Pagi ini yuta tengah bersantai di ruang tengah sembari menyesap kopinya. Setelah kopi tersebut hanya tersisa ampasnya, ia meletakkan cangkirnya diatas meja, lalu mulai memikirkan winwin—anak dari pemilik penginapan ini. Mengingat wajah manisnya membuat yuta terkekeh pelan sembari menundukkan kepalanya.
"Ada apa denganmu?" Tanya johnny yang baru saja memasuki ruang tengah. Kedua alisnya mengerut ketika melihat temannya yang tertawa tanpa sebab.
Tak ada respon yang keluar melalui mulut yuta, isi kepalanya masih memikirkan winwin. Percakapannya dengan winwin malam itu membuat yuta merasa nyaman dan ingin bertamu ke kediaman milik jongdae; hanya untuk menemui winwin dan berbincang lagi dengannya. Namun sayang, ia terlalu canggung untuk melakukan itu.
"Ouch!" Sebuah pukulan keras di kepalanya membuat yuta mengaduh sembari mengusap kepalanya berulang kali. Ia menolehkan wajahnya ke samping; terlihat johnny yang memasang raut puas di wajahnya dengan gulungan koran di tangannya.
"Kau ini kenapa?!" Protes yuta dengan nada yang sedikit tinggi. Ia tak terima jika kepalanya di pukul tanpa sebab oleh johnny.
"Harusnya aku yang menanyakan itu!" Balas johnny yang suaranya tak kalah tinggi. Ia melempar gulungan koran yang dibawanya dengan kasar ke atas meja, lalu mendudukkan dirinya disamping yuta.
"Melamun dan tertawa tanpa sebab, sepertinya kopimu berisi sesuatu hingga membuatmu gila." johnny mengambil cangkir yuta yang berada diatas meja; melihat isinya yang hanya tersisa ampas.
"Sialan! Aku tidak gila."
"Lalu kenapa kau melamun lalu tertawa tanpa sebab?" Tanya johnny lagi seraya kembali menaruh cangkir tersebut diatas meja.
Yuta memalingkan tatapannya dari johnny, ia menyenderkan tubuhnya sembari menaruh kedua tangannya di belakang kepalanya. Lagi lagi ia tersenyum, membuat johnny sedikit menjauhkan tubuhnya dengan mulut ternganga.
"Astaga! Ada apa denganmu?!" Johnny berteriak ketakutan, ia takut jika yuta benar benar gila. Tangan kanannya siap memukul yuta menggunakan gulungan koran jika temannya itu tertawa lagi.
"Tenanglah, aku tidak gila. Aku hanya memikirkan anak dari tuan jongdae.. Hah! Dia sangat manis." ucap yuta menenangkan sekaligus menjelaskan alasan mengapa ia melamun pada johnny.
Raut wajah johnny berubah. Ia kembali mendekatkan tubuhnya kearah yuta, menghadapkannya kesamping—menatap yuta sembari menopang kepalanya menggunakan tangan kanannya disertai senyum jail yang terukir di bibirnya.
"Kau menyukainya huh?"
"Sepertinya iya.." Jawab yuta pelan dengan sebuah senyuman kecil yang kembali terukir di bibirnya.
Johnny memekik kagum setelah mendengar jawaban temannya. Ia begitu senang, karena akhirnya—temannya ini merasakan yang namanya jatuh cinta. Selama ini johnny bosan melihat yuta yang hanya sibuk dengan kegiatan melukisnya, tanpa memikirkan untuk mempunyai seorang kekasih.
"Kalau begitu tunggu apalagi? Temui dia dan katakan perasaanmu padanya"
Hanya gelengan kecil yang direspon oleh yuta, membuat johnny berdecak pelan sembari memasang raut kecewa di wajahnya.
"Apa kau takut dia akan menolakmu?" Tebak johnny; ia pernah merasakan hal itu saat pertama kali menyukai seseorang. Hingga ia memberanikan diri untuk mengungkapkan perasaannya, dan hasilnya—benar benar ditolak.
"Bukan.."
"Aku hanya canggung.. Dan lagi, aku tidak tau bagaimana caranya mengungkapkan perasaanku padanya." balas yuta dengan wajah muram. Wajar saja, ia belum pernah merasakan jatuh cinta sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish •yuwin•
FanfictionSebuah harapan yang diucapkan keduanya agar bisa kembali bersama. BXB CONTENT! Don't like? Then don't read it!