16 | Perjanjian

339 36 8
                                    

[16.50]

"Kau sudah mendapatkan Aurel?" Tanya seorang pria pada orang di seberang telepon. Ia sedang menatap jendela di sampingnya yang menampakkan ramainya suasana jalan raya.

"Tahan dulu dia, saya akan membawa Rafael. Mereka berdua sudah tahu terlalu banyak," ucapnya seraya memainkan sebuah peluru ditangannya.

Setelah perbincangan itu selesai, pria itu pun mematikan sambungan telepon dan menyimpan isi peluru tersebut ke dalam laci mejanya, sebelum orang lain memergoki seorang dokter memiliki senjata tajam di dalam Rumah Sakit. Akan heboh nanti.

Ketika pria itu akan beranjak pergi, tiba-tiba seorang lelaki berkepala empat yakni Ayahnya sendiri masuk ke dalam ruangannya. Ia menatap detail putranya.

"Kau mau kemana, Raihan?" Ujar Dokter Agus lalu duduk di hadapan putranya.

Raihan memalingkan wajahnya dari lelaki dihadapannya itu. Ia selalu menggagalkan rencananya, Raihan benar-benar muak dengannya.

Agus meraih sebuah permen di atas meja lalu ia membuka dan memakannya. Agus juga berjalan ke arah rak buku di dekatnya dan mengambil sebuah buku berwarna hijau army yang berhasil menarik perhatiannya. Agus terus melakukan banyak hal hingga membuat Raihan naik pitam karenanya.

"Kau mau apa sebenarnya???"

Agus menoleh menatap anaknya yang sudah kesal tersebut. Ia mengembalikan buku ditangannya perlahan pada tempat semula dan kembali duduk rapih di kursinya.

"Bagaimana pasien mu? Siapa namanya Ayah lupa... Oh, Raka! Apa dia baik-baik saja? Penyakit apa sebenarnya yang menimpanya? Aku sangat penasaran," ujar Agus sembari menyelipkan kedua tangannya di dalam saku jas putih kebanggaannya.

"Dia hanya tertusuk paku," Raihan mencoba tak membuat kontak mata dengan Ayahnya.

"Hanya itu? Lalu kapan ia pulang? Kenapa ia terlihat pincang? Apa lukanya terlalu dalam?" Raihan mengacak rambutnya kasar tak tahan mendengar ocehan sang Ayah yang tak berhenti-henti. Ia mendobrak meja di hadapannya hingga membuat Agus terkejut.

"To the point, kau mau apa?" Tanya Raihan dengan mata yang membesar.

Agus sangat geram dengan sikap kurang ajar anaknya, padahal dirinya telah membuat anaknya sesukses sekarang hingga bisa berkerja di Rumah Sakit ini, tapi ia tak menunjukkan rasa hormat sama sekali padanya.

"Keluar dari Organisasi bodoh mu itu."

Raihan tersenyum tipis mendengar permintaan konyol Ayahnya. Ia tidak akan berubah pikiran, ia akan terus berada dalam organisasi itu. Hanya itu satu-satunya yang dapat membuatnya menjabat lebih tinggi dan lebih di segani orang-orang, karena Ayahnya tidak berguna sama sekali. Ayahnya terus meminta dirinya berusaha lebih keras dan berlomba dalam kejujuran. Jaman sekarang sudah tidak ada itu semua, bahkan ia telah meraih kelulusan dengan sebuah kebohongan lalu untuk apa melanjutkannya dengan kejujuran yang dibicarakan Ayahnya itu.

"Tidak."

"Raihan, organisasi itu yang akan membuatmu jatuh. Masih ada waktu Nak, sebelum kau tertangkap. Kalau pemerintah dan warga negara ini tahu apa yang organisasi dokter tersembunyi milik kalian lakukan, riwayat kalian akan tamat."

Agus benar-benar khawatir dengan kondisi anaknya. Entah sejak kapan anaknya sangat haus dengan kekuasaan. Sehingga segala cara bahkan cara biadab ia lakukan.

Agus tahu bahwa anaknya masuk ke dalam organisasi itu sejak beberapa tahun lalu dan mereka membuat penemuan aneh yang tak dapat di cerna dengan pikiran yang logis, bahkan hewan pun akan tertawa dengan penemuan dan penelitian mereka.

SURVIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang