KITBAH?

23 3 0
                                    

Kanaya menekan fitur mirip dengan paper klip yang tertera di e-mail. Mencari dokumen file yang akan dilampirkan. Setelah memastikan file yang dilampirkan sudah seselai terunduh. Jari jemarinya mengetikkan nama dirinya_kelas_tugas hukuman telat di bagian subjek e-mail dan diisi salam sopan dibagian bodi surat sebagai isi pesan.

Send.

"Akhirnya, kelar juga ini tugas," ucapnya lega. Kanaya melihat jam yang berada berada dipojok kiri laptopnya menunjukan pukul 21.00. Artinya, dirinya mengumpulkan lima tugas makalah tersebut dua jam lebih cepat dari waktu yang sudah ditentukan yaitu, pukul 11 malam. Urusan ada yang salah atau tidaknya dalam mengerjakannya tugas makalah, itu urusan belakangan. Setidaknya dirinya sudah berusaha untuk membuat tugas itu sebaik mungkin dan terlebih, tepat waktu dalam pengumpulannya.

Kanaya merapihkan buku-buku yang berserakan di atas tempat tidurnya. Kemudian, menutup layar laptopnya dengan men-shuttdwon terlebih dahulu. Setelah itu, menyimpan kembali bersama buku-buku yang telah dirapihkan tadi untuk ditaruh kembali sesuai dengan tempatnya.

Setelah menyimpan laptop dan buku. Aku langsung berebahkan tubuhku di atas kasur. Menatap layar laptop selama dua hari full dengan posisi duduk tegak membuat tubuhku terasa lelah. Untung saja mataku tidak juling dan juga pinggangku tidak encok.

Baru saja aku ingin memejamkan mata. Suara ketukan pintu kamarku terdengar.

"Nay?" panggil seseorang di balik pintu.

Niat awal yang tidak ingin membukakan pintu, karena aku pikir itu ulah bang Faiz yang usil. Setiap kali aku ingin tidur diganggu olehnya. Tetapi, mendengar suara barinton itu. Ternyata bukan bang Faiz. Melainkan suara Ayah.

"Iya yah. Sebentar, Kanaya buka pintu dulu," ucapnya. Kemudian, beranjak dari tempat tidurnya untuk membuka pintu.

"Kenapa yah?" tanya Kanaya.

Ilham berjalan menduduki sofa yang berada di dalam kamar anak gadisnya, diikuti oleh Kanaya untuk menduduki sofa disamping Ilham duduk.

"Kenapa yah?" tanya Kanaya ulang.

Ilham tersenyum menatap anak gadisnya dengan tatapan sulit diartikan. Sedangkan, Kanaya menatap ayahnya dengan tatapan bingung.

"Ini ayah ga kenapa-kenapa kan ya?" batinnya bertanya.

"Nay?" panggil Ilham.

"Iya yah, ada apa?"

"Jika ada laki-laki yang datang ke ayah. Punya niat yang baik untuk mengkitbah kamu. Apakah kamu siap?"

D U A R

AMBYARR

Mata yang tadinya tersisa 5 watt untuk melek. Seketika langsung terang benderang bagaikan lampu Philips yang terangnya 15 tahun untuk menerangi.

Aku membulatkan mataku sempurna. Untung saja mataku tidak keluar dari jalurnya. Kaget, syok, terkejut. 3 kata berbeda namun, maknanya sama. Jujur aku benar-benar terkejut mendengar perkataan ayah. Berusaha mencerna dengan baik ucapan yang ayah lontarkan, siapa tahu saja telingaku yang agak rada-rada tersumbat kotoran membuatku salah mendengar.

"Ma---ksud ayah?"

"Maksud ayah, apakah kamu sudah siap jika ada yang datang meminta izin langsung kepada ayah untuk menjadikan kamu pelengkap separuh agama-Nya?" Ilham diam sebantar, menjeda kalimatnya. Lalu menarik napasnya dan membuangnya pelan, "Dua hari yang lalu ada seorang laki-laki yang datang kerumah menemui ayah, meminta izin kepada ayah dan mempunyai niat yang sangat baik terhadap kamu. Apa kamu siap?"

"Seorang laki-laki datang kerumah, meminta izin kepada ayah dengan tujuan menyempurnakan separuh agama. Apa itu namanya kalau bukan menikah? Menikah? Diusia 19tahun? Menikah muda? No No!" Kanaya menggelengkan kepalanya. Dirinta memang berniat untuk menikah muda setelah gelar SI nya selesai, tapi tidak dengan umur yang baru menginjak 19 tahun bahkan untuk mencapai gelar SI itu masih sangat jauh serta masih sangat muda untuk menikah dan menikah di umur 19 tahun bukan lah bagian dari Planningnya.

"Nay, bagaimana? Apakah kamu siap?" tanya Ilham membuyarkan lamunan anak Gadisnya.

"Yah, Kanaya memang sudah bikin ayah dan ibu kecewa. Tapi, Naya bener-bener minta maaf. Aku khilaf waktu itu. Kanaya janji, Kanaya gamau menjalin hubungan lagi dengan laki-laki yang bukan jadi milik Kanaya seutuhnya sampai ada kata akad terucap. Tapi Kanaya juga gamau dinikahin. Kanaya belum siap yah."

"Bagaimana dengan kuliah aku yah?"

"Dan bagaimana dengan cita-cita yang selama ini aku impikan kan. Kalau aku menikah?"

"Ayah tidak memaksa kamu Nay. Itu hak kamu. Semua keputusan ada ditangan kamu. Karena untuk kedepannya kamu yang menjalankannya bukan ayah. Tetapi ayah percaya laki-laki itu mampu untuk menuntun kamu untuk meraih Jannah-Nya. Pikirkan lah matang-matang Nay. Mintalah petunjuk Allah dan mohon ampun kepada-Nya atas larangan perintah yang pernah kamu langgar."

"Ayah keluar dulu, selamat istirahat."

"Dan pikirkan baik-baik Nay."

Kanaya memejamkan matanya, berusaha untuk tidak memikirkan perkataan ayahnya. Namun, kenyataannya perkataan ayahya terus-menerus berputar dipikirannya.

"Siapa?"

"Dua hari yang lalu?"

Perasaan dirinya tidak melihat siapa pun yang datang kerumahnya dua hari lalu deh. Yang dirinya inget 2 hari yang lalu Kanaya berangkat kampus, sampai kampus telat, dihukum, makan di kantin dengan Syahla dan juga, "WAIT WAIT!"

"JANGAN-JANGAN!"

Kanaya mengambil ponselnya yang berada diatas nakas, mencari nama seseorang kemudian mengetikan sebuah pesan di aplikasi berlambang telepon itu.

"DIA SERIUSAN NGEBUKTIIN?"

"GA MUNGKIN!"

"AAAA PUSING GUAA JADINYA!" teriaknya frustasi.

💐💐💐
To be continue
-25 Juli 2020-

Ditunggu vote dan komennya✨

Diantinabila🍳

K A N A Y A [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang