「10」

1.1K 113 28
                                    

Tahun telah berlalu. Setelah 3 tahun berpacaran, johnny dan winwin memutuskan untuk menikah. Pernikahan keduanya masih terbilang muda; baru beberapa minggu. Uang dari hasil kerja johnny belum cukup untuk membangun sebuah rumah, maka terpaksa—johnny  tinggal dirumah mertuanya.

Malam ini, saat penghuni lainnya telah terlelap, johnny dan winwin tengah bersantai di ruang tengah sembari menonton televisi. Dengan posisi winwin yang berada didalam rangkulan johnny.

"Aku rasa rumah ini akan semakin ramai dengan adanya kehadiran seorang anak." Ucap johnny seraya mengusap surai winwin. Tapi matanya masih memandang televisi.

Otomatis winwin menggigit bibir bawahnya. Ia mengerti dengan maksud dari ucapan johnny. "Emm.. Kapan-kapan ya john, aku belum siap." Ucapnya pelan seraya mendongak; menatap johnny.

Alis johnny mengernyit. Wajahnya ia arahkan untuk menatap winwin. "Kenapa?"

"John.. Mempunyai anak itu tidak mudah. Butuh kesabaran untuk mengasuh serta mendidik mereka. Tidak hanya sekedar membuat dan melahirkannya saja." Ucap winwin dengan menatap johnny kesal.

Sejujurnya, bukan itu alasan sebenarnya. Untuk mempunyai anak sendiri, haruslah melakukan hubungan intim. Dan winwin belum siap menyerahkan tubuhnya pada johnny di ranjang.

"Baiklah, baiklah.. Aku tidak memaksa." Balas johnny seraya kembali mengusap surai winwin. Hatinya sedikit kecewa, padahal ia sudah sangat ingin memiliki seorang anak—dengan winwin.

Namun apa boleh buat? Johnny tidak bisa memaksa winwin. Johnny tak mau nantinya winwin stress mengurus anak dengan keadaan tidak siap.

"Hari mulai larut.. Sebaiknya kita segera tidur." Ucap johnny; ia mengambil remot untuk mematikan televisi.

Winwin mengangguk. Ia meregangkan tubuhnya sebelum berdiri. Kedua matanya terasa perih, membuat winwin ingin cepat-cepat merebahkan tubuhnya diatas ranjang. Namun sialnya, suara ketukan pintu membuatnya berdecak.

"Biar aku saja." Ucap johnny saat winwin hendak menemui pelaku yang tengah mengetuk pintu rumah.

"Tidak!" Winwin berbalik dengan memberi johnny tatapan tajam. "Gosoklah gigimu terlebih dulu. Ingat kata dokter? Gigimu harus rajin dibersihkan."

Menghela nafas, johnny akhirnya mengangguk patuh. "Baiklah ibu negara~" ucapnya seraya meninggalkan ruang tengah. 

Sedangkan winwin melangkah menuju pintu depan; mulutnya bersiap mengutuk orang yang berada diluar rumahnya. Winwin membuka kasar pintu tersebut, dan ia tersentak.

"Aku pulang.."

Orang yang berada didepannya, ia adalah yuta. Dengan bergetar—sebelah tangan winwin terulur untuk menyentuh wajah yuta, serta mengusap bekas luka bakar yang terdapat pada pipi pria itu. Sedetik kemudian, setetes airmata turun melalui pipinya, winwin masih tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Aku pulang sayang." ucap yuta seraya mengusap surai winwin, lalu mengecup kening kekasihnya. "Aku menepati janjiku." Lanjutnya dengan suara lirih.

Isakan berhasil lolos dari mulut winwin saat yuta membawanya ke dalam dekapan. Winwin menenggelamkan wajahnya pada dada mantan kekasihnya sembari tersedu. Ia kesal, yuta kembali di waktu yang salah; disaat dirinya telah menjadi milik orang lain.

"Tenanglah.. Aku sudah kembali. Tak ada yang harus kau tangisi lagi." Ucap yuta seraya menangkup wajah winwin. Diusapnya airmata yang terdapat pada wajah kekasihnya itu.

Winwin menggelengkan kepalanya. "Kau sudah meninggal." Ucapnya lirih. Winwin berusaha meyakinkan dirinya bahwa yang ada didepannya hanya mimpi.

Raut wajah yuta berubah; ia terkejut. "Hey.. Lihat aku. Aku hidup! Aku berhasil selamat dari kecelakaan itu. Kau tak percaya? Lihat kakiku! Kakiku tidak melayang!" Ucapnya meyakinkan winwin. Tak peduli darimana kekasihnya itu tau tentang kabar kecelakaannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 23, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wish •yuwin•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang