RUTINITAS SABTU

38 11 12
                                    

Morning on Saturday....

"Nay, bangun."

"Hhhmm."

"Bangun! subuh dulu."

"He'ehmmm."

"Ayah sama ibu sudah nunggu dibawah, susah banget si dibanguninnya. Bangun ga cepetan! Ga biasanya loh kamu seperti ini."

"Yaudah, Abang kalau mau jama'ah sama Ayah dan Ibu sana sholat. Aku mau tidur dulu, jam 6 nanti aku baru bangun."

"Allahu Akbar Kanaya! Ini anak bener-bener ya! Kamu mau sholat jam 6?sholat apaan, hah!? Sholat Dhuha? Dhuha aja belum waktunya. Patah hati si patah hati, Nay. Tapi jangan seperti ini juga! Berlebihan tau ga!"

"Bangun ga cepetan! Kalau ga bangun, Bang Faiz laporin Ayah nih kalau kamu diam-diam pernah pacaran, biar di Nikahin sekalian."

Selimut yang awalnya menutupi seluruh tubuh Kanaya, mata yang semula terpejam. Spontan, Kanaya langsung membulatkan matanya sempurna mendengar kata nikah lalu menyingkirkan selimutnya dari badannya. Kemudian, menatap Faiz dengan tatapan sebal.

"Apaan si Bang! Masih pagi loh Bang ini. Udah ngeselin aja, bawa-bawa patah hati sama nikah segala pula. Ga ada hubungannya sama sekali sama patah hati! Abang kalo kebelet nikah yaudah sana Abang aja yang nikah, gausah ngancem segala."

"Makanya, Bang Faiz kalau mau masuk kamar Naya itu dibiasain ketok pintu dulu! Jangan main asal nyelonong aja. Baca di depan pintu! biar abang ga langsung ngedumel pagi-pagi," cibir Kanaya kesal.

Faiz mengerutkan keningnya, menatap Kanaya dengan tatapan bingung.

"Emang di depan pintu kamar ada apaan?"

"Baca makanya!"

Faiz melangkahkan kakinya ke depan pintu kamar adiknya dan benar saja pintu kamar tersebut berisi kertas yang bertuliskan

KANAYA SEDANG DATANG BULANG. JANGAN DIBANGUKAN!

TTD
HORMAT, PRINCESS KANAYA

"Ngomong dong makanya, Princess Kanaya."

"Ya Abangnya aja gamau baca, main nyelonong masuk aja tanpa ngetok dulu. Giliran aku masuk kamar Abang, kalo ga ketok diomelin," sindir Kanaya tak terima.

"Ya kan kamu punya mulut, bisa bilang dong seharusnya."

"Ya kan Bang Faiz juga punya mata, bisa baca lebih dulu dong sebelum ngedumel," balas Kanaya tak mau kalah.

"Bawelnya Bang Faiz, ngelebihi bawelnya rentenir."

"Udah sana ah keluar dari kamar aku, mumpung belum jam 6. Aku mau lanjut tidur lagi."

"Jangan tidur lagi! Ga baik, tidur habis subuh."

"Y."

"Bang Faiz kesini lagi, kamu masih tidur awas aja. Inget! Ini hari Sabtu, jadwalnya Dosen killer kamu, bukan? Kalau sampai kayak waktu itu. Abang ketawain pokoknya."

"Iye bawel."

Setelah Faiz keluar dari kamar Kanaya, Kanaya menyetting alarm diponselnya pukul 06.00. Matanya masih sangat mengantuk, ditambah dengan kepalanya yang pusing akibat kebanyakan menangis. Menangisin laki-laki yang gatau diri. Bodohnya Kanaya lakukan. Emang bener-benner oon Kanaya. Bersyukurnya saat Abangnya masuk kamar, Faiz tidak engeh jika mata Kanaya sembab.

"Mumpung masih ada waktu satu setengah jam lagi. Cukuplah untuk tidur dulu. Pusing banget kepala." Tanpa menghiraukan ucapan Faiz Kanaya melanjutkan mimpinya kembali.

K A N A Y A [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang