Winwin berjalan menuju halaman depan dengan langkah gontai. Baru saja sang ayah memanggilnya disaat ia tengah asik menonton acara favoritnya di televisi.
Raut penuh tanya terlihat di wajah manisnya ketika winwin tiba di halaman depan; ayahnya tidak sendirian, ada johnny yang bersamanya. Tak biasanya johnny mendatangi rumahnya di sore hari, karena biasanya—pria itu hanya menghabiskan waktunya di penginapan.
"Hai." sapa johnny dengan menunjukkan senyumnya.
Mau tak mau winwin tersenyum ditengah kebingungannya—serta membalas sapaan johnny. Ia tak mau dinilai sombong oleh teman dari mantan kekasihnya itu karena tak membalas sapaannya.
"Jadi.. Apa tujuanmu datang kemari?" Tanyanya pada johnny. Membuat johnny reflek menolehkan wajahnya pada jongdae.
"Dia ingin mengajakmu jalan-jalan." jongdae berucap dengan nada santai. Dalam hatinya ia sangat berharap; winwin mau menerima ajakan johnny. Sudah lama putranya itu berada di rumah, winwin butuh waktu untuk bersenang-senang.
Winwin menggigit bibir bawahnya—ia bingung. Selama ini pria manis itu hanya pergi bersama yuta, mungkin akan aneh rasanya jika ia berpergian dengan pria lain. Batinnya berpikir; antara menerima atau menolak ajakan johnny.
"Emm.. Baiklah. Tapi jangan lama-lama, aku tidak mau lebih dari dua jam." winwin memutuskan untuk menerimanya. Winwin tak mau johnny kembali ke penginapan dengan rasa kecewa jika ia menolaknya.
Senyum cerah terlihat di wajah johnny saat mendengar jawaban dari winwin. Entah lah, tak biasanya johnny seperti ini; perasaannya sangat senang.
"Apa kita ke penginapan dulu untuk mengambil mobil?" Tanya winwin seraya menatap johnny. Karena didepan rumahnya—ia tak melihat mobil yang mengantar johnny kemari.
"Tidak." jawab johnny terkekeh.
"Lalu?"
"Paman, berikan kuncinya" tangan johnny terulur pada jongdae; meminta kunci motor dari pria paruh baya itu.
Winwin mendengus. Kini ia semakin mengetahui perbedaan johnny dengan yuta. Hal ini adalah salah satunya, mantan kekasihnya itu sungkan untuk meminjam barang, sedangkan johnny tidak.
"Ayo berangkat! Nanti langitnya semakin gelap" ajak johnny dengan semangat.
Mengangguk pelan, winwin mengikuti johnny, lalu duduk di bagian belakang motor. Hatinya berharap—yang sedang mengendarai motor ini adalah yuta. Sudah seminggu sejak yuta pergi, namun winwin masih berharap pria itu kembali padanya.
---
Sepeda motor yang johnny kendarai berbelok menuju sebuah lapangan yang begitu luas. Winwin turun ketika johnny telah memarkirkan kendaraan tersebut. Mulut winwin terbuka saat melihat pemandangan di lapangan tersebut; terdapat 5 buah balon udara yang terjejer disana.
"Bagaimana kau mengetahui tempat ini?" Winwin menoleh ke belakang; bertanya pada johnny yang berjalan di belakangnya.
"Aku sudah dua kali melewati tempat ini, saat hendak menuju desamu." jawab johnny seraya menyamakan langkahnya dengan winwin.
"Kau mau menaikinya?"
Menggeleng kecil. Kali ini winwin menolak, pria manis itu takut dengan ketinggian.
"Kenapa?" Johnny menghentikkan langkahnya; menatap winwin dengan mengerutkan kedua alisnya.
"Aku.. Aku takut ketinggian." jawab winwin pelan seraya memainkan jari tangannya.
Johnny menghela nafas, lalu menggelengkan kepalanya pelan. Ia menyentuh tangan winwin, lalu menarik pelan pria manis itu menuju si pemilik balon udara.
"Yah! Yah! Joohhnn.. Aku tidak mau!" Rengek winwin dengan menunjukkan raut kesal di wajahnya.
Johnny tidak menghiraukan rengekan winwin. Ia mendekati salah satu dari pemilik balon udara itu; mengatakan padanya jika dirinya dan winwin akan menaiki benda tersebut.
"Tenanglah. Tidak perlu takut, aku bersamamu." ucap johnny seraya menyentuh pundak winwin. Mengusap lengan pria manis itu untuk menenangkannya.
Winwin menghela nafas, lalu mengangguk—memilih melawan rasa takutnya terhadap ketinggian. Dengan ragu ia menyusul johnny, menaiki balon udara tersebut.
Saat benda itu telah berada di udara, tubuh winwin bergetar. Kedua matanya terus menatap kearah bawah, membuat telapak tangannya terasa basah. Tentunya johnny tak hanya diam melihatnya, ia memeluk pinggul kurus tersebut sembari menyenderkan dagunya di bahu pria manis itu.
"Hey, berhentilah menatap ke bawah." ucap johnny pelan seraya menatap wajah winwin.
Pandangan winwin teralih menuju tangan johnny yang melingkar pada pinggulnya. Ia baru menyadari jika johnny memeluknya. Saat winwin menatap wajahnya, pria itu hanya menunjukkan senyumnya.
"Fokuslah pada pemandangannya" titah johnny.
Winwin menatap ke depan, pria manis itu berdecak kagum. Ia bisa melihat dengan jelas rumah-rumah penduduk dan pemandangan sunset.
Rasanya benar-benar menyenangkan. Johnny memberikan apa yang belum yuta berikan padanya. Dan ini membuat winwin sedikit—nyaman, pada johnny.
.
.
Hari ini johnny hendak menemui winwin. Dalam perjalanannya menuju kediaman pria manis itu, mulutnya tak henti-hentinya mengucapkan kalimat yang tepat untuk mengungkapkan perasaannya pada winwin.
Entah kapan perasaan itu muncul. Tapi—saat ini, johnny ingin cepat-cepat mengatakan perasaannya itu pada winwin, dan menjadikannya sebagai kekasih jika pria manis itu mau.
Johnny telah tiba di kediaman winwin. Dengan langkah pelan ia mendekati winwin yang tengah menata pot-pot kecil di halaman depan.
"Oh! Hai john." sapa winwin ketika menyadari kehadiran johnny.
"Masih sangat pagi. Tapi kau sudah datang kemari, ada apa?" Tanyanya seraya menghentikkan kegiatannya menata pot bunga.
Gugup. Johnny tak pernah merasakan ini sebelumnya. Ia terdiam beberapa saat, sangat berbeda dengan dulu—mulutnya sangat mudah untuk mengungkapkan perasaannya pada seseorang yang ia suka.
"Aku ingin mengatakan sesuatu. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku tak bisa jika terus menahannya" setelah diam beberapa saat, johnny mengeluarkan suaranya; jantungnya berdegup cukup kencang.
"Maksudmu?" Tanya winwin tak mengerti.
"Winwin—aku menyukaimu.."
"K-kau.. Mau menjadi kekasihku?" Tanya johnny; penuh harap.
Winwin terdiam. Ia tak tau harus menjawab apa. Hatinya masih mencintai yuta, dan sulit baginya untuk melupakan pria itu. Tapi keluarganya—ayah dan adiknya menyuruhnya untuk move on.
"John.." Ucap winwin lirih seraya menatap johnny sendu.
"Tak apa.. Aku tau kau tidak mudah melupakannya." balas johnny dengan tersenyum. Ah, entah sudah berapa kali ia ditolak, johnny sendiri juga tidak tau.
"Aku mau.."
Tak ada salahnya winwin menerima johnny. Dan juga, tak ada gunanya ia berharap pada orang yang telah tiada.
.
.
.
TBC
Gak ada johnten! Tennya buat gua :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish •yuwin•
FanfictionSebuah harapan yang diucapkan keduanya agar bisa kembali bersama. BXB CONTENT! Don't like? Then don't read it!