letta, ditembak sana, kelamaan sebelum gue sikat nih," kabar Vito ditolak Letta memang tidak diketahui oleh teman-temannya, kecuali Gavin dan Ali. Bisa jatuh harga diri Vito, ia akan diledek habis-habisan. Semoga saja Gavin berbaik hati untuk menyimpan rahasia itu untuk dirinya sendiri.

"Gue abisin lo kalau berani ngedeketin Letta."

"Aduhh atuuttt," Hendra berlagak takut mendengar ancaman Vito.

"Sekarang Vito mulai galak ya," Bimo ikut-ikut memanasi, memang dia pasangan sejatinya Hendra, "gue penasaran deh, kok Letta mau sih sama lo?"

"Emang kenapa?" tanya Vito skeptis.

"Lo kan burik."

Memang tidak berakhlak teman-temannya, apa tidak bisa mereka mendukung Vito sekali saja, tidak menjelekkan apalagi merendahkan seperti ini. Ia sadar, memang jika disandingkan dengan Letta mereka bagai langit dan bumi, tapi Vito cukup percaya diri bahwa ia cukup manis.

"Ini mas susunya," Bu Darmi meletakkan es susu pesanan Vito.

"Minum susu nih!!" Hendra mulai dengan kejailannya.

"Susu apa nih?!!!" Bimo dengan lantang ikut menyahuti.

"Minum susu rasa melon

Minum susu rasa pepaya

Minum susu rasa semangka

Minum susu rasanya kacang."

Hendra mulai melantunkan lagu favoritnya.

"Enak susunya mama mama, enak susunya mama mama

Enak susunya mama mama, enak susunya mama mama"

Bimo tidak mau kalah, ia ikut merapalkan lirik lagu yang sudah ia hafal diluar kepala.

Vito mendengus kesal, selalu saja ia yang menjadi objek bercandaan. Tapi baginya itu hanya sebatas untuk seru-seru an belaka. Walau kesal, ia tak pernah menyimpan dendam.

Arletta [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang