[25] SUKA APA CINTA?

68 17 0
                                    

Sejauh apa pun jarak yang harus ku tempuh, akan ku jalani. Sebab aku yakin dengan perasaan ini, semoga kau dapat mengerti apa yang aku rasakan hari ini:)
.
.

HAPPY READING
SYAILA STORY'


*****

"Aduh, udah jam segini mereka belum pulang juga Riana!" Ucap Lastri cemas.

"Kita berdoa untuk yang terbaik ya Lastri" ucap ku pasrah.

Hari sudah Maghrib, mereka juga belum pulang. Ada apa? Kenapa mereka lama sekali?.

"Saya takut nya ada apa-apa" ringis Lastri.

Aku mendekati Lastri, ku lihat mata nya yang rapuh itu, aku tau menjadi singgel parent itu bukan lah hal yang mudah. Di tambah lagi dengan harus menghidupi kedua anak nya. Diriku masih beruntung karena masih ada Joy selaku suami ku. Ku peluk Lastri dengan hangat, agar menenangkan sedikit kerisauan nya.

"Saya tau kamu sedih Lastri"

"Saya yakin anak mu adalah anak yang bertanggungjawab. Saya juga yakin Syaila akan baik-baik saja. Percaya itu."

"Terimakasih Riana"

"Kalau boleh tau, apa alasan anda sama suami anda cerai?" Tanya ku hati-hati.

Lastri terdiam, lalu menatap ku, "Saya dimadu Riana"

Aku terkejut, "Maaf, saya terlalu ingin tau Lastri"

"Tidak apa-apa, saya sudah tidak tahan menahan beban ini Riana"

"Egi ada di rahim saya ketika saya sedang menuntut ilmu di negeri orang."

Aku diam menyimak perkataan Lastri dengan cermat.

"Awalnya, hidup saya bahagia. Ketika lelaki itu datang, ia mengambil mahkota yang saya rawat seumur hidup."

"Saya dibuang, mama malu sekali punya anak seperti saya. Dan saat itu juga saya berhenti kuliah, dan saya meminta pertanggungjawaban atas Egi."

"Lalu kalian menikah?" Tanya ku kepada Lastri.

"Rumah tangga kami awalnya bahagia. Sampai ketika saya hamil lagi, dan ia memutuskan untuk mencari kerja agar mendapatkan uang untuk persalinan adek Egi."

"Saat lahiran, ia tak bisa menemani saya. Saya berjuang sendirian, dan ketika saya mengetahui dari tetangga, bahwa suami saya sudah menikah lagi dengan seorang perawan kaya, yang menjadi bos di tempat suami saya berkerja"

Aku turut sedih dengan apa yang menimpa Lastri. Tidak terbayangkan jika Joy seperti itu.

"Yang sabar ya Lastri, saya tau kamu kuat. Makanya tuhan memberikan ujian seberat ini"

"Jika ada apa-apa, kamu bisa tanyakan ke saya, saya ikhlas menolong keluarga kamu. Semampu saya akan saya lakukan"

Tangis Lastri semakin pecah, "Masih ada orang baik di dunia ini ya"

"Itu guna nya teman Lastri"








*****




"Gue gak akan kemana-mana,"


Aku terkejut mendengar perkataan Egi tadi. Sangat serius. Seketika hati ku luluh karena nya. Aku ingin dia merasakan apa yang aku rasakan saat ini. Namun aku berfikir,ini bukan lah waktu yang tepat. Aku memutuskan untuk menyukai nya secara diam. Hanya aku Dan Tuhan yang mengetahui nya.

"Senja nya indah ya" ucap Egi saat kulihat matahari itu tenggelam di ufuk barat.

"Aku ga suka Senja" ucap tu tiba-tiba.

Egi terlihat terkejut, "Kenapa gak suka?"

Aku memalingkan wajah ku dari Egi, "Masa iya dia pergi ga pamit-pamit ke langit"

Egi tertawa mendengar jawaban ku, "Senja ga sejahat itu Syai"

"Ia pergi, dan besok pasti akan kembali lagi. Aku percaya Senja sangat mencintai langit nya."

Aku tersenyum, " Egi jangan seperti senja ya, Syaila ga suka"

"Kamu inii" ucap Egi sambil mengacak-acak rambut panjang ku.

"Yaudah, kita pulang ya"

*****

"Kami pulang"

Riana dan Lastri terkejut. Mendengar suara Egi saja mereka sudah seperti cacing kepanasan. Riana memeluk ku dan juga Joy menatap ku dengan tatapan khas nya, aku tau Joy sangat marah kepada ku.

"Kamu bikin rusuh bunda aja!" Ucap Riana memarahi ku.

"Syaila cuma.."

"Egi yang salah Tante, marahin Egi aja" ucap Egi tiba-tiba.

Aku menatap Egi, lalu Egi hanya mengedipkan mata kiri nya. Aku melotot, harus nya aku yang dimarahi.

"Kalau ga ada kamu Syaila mungkin belum ketemu nak" ucap Riana.

"Terimakasih banyak Lastri, berkat anak mu anak saya selamat sampai rumah"

"Iya saya minta maaf juga, gara-gara anak saya anak kamu jadi hilang"

"Iya gapapa Lastri" ucap Riana.

Dan malam itu juga Lastri pulang dengan Egi. Aku menatap Egi, Egi hanya menampakkan senyum manis nya itu. Aku menjadi fly to the moon gegara itu.

Dan tak terasa, hari sudah menjelang malam, aku ingin tidur, mata ku masih sembab, dan itu membuat kantuk ku semakin menjadi-jadi.

"Syaila tidur dulu bun,ayah"

"Tunggu dulu!" Ucap Riana.

Aku berhenti, "Kenapa Bun?"

"Besok pagi kita pergi ke sekolah baru kamu" ucap Riana. Ini adalah berita bagus.

"HAH BENERAN BUN?" Tanya ku antusias.

"Tidur dulu, kamu besok bunda hukum" ucap Riana jahil.

"Yah bunda mah," ucap ku tak terima.


Aku memasuki kamar mandi dan mencuci wajah ku.

"Aku satu sekolah sama Egi apa enggak ya?" Tanya ku pada diriku sendiri di depan cermin.

"Aku cantik hah?, Apasi gaje bat haha" tawa ku keras.

"SYAILA JANGAN MAIN-MAIN DI KAMAR MANDI!" Teriak Riana dari kamar nya.

"Aku punya ibu galak banget ya" desis ku pelan.

"Tapi sayang hahaha"



Aku membilas wajah ku dengan air dingin dan keluar dari kamar mandi. Namun aku tidak hati-hati. Aku lupa mengelap kaki ku yang basah dan kejadian memalukan itu terjadi lagi.


"BRAKK!!"


Aku kepleset, "Aduh sakit pinggang dedek"


Riana yang mendengar hal itu keluar dari kamar nya.

"Astaghfirullahalazim nak, hati-hati kalo jalan"

"Bunda sakit," ringis ku sambil menunjuk pinggang ku.

"Tidur!, Besok pagi bunda urutin! Udah Jam berapa ini?"


"Iya Bun, Good night."



*****


~To be continued

Syaila [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang