My Dark Day (My apologies, I'm wrong) oleh: Fitri Sartika

188 40 57
                                    

aku menulis ini untuk pertama kali.

Hanya rintihan seorang yang hidup di hari-hari gelap tanpa setitik cahaya pun. Tolong jangan abaikan ini, aku hanya ingin seseorang mendengarku.

Langit biru masih sama seperti biasanya, aku berdiri dan menatap bangunan 3 lantai yang menjadi saksi perjalanan menuju aku yang dewasa. Aku lelah,tak seorangpun tau rasanya.

Aku terlahir dari keluarga sederhana juga bersekolah di tempat yang sederhana. Tak ada yang spesial yang ada didalam diriku. Juga tak seorangpun yang menyukaiku. Aku terabaikan.

Maaf.

Aku hanya ingin sampaikan,aku meminta maaf atas apa yang aku lakukan membuat banyak orang kesulitan. Maaf atas apa yang aku lewati dengan sangat buruk. Juga terimakasih kepada diriku sendiri karna tak mengakhiri hidup.

Sebelum aku menulis ini, aku cukup cemas apakah ini baik atau buruk, jika ini buruk tolong maafkan aku. Aku berharap banyak orang dapat belajar dari kisahku.

Aku, hanya seorang anak perempuan yang kala itu ada di masa puber,mencari jati diri. Yang akhirnya membenci diriku sendiri lebih dari apapun.

Semua berawal dari perkataan yang seharusnya itu tak keluar dari seorang pendidik. Kala itu aku masih berada di kelas 2 SMA. Pak guru menyuguhkan sebuah tontoan tentang ayah. Video sangat sedih. Semuanya menangis,wajar kelas ini hanya di isi oleh 20 anak perempuan. Tapi saat itu aku tak mengeluarkan air mata.

Kenapa? Aku hanya tak suka menangis di depan keramaian. Membuatku terlihat lemah. Dengan santai sang guru merapikan laptopnya dengan mengatakan

"kenapa pada nangis? Sedih yah? Tuh orang yang ga nangis berati dia ga punya hati"

Aku ingat dengan jelas. Tak ada anak yang tak menangis selain aku. Hatiku rasanya sangat sakit. Seperti di tusuk ratusan kali. Kepalaku penuh dengan pertanyaan. Apa aku harus menangis di depan teman-teman? Kenapa harus mengatakan itu?

Aku ingat, kala itu ia menjadi kelapa salah satu mata pelajaran khusus. Mata pelajaran itu mengandalkan hafalan. Aku sangat sadar bahwa aku sangat lemah soal ini. Semester lalu aku gagal melewati ujian hafalan itu. Mungkin karna itu ia tak menyukaiku. Aku juga tidak tahu.

Sejak itu aku mulai membenci diriku. juga mulai kehilangan semangat belajar. Aku mulai tak mempedulikan soal pelajaran,juga kehidupanku. Aku biarkan semuanya berjalan tak berarah. Aku mulai merasa seperti mayat hidup. Aku mulai tak merasakan apa-apa. Sedih,senang,bahagia semuanya! Kecuali kebencian dan kekecewaan. Waktu berlalu. Waktu mulai mengobati lukaku sedikit demi sedikit. Namun aku merasa semua guru yang mengajarku saat itu tak munyukaiku, tak menganggapku. Aku terabaikan. Tak seorangpun yang mengulurkan tangannya di keterpurukanku.

Kehidupan sepertinya ingin aku terus jatuh. Dunia tak adil. Katanya hidup ini berputar seperti roda. Tapi kenapa aku tak pernah merasa ada di atas?

Di tahun ke 3 ku dimasa SMA. Aku benar-benar merasa semakin buruk. Guru itu kembali mengajar untuk mata pelajaran yang berbeda. Kini ia mengajar bahasa arab. Rasanya setiap pelajarannya aku tersudutkan. Mendapat tatapan kesal. Aku mulai malas ke sekolah dan semakin malas juga mulai sakit-sakitan, dokter bilang karna tingkat stress yang terlalu berlebihan. Ada saat dimana aku harus berkali-kali mengikuti remedial ulangan harian. Pak guru itu mencariku

"kamu tuh ya! Remedial lagi. Minggu lalu juga ga masukkan? Ih kamu tuh"

Aku ingat saat itu, untuk pertama kalinya aku beranih memberi tatapan sinis pada guru.

Saat itu teman-teman juga bereaksi

"astagfirullah, jangan begitu pak" tak hanya 1 2 tapi rasanya 1 kelas. Jika kalian membaca ini. Aku sangat berterimakasih. Itu sangat menghiburku.

Lomba Menulis Cerpen 2020Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang