"Kamu, Milea ya? Aku ramal kita akan bertemu di kantin"
"Jangan rindu, berat! Kamu tak akan kuat. Biar aku saja"
Gombalan yang simple dan manis. Di tahun 2018 ini, Dilan menjadi tranding topic Indonesia.
Semua itu berimbas juga padaku. Karna film itu, tiba-tiba satu sekolah jadi membicarakanku.
Aku bukan Iqbal, aku Dilan. Namaku Dilan. Aku mendadak terkenal karna film yang berjudul sama dengan namaku.
Secara fisik, ya aku memang tampan, badanku tinggi, aku aktif dalam bulu tangkis, warna kulitku kuning langsat, mata ku berwarna coklat indah ditambah dengan sorot mataku yang selalu tajam.
Awal mulanya, aku dikenal dengan Dilan si atlet bulu tangkis kebanggaan sekolah. Sekarang, setiap aku nongkrong di luar kelas, teman-teman perempuan seangkatanku selalu menganggu.
"Dilan, aku rindu"
Mereka berharap agar aku membalas seperti dialog di film. Sorry to say, aku hanya akan mengatakan kalimat itu pada seseorang yang memang aku incar sejak kelas 10. Namanya bukan Milea. Ia tak sefeminim Milea, ia juga tak sejutek pasangan Dilan di film itu. Namanya Lisa.
Lisa, dia urak-urakan, suka basket, teman laki-lakinya lebih banyak ketimbang perempuan. Setiap jam istirahat, ia lebih memilih duduk di depan kelas bersama teman-teman laki-lakinya daripada menggosip di kantin dengan para siswi lainnya. Sekarang saja, ia duduk di hadapanku.
"Bentar lagi, pasti ada cewek yang nyamperin lu terus bilang Dilan, aku rindu," aku tertawa. Ia mencontohkan para siswi yang sering mendatangiku.
Dia menungguku sampai berhenti tertawa sebelum melanjutkan kalimatnya, "gue heran, kenapa tiba-tiba mereka jadi nyamperin lu dan ngucapin kata-kata yang gak guna itu?"
"Emangnya, lo gak mau dirinduiin dan digombalin orang?" pertanyaanku membuatnya memajukan bibirnya, lucu.
"Gue lebih suka diajak makan" jawabnya yang membuatku tersenyum masam. Romantis sepertinya tak ada dalam kamus hidupnya. "Lagian, lo bukan Dilan, lo mah Dilan..tai" tawanya pecah setelah mengucapkan leluconnya sendiri. Puas sekali dia menertawaiku.
"Di lantai kan? Lah emang kita lagi di lantai ini" kilahku. Lisa memeletkan lidahnya. Eyes smilenya terbentuk. Manis sekali, ditambah lesung pipinya jika tersenyum.
Lisa menendang-nendang kaki yang ku selonjorkan di sampingnya, "Tuh tuh, ada yang mau ucapin mantra biar lu balas Jangan rindu berat, kamu tak akan kuat. Biar aku saja"
"Kamu, Dilan kan?" aku mengangguk. Sepertinya, siswi ini bukan dari angkatanku. Mungkin dia adik kelasku atau murid baru? Tas sekolahnya masih ia gendong. Karna lantai satu untuk kelas 10, lantai 2 untuk kelas 11, dan lantai 3 untuk kelas 12. Lantai teratas merupakan aula.
"Ya, kenapa?" tanyaku.
"Oh, ini, katanya saya sekelas sama kamu. Saya murid baru" benarkan. Lisa di sampingku diam, ia mengutak-ngatik hpku.
"Oh, masuk aja. Ini kelasnya kok" ucapku. Ia mengangguk, lantas masuk.
"Kenapa tumben banget pegawai TU gak nganterin murid baru?Terus, ngapain elu jadi patokannya coba?" Lisa menatapku. Aku menggedikkan bahu.
"Cemburu ya?" karna ia menggembungkan pipinya membuatku ingin menggodanya. Dari pantauanku selama hampir tiga tahun, ketika Lisa sedang kesal itulah yang ia lakukan.
Tapi, aneh sekali sekolah menerima murid kelas 12, apalagi ini sudah semester terakhir. Ah, terserahlah, itu urusan sekolah.
"Cemburu? Hahaha, cemburu itu hanya untuk orang yang tidak percaya diri" Lisa kena demam Dilan?
"Jadi? Lo sekarang lagi gak percaya diri?"
Dia menatapku tak percaya, "jadi, sekarang dan sampai kapanpun gue selalu pede. Ngapain juga cemburu ama lu?" jleb! Kata-katanya. Kenapa tidak?
"Lu gak ada rasa ama gue gitu? Kita hampir tiga tahun bersama loh" nekat, ya! Sebentar lagi kami akan lulus, kami akan berpisah. Kami akan mengejar mimpi kami masing-masing.
"Gue cuman tau rasa asam, asin, manis, pedes, sama pait. Kalo rasa ama lu mah gue gak ada" tawanya lagi-lagi pecah. Aku cemberut.
"Kalau gue yang ada rasa sama lo gimana?" ia menatap mataku langsung, tawanya terhenti.
"Lo gak waras? Lo kesambet? Lo sakit? Obat lo abis?" pertanyaan bertubi-tubinya membuatku gemas sendiri. Tangan lembutnya juga memegang dahiku, mengecek suhu tubuhku yang biasa-biasa saja.
Tangannya ku tangkap, ku bawa kegenggamanku. Ku tatap matanya. Sekarang atau tidak sama sekali.
"Aku gak seromantis Dilan, aku juga gak setampan Dilan. Aku gak pintar berpuitis. Gak pintar nyusun kata-kata untuk merayumu. Tapi, kata-kata selalu mengandung kebenaran. Setiap kataku akan selalu memujimu, setiap tingkahku akan selalu menjagamu" Lisa mengkerutkan keningnya. Ku mohon, sayang, jangan hancurkan suasana kondusif antar kita ini.
Koridor memang masih sepi karna ini masih jam 6 pagi kurang beberapa menit.
"Dilan, are you okay?" aku mengangguk. Masih tetap menggenggam tangannya.
Aku bersila menghadapnya. Sementara, Lisa masih menyelonjorkan kakinya yang ditutupi jaketku.
"Aku serius. Aku cinta kamu. Mungkin, ini masih terlalu pagi untuk mengatakan cinta, tapi tidak untukku. Selama hampir tiga tahun aku selalu memperhatikanmu. Sekarang, saatnya aku mengatakan semuanya. Aku tak memintamu untuk menjadi kekasihku. Aku hanya ingin kau tau perasaanku"
Lisa berdesis, ia menarik tangannya. Ia menggelengkan kepalanya menatapku.
Aku menunduk. Lisa marah.
"Kalau lo gak minta gue jadi pacar lo, ngapain nyatain perasaan? Percuma" gumamnya lantas bangkit. Kepalaku ia tutup dengan jaketku sendiri. Aku mendengar langkah kakinya menjauh.
Di balik jaket, aku tersenyum. Itu kodenya. Secepat kilat aku berdiri dan mengejarnya.
Dia bukan Milea dan aku bukan Dilan. Aku tak perlu Milea dan aku tak perlu menjadi sepuitis Dilan untuk membuat kisah cinta ku seromantis mereka.
Mereka pasangan sempurna, tapi mereka hanyalah tokoh novel dan film. Mereka tidak nyata.
Tapi, cintaku pada Lisa benar adanya.
***
Tentang Penulis:
Nama : Nova Noor AisyahUsername IG : @blooming0004Akun wattpad : mysriteNova Noor Aisyah, mahasiswa Sasta Inggris yang sudah lama tertarik dalam bidang tulis menulis. Qoute favoritenya adalah "Follow your rasa, enjoy my karya" yang dibuat sendiri setelah mendengar ceramah dosennya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lomba Menulis Cerpen 2020
Short StoryLomba ini dibuat sebagai sarana untuk mengasah kreativitas para penulis. Pembaca berperan sebagai juri. Vote akan dihitung berdasarkan jumlah like, comment dan view tiap judul cerpen. Jadi jangan lupa untuk mendukung karya favorite kamu, ya.. ^_^