Dua minggu telah berlalu, bahkan—hampir sebulan winwin menunggu kedatangan yuta, namun kekasihnya itu tak kunjung kembali menemuinya. Ia mengingat ucapan adiknya beberapa minggu yang lalu; dimana lucas mengatakan jika kekasihnya itu berselingkuh.
Tentu saja ucapan adiknya itu menghantui pikirannya. Bagaimana jika benar? Mengingat kekasihnya itu tak lagi memberi kabar padanya, bahkan setelah dua minggu berlalu, tak ada surat yang winwin terima dari yuta.
"Hampir sebulan.. Tapi kekasihmu tak kembali juga." entah kapan datangnya, lucas telah berdiri didepan kamar winwin yang terbuka.
Menghela nafas kasar—winwin meletakkan foto yang berisi dirinya dan yuta diatas meja. Dengan kesal, ia bangkit untuk mendekati lucas. Sebuah tamparan winwin layangkan di pipi adiknya, membuat pemuda bongsor itu mengaduh.
"Bisakah kau diam?!" Bentak winwin dengan menatap tajam adiknya. Sungguh, ia muak dengan lucas yang selalu melontarkan perkataan negatif pada kekasihnya.
"Kenapa kau memukulku?" Protes lucas seraya memegangi sebelah pipinya yang terdapat rona merah; bekas tamparan dari kakaknya.
"Kau selalu membuatku tidak tenang dengan ucapanmu! Kau selalu berucap negatif tentang kekasihku!" Ucap winwin penuh emosi. Kalau saja lucas bukan adiknya, sudah ia hajar pemuda yang ada didepannya ini.
"Aku.. Aku hanya bercanda." kepala lucas tertunduk. Ia tak tau jika kakaknya merasa kesal dengan ucapannya, karena setiap ia melontarkan candaannya itu, sang kakak hanya diam.
Winwin menghirup nafas dalam-dalam lalu mengeluarkannya dengan kasar. Ia masih ingin mengeluarkan amarahnya pada lucas. Namun melihat raut menyesal adiknya, winwin mengurungkan niatnya.
"Pergilah.." Titah winwin. Ia tak mau melayangkan tangannya untuk kedua kalinya pada pipi lucas.
Lucas mengangguk pelan. Pemuda itu kembali menuju kamar miliknya, disaat yang sama—jongdae datang dengan raut penuh tanya di wajahnya. Tak biasanya ia melihat raut sedih di wajah putra bungsunya itu.
"Ada apa dengan anak itu?" Tanya jongdae seraya mendekati winwin.
"Dia berbicara negatif tentang kekasihku, ayah." ucap winwin disertai raut muram di wajahnya.
Jongdae berdecak pelan; anak itu! Batinnya. Ia membawa winwin ke dalam dekapannya disertai sebuah kecupan yang ia berikan pada dahi putra sulungnya itu. Ia mengerti perasaan winwin, putranya itu selalu mengeluh-bercerita padanya mengenai kekhawatirannya tentang yuta.
"Haruskah aku menyusulnya ke jepang?" Tanya winwin lirih. Ia menatap ayahnya dengan mata yang mulai berair.
"Kita tak punya cukup uang untuk menyusul yuta ke jepang, nak.." Ucap jongdae seraya menghapus airmata yang mulai menetes melalui pipi putranya.
"Tapi-hampir sebulan ayah! Yuta belum juga kembali.." Suara winwin terdengar pelan diakhir ucapannya.
Jongdae tentu tak bisa menuruti keinginan winwin, ia hanya bisa menenangkan putranya itu dengan usapan yang ia berikan pada surai putra sulungnya itu. Hingga suara ketukan pintu samar-samar terdengar di telinga keduanya.
"Itu pasti yuta.. Buka pintunya dan temui dia." ucap jongdae tersenyum; meyakinkan putranya.
Winwin mengusap sisa airmata yang ada di wajahnya. Ia sendiri tak yakin jika itu yuta, namun tetap menganggukkan kepalanya. Dengan langkah pelan winwin mendekati pintu-membukanya untuk melihat siapa yang ada diluar rumahnya saat ini.
"Johnny?" Winwin mengernyit ketika mendapati bahwa teman kekasihnya yang berada diluar rumahnya, bukan yuta.
"Dimana yuta?—ah! Maafkan aku.. Silahkan masuk." ucap winwin sedikit tak enak. Ia harusnya mempersilahkan johnny masuk terlebih dahulu, bukannya menanyakan keberadaan yuta.
Lagi lagi winwin mengernyit saat johnny hanya berdiri mematung didepan pintu rumahnya. Pria itu menatap winwin sendu, raut di wajahnya menunjukkan seperti ia ingin mengatakan sesuatu.
"Winwin.."
"Winwin.. Yuta kecelakaan." ucap johnny lirih, hatinya terasa perih saat mengucapkan apa yang telah menimpa temannya itu.
Dunia winwin terasa runtuh. Pria manis itu terdiam setelah mendengar kabar tentang kekasihnya. Sedangkan johnny—perlahan ia membawa winwin ke dalam dekapannya; guna menguatkan pria manis itu jika ia menangis nanti.
---
Sakit. Itu yang winwin rasakan saat ini. Mengingat janji yang yuta ucapkan padanya sebelum keberangkatannya ke jepang membuat isakan tersebut kembali keluar dari mulutnya.
"Pesawat yang yuta tumpangi jatuh di lautan. Sebagian besar ditemukan tewas.. Sisanya menghilang." jelas johnny pada jongdae.
Otomatis jongdae menoleh ke samping; dimana winwin tengah berada di dekapan lucas. Isakan putra sulungnya itu memang telah berhenti. Namun keterdiamannya serta airmata yang terus menetes melalui pipinya membuat hati jongdae semakin sakit.
Jongdae pernah melihat hal ini sebelumnya—dua tahun yang lalu. Saat kedua putranya kehilangan ibu mereka. Winwin menjadi diam selama berminggu minggu.
"Maafkan aku paman.. Aku tak bisa mencegah yuta saat itu. Dia terlalu bersemangat untuk menemui putramu." ucap johnny pelan. Saat itu cuaca sedang tidak baik untuk melakukan penerbangan, dan johnny gagal memperingati temannya itu.
"Tidak perlu meminta maaf.. Ini bukan salahmu." ucap jongdae seraya menepuk pelan bahu johnny.
Dalam hati winwin mengumpat; ia menyayangkan perbuatan bodoh kekasihnya. Seandainya—yuta mendengarkan peringatan johnny, maka saat ini ia pasti sudah menghabiskan waktu bersama kekasihnya itu.
.
.
.
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
Wish •yuwin•
Fiksi PenggemarSebuah harapan yang diucapkan keduanya agar bisa kembali bersama. BXB CONTENT! Don't like? Then don't read it!