PATAH HATI

119 27 30
                                    

Langit seolah olah sedang berpihak padaku. Langit yang mendung, diiringi tetesan kecil air hujan yang ikut turut serta membahasi bumi seakan-akan ikut mewakilkan perasaan ku saat ini.

Sakit? Perih? Sedih? Tentu! Mau marah? Mau marah kepada siapa? Apa hak ku sekarang untuk marah? Ini ga adil sama sekali bagiku.

"Katanya stay with me tapi kenyataannya go with the others."

"Katanya only one ketanyataannya more than one."

"Katanya promise to live together faktanya pret dud ngok. Makan tuh cintaa!"

"AHHHH BENCIII, SAKITT, MAU NANGIS TAPI UDAH NETES."

"Patuh."

"Patah."

"Lalu Jatuh."

"Sakit kan?"

"Dibuatnya patuh karena mengikuti perintahnya."

"Lalu dibuat patah karena ucapannya yang menyakitkan."

"Kemudian dibuat jatuh karena ditinggalkan begitu saja."

"Makanya! ga usah pacaran-pacaran segala, nyesel si dibilanginnya."

Kanaya menyeka air matanya yang sedari tadi netes tidak mau berhenti lalu mendongakkan kepalanya mendengar perkataan itu. Padahal, seinget Kanaya pintu kamarnya sengaja dikunci agar keluarganya tidak ada yang mencurigainya terutama Orang Tuanya kalau dirinya sedang potek. Kalau tau wah bahaya.

"Sakit kan? Dibilanginnya ngesel si!"

"Ko abang bisa masuk kamar aku? Kan pintu kamar aku, aku kunci."

"Gausah sok ngalihin pembicaraan Kanaya Faza Aruna. Sudah jelas pintu kamar kamu kebuka lebar dari tadi."

"Kalau dibilanginnya tuh makanya dengarin, jangan pernah main-main sama yang namanya cinta. Dibilang jangan pacaran, jangan coba-coba buat pacaran kalo udah gini sakit kan?"

"Bang please kalo mau ceramah nanti aja ya, aku lagi gamau denger ceramahan abang dulu."

"Ngerasa gagal Abang jadi Kakak kalau kamu kayak gini. Kalau Ayah dan Ibu tau. Habis kamu bisa langsung dinikahin."

"NIKAH?! NO NO! AKU BELUM SIAP."

"Nikah belum siap, tapi Pacaran siap. Kamu sehat?"

"Sudah berapa lama kamu menjalin hubungan backstreet ini?"

"Empat tahun."

"HAH! EMPAT TAHUN?"

Faiz berdecak, menggelengkan kepalanya terkejut. Benar-benar terkejut mendengar penuturan adiknya. Bagaimana tidak empat tahun menjalinin hubungan yang jelas-jelas sudah dilarang agama dan keluarganya tidak mengetahui sama sekali. -Namanya juga backstreet gimana si lu iz- dan mirisnya Faiz mengetahui hal itu dari mulut orang lain bukan dari mulut adiknya sendiri.

Empat tahun menjalinin hubungan secara diam diam, jika Kanaya umur 19 tahun berarti?

"Innalillahi Wainnalillahi Roziun, Kanayaa!"

"Siapa yang meninggal bang?"

"Iman kamu yang meninggal! Ko bisa bisanya si kamu ngelakuin hal itu. Kamu paham hukum pacaran itu dilarang dalam agama. Tapi kenapa kamu melanggarnya?"

"Siapa laki laki itu?"

"Bang Faiz mau ngapain?

"Siapa!?"

"Alvian."

"Alvian? Ok."

"E--eeh Abang mau ngapain?"

K A N A Y A [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang