「3」

903 121 6
                                    

Sawah yang terletak di desa ini membuat yuta menjadikannya sebagai objek melukisnya. Hamparan padi yang mulai menguning, serta para petani yang tengah memanennya, kini mulai terlukis pada kanvas putih yang ada didepan yuta.

"HEY!" Yuta berteriak sembari mengerutkan alisnya. Kegiatan melukisnya terganggu akibat pemandangan sawah dihadapannya dihadang oleh pria manis yang ia ingat adalah anak dari pemilik penginapan yang ditempatinya bersama johnny.

"Menyingkirlah! Kau mengganggu kegiatan melukisku!" Titah yuta sembari menggerakkan tangan kanannya ke samping; menyuruh pria manis itu untuk minggir dan tidak mengganggu kegiatan melukisnya.

"Kalau aku tidak mau bagaimana?" Tanya pria manis itu—winwin dengan raut wajahnya yang terlihat menyebalkan di mata yuta.

Yuta menghela nafas kasar. Ia meremat kuas yang ada di tangannya, kesabarannya mulai menipis. Diletakkannya kuas tersebut dengan kasar di kursi yang didudukinya, yuta berdiri; mendekati winwin lalu membawa tubuh kurus itu menjauh dari objek melukisnya.

"Hey! Hey! Apa yang kau lakukan?" Protes winwin seraya menahan kedua tangan yuta yang tengah mendorong pelan tubuhnya untuk menjauh dari tempat ia berdiri sebelumnya.

"Diam disini, dan jangan mengganggu." ucap yuta dengan nada tegas saat ia berhasil membawa winwin menjauh dari tempat ia melukis—tepatnya di sebuah pohon yang tak begitu rindang.

Setelah memperingati pria manis itu, yuta kembali menuju tempat melukisnya dan segera melanjutkan kegiatannya yang sempat terganggu. Namun sepertinya winwin merasa kurang puas, otak jailnya kembali mendekati yuta; lagi lagi ia menghadang pemandangan yang tengah yuta lukis sembari merentangkan kedua tangannya.

"Ahahaha!.. Kau tidak bisa melihat pemandangannya." ledek winwin seraya menggoyangkan tubuhnya ke kanan dan kiri.

Raut wajah yuta terlihat semakin kesal. Kedua alisnya mengerut akibat kesabarannya yang sudah habis, ia kembali meletakkan peralatan melukisnya, lalu mendekati winwin; yuta mencengkram kuat bahu pria manis itu hingga membuatnya memekik pelan.

"Kau tau? Aku sangat marah" ucap yuta seraya menatap winwin lekat. Cengkramannya pada bahu pria manis itu melemah.

"Tapi aku tak ingin membentakmu. Jadi tolong.. Berhentilah menggangguku." lanjutnya seraya memberi winwin tatapan memohon.

Winwin tak merespon apapun. Ia hanya mengedipkan kedua matanya berulang kali untuk beberapa saat. Sedetik kemudian ia hanya mengangguk pelan, menyisakan raut puas di wajah yuta ketika pria manis itu mulai meninggalkan tempat melukisnya.

---

"Bagaimana tadi? Apa ada pengganggu?" Tanya johnny seraya menyenderkan tubuhnya di sofa; menanyakan yuta tentang kegiatan melukisnya tadi pagi.

Yuta mengangguk pelan. Ia berjalan mendekati johnny, ikut menyenderkan tubuhnya di sofa tersebut sembari mengambil bungkus rokok yang ditawarkan oleh temannya itu.

"Apa pengganggunya adalah para burung yang tengah menikmati padinya?" Johnny terkekeh seraya menyalakan batang rokok yang terletak di mulutnya menggunakan korek gas.

"Bukan.." Balas yuta sembari mengambil korek gas yang dibawa johnny; guna menyalakan benda yang bertengger di bibirnya itu.

"Pengganggunya adalah anak dari pemilik penginapan ini" lanjut yuta dengan menghembuskan asap rokok yang dihisapnya.

"Apa kau marah?"

"Tentu.."

"Jadi kau membentaknya?!" Johnny menarik rokok yang ada di mulutnya dengan membulatkan matanya.

Wish •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang