[5] PEMAKAMAN

159 42 19
                                    

Aku tak pernah membenci mu, hanya saja aku tidak suka kau bersikap seolah-olah semua baik-baik saja
.
.

HAPPY READING

SYAILA STORY’

“SYAILA HANCUR, PUAS KALIAN LIAT GUE SEPERTI INI?”

Tetap saja, tidak ada yang datang untuk menenangkan ku. Bahkan saat aku membutuhkan seseorang, tidak ada yang tulus datang untuk menemani ku.

“Kak, plis jangan seperti ini,”

Orang itu mengulurkan tangan nya ke hadapan ku. Dengan senyum khas nya, dengan suara nya yang menyejukkan hati ku. Orang itu adalah Fellysia Georga.

“Tau darimana lo kalau gue ada disini?” ucap ku sambil mengambil uluran tangan nya.

“Feli tadi dari toilet, Feli denger ada orang yang teriak, ternyata itu Kak Syaila” jujur nya, ia merapikan seragam ku dan melihat luka memar dibagian siku tangan ku.

“Tangan kakak kok bisa gini?”

“Gue tadi jatuh,” jawab ku

“Tapi gapapa kok, ga sakit” lanjut ku, aku tidak ingin merepotkan gadis ini.

“Sini aku liat” ia mengamati luka ku, dan membalut nya dengan sapu tangan kecil bewarna putih miliknya.

“Awh,” ringis ku menahan sakit.

“Makasih Fel, lo udah nolongin gue” ucap ku, perasaan ku sedikit lega karna hari ini aku mempunyai seorang teman.

“Yaudah, aku antar kakak ke kelas ya”

“Gue mau kebawah, bokap udah nunggu, lo duluan aja” jawab ku dengan nada sedikit santai.

“Oke deh, hati-hati ya kak,” ucap nya lalu meninggalkan ku disini.

“Dasar, gadis aneh” batin ku.

“SYAILA!” Aku mencari dimana arah sumber suara, Itu ayah! Aku berlari menuju arah nya, dan menangis di hadapan nya.

“Ayah, Syaila gamau kehilangan nenek” tangis ku di depan Joy.

“Ikhlas, itu kunci nya nak, sekarang kita pulang” perintah Joy, aku hanya menurut saja. Jelas dari mata Joy yang bengkak, menandakan dia juga turut kehilangan Nenek. Aku meninggalkan sekolah, tanpa membawa barang-barang ku.

Terpasang bendera kuning di pagar rumahku, aku tau maksud bendera kuning itu. Juga tenda-tenda yang sengaja dipasang di halaman depan, suasana berduka sangat tercium di rumah ku hari ini.

Aku melihat kolega Joy, juga teman-teman Riana. Seluruh keluarga besar Joy dan Riana, lengkap datang hari ini. Aku melihat Riana yang masih menangis di depan nenek, aku duduk di samping Riana. Aku tak bisa berkata apa-apa lagi. Kepergian nenek sangat membekas di hati kami.

Aku melihat nya, dengan balutan kafan putih, juga kapas di hidung dan telinga nya. Aku bahkan tak sempat memandikan nenek, betapa buruk nya aku di hadapan almarhumah. Aku lantas mengambil buku kecil itu dan membacakan surah Yaasin, agar almarhumah tenang disana. Aku ingin nenek bahagia, di hari kepergian nya.

“Syaila..” aku mendengar suara Riana lirih, dengan masih terisak-isak.

“Kamu sadar perkataan bund kan nak?” tanya nya kepada ku.

Aku hanya diam, aku tidak tau apa yang bunda maksud, lalu aku bertanya lembut kepada nya.

“Bunda sangat kehilangan nenek bukan?”

“Bunda terpukul, bunda merasa kehilangan ibu untuk kedua kali nya,” ucap Riana sambil memeluk ku dengan spontan.

“Bunda kehilangan harta terbesar bunda nak” bisik nya di telinga ku.

Aku sadar maksud perkataan bunda. Harta yang tidak dapat dibeli dimana pun, Ia adalah keluarga. Tempat dimana kau tidak perlu menjadi orang lain, cukup menjadi dirimu sendiri., dan kau akan merasakan betapa indah nya dunia ini hanya dengan sesuatu yang sederhana. Keluarga adalah segala-galanya.

“Paham bunda,” jawab ku.

“ Kamu berganti pakaian sayang, nenek akan dimakamkan 3 jam lagi.” Perintah Riana.

Aku menuruti Riana, tanpa pikir panjang aku langsung menuju ke kamar ku. Aku memilih baju yang sopan. Gamis hitam dan sehelai kain untuk menutupi rambut ku, seperti yang dipakai Riana. Aku ingat, gamis ini aku beli ketika nenek ingin melihat ku mengenakan pakaian kesukaan nya. Aku menahan tangis, sudah cukup hari ini, aku tidak ingin menangis lagi. Nenek pasti sedih jika melihat ku seperti ini.

Pelayat semakin banyak berdatangan, mereka mungkin terkejut melihat Ibu dari orang terkaya ini tutup usia. Aku juga melihat keluarga Putri, tapi aku sedang tidak ingin menganggu suasana duka ini dengan pertengkaran konyol antara aku dan Putri.

Waktu menunjukkan pukul dua siang, jenazah nenek di solatkan di masjid dekag rumah ku. Aku ikut mensolatkan nenek, disamping ku sudah ada Riana dan tante Monika, adek ayah. Solat dimulai dan dipimpin oleh ayah sendiri.

Jenazah nenek dibawa ke TPU khusus keluarga kami, kelak jika aku meninggal aku juga akan dimakamkan disana. Aku memegang bingkai foto nenek dengan erat, agar tidak jatuh. Juga ibu membawa bunga untuk ditebari di makam nenek.

Suasana semakin pecah ketika nenek dibawa ke peristirahatan terakhir nya. Tangis Riana dan juga tante Monika menghiasi suasana pemakaman nenek. Aku juga menangis, namun aku tidak ingin terlalu menampakan kesedihan ku. Sekarang, nenek sudah tenang disana, kami mendoakan nya dengan membaca Al-Fatihah.

Satu persatu anggota keluarga sudah lebih dahulu meninggalkan pusara nenek. Sekarang tinggalah aku, Riana, Joy, tante Monika dan juga om Ferdi, adik Riana.
Kami masih ingin berada disini, aku menaburkan bunga terakhir di kuburan nenek.

“Kamu mau pulang?” tanya tante Monika kepada ku, ia seperti tau bahwa aku sedikit syok dengan kematian nenek.

“Antar Syaila pulang Mon, dia butuh istirahat, kami masih ingin berada disini.”  Perintah Joy kepada adik nya.

“Ayok Sya, kita pulang”

Aku memegang tangan tante Monika dengan erat, kami cukup dekat karna bisnis masker wajah yang tante Monika jalani, membuat ku cukup akrab dengan nya.

Di dalam mobil, terlintas di fikiran ku, apa penyebab kematian nenek, dan aku menanyakan nya ke tante Monika, mungkin dengan bertanya aku akan lebih mengerti.

“Tan, aku boleh nanya gak?” tanya ku.

“Apa cantik?”

“Penyakit nenek kambuh lagi? Bukannya nenek udah sehat?” tanya ku hati-hati.

“Nenek meninggal tanpa penyakit apa-apa, almarhumah meninggal ketika sedang solat Duha di rumah, tante sangat terkejut ketika dikabari nenek sudah meninggal,” jelas Monika.

“Semoga nenek tenang disana, Aamiin,”

*****

~To be continued

Turut berduka cita buat nenek Syaila, semoga tenang ya:(
Maaf part ini sedikit menguras emosi kalian, sebener nya aku juga sedikit baper ketika nulis chapter ini.
Sampai jumpa esok!:)

Syaila [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang