[19] GARA-GARA KAMAR MANDI

96 24 12
                                    

Kamu hebat karna sudah bertahan sampai detik ini, jika aku yang berada di posisi mu, aku akan lebih dahulu mengalah dengan kejamnya takdir:))
.
.

HAPPY READING
SYAILA STORY









"Kok gue ngeluh sih? Kami kan cuman teman dan kenalnya baru sekarang. Tapi Egi orang nya asik si, nyaman deh kalo nempel sama dia. Tapi eh tapi, kok gue gini ya? Jangan-jangan..?"




"AU AH GA MUNGKIN KALI" teriak ku.



"SYAILA!" teriak Riana keras, padahal jarak rumah dari tempat ku sekarang sedikit jauh. Power of emak-emak pasti.



"Iyaa bun, Syaila otw"





Sesampai nya di rumah, Riana menatapku dengan tatapan curiga, "Habis dari mana?"


Aku terkekeh, "Liat-liat sekitar bunda, tadi juga udah kenalan sama tetangga kita"


Riana ber-oh ria, "Baguslah, kamu punya teman, baik ga tetangga kita?"



"Dedek kenal sama anaknya doang, ortu nya belum liat" jujur ku.



"Yaudah, ini udah sore, mandi dulu" perintah Riana.



Aku mengangguk dan berjalan menuju kamar ku. Aku mengambil handuk dan berjalan santai menuju kamar mandi. Dan ritual sacral alias mandi sore aku lakukan.




Ketika selesai mandi, aku ingat jika jarak kamar mandi dengan kamar ku cukup jauh, ga mungkin kan aku make handuk gini aja keluar? Kalo Joy liat gimana? Pasti panjang urusan nya ini. Ini udah maghrib juga lagi. Joy lagi solat kali ya sama Riana?. Dan aku memutuskan untuk keluar hanya dengan handuk biru langit ku. Namun, ini keputusan yang membuat ku malu sampai ke DNA.



"Astaghfirullah Syaila, ngapain kamu?" teriak Riana ketika melihat ku santai berjalan.



Memang kamar ku dekat dengan ruang tamu, dan aku berjalan melewati ruangan itu. Dan tak ku sangka, sore itu ada tamu tak diundang datang ke rumah baru ku.


"Bunda!, aku ini kok ada Egi disini sama mama nya?!" balas ku teriak lebih keras.



Mama Egi yang bernama Lastri itu tertawa, lalu menyuruh anak lelaki nya menutup mata. Riana dibuat malu gara-gara ulahku ini.



"Cepetan pake baju sana" perintah Riana marah.


Aku ngomel-ngomel sendiri, "Siapa suruh dateng kesini, udah maghrib lagi."


"Tapi Egi liat ga ya?," ucap ku tiba-tiba.



"Loh, kok gue malah mikirin dia liat apa enggak?, dosa lah dia nengok. Untung gue masih perawan"




Aku tertawa lagi, lalu bergegas memakai baju tidur domba kesayangan ku. Tak lupa kau memakai sedikit bedak bayi dan juga pengharum badan rasa stoberry.



"Oke, lo udah cantik. Harus bisa ramah kepada mama Egi" bisik ku pelan di depan cermin sendiri.




Aku keluar kamar dan melihat mereka sudah duduk di meja makan. Aku menyapa Latri dengan ramah dan juga senyum terbaik yang pernah aku lakukan.


"Malam, tante" ucap ku kepada Lastri.



Lastri sepertinya terpukau melihat ku, "Ya ampun Riana, anak kamu manis sekali"



Aku tersenyum lagi, lalu aku duduk di kursi yang kosong, itu memang kursi ku. Dan untung nya kursi itu bersebelahan dengan kursi nya Egi.



"Mari makan, jangan sungkan. Anggap aja seperti rumah sendiri" ucap Joy membuka acara makan malam kecil-kecilan ini.


"Nak Egi, kok makan sayur aja? Ayam nya Cuma diliatin aja tuh" goda Riana.



"Hehe, maaf tan, Egi alergi ayam. Gapapa, ini aja syukur udah dikasih makan" balas Egi tersenyum kikuk.



"Sejak kapan lo alergi?" tanya ku penasaran.


"Mau tau apa mau tau banget?" goda Egi.



Aku menimpuk kepala nya dengan sendok. Egi meringis kesakitan karna ulah ku.










"Cantik-cantik galak juga lo" gombal Egi.





Perkataan Egi tadi membuat satu meja menatap kearah kami berdua. Terutama Riana, dia kelihatan terkejut melihat ku.





"Wah, ada apa ini bang" goda Lastri menyenggol siku anak nya.




"Kamu juga, tumben bisa akrab sama anak orang. Cowok lagi" tambah Riana.




"Biasa aja kali bun, Egi asik kok orang nya yak an Gi?"




Egi memandang ku aneh, "Iya tante, Syaila orang nya gemesin"





Aku menginjak kaki Egi telak. Ia Nampak terkejut dan membulatkan mata nya. Harus gemesin gitu kata-kata nya? Itu malah buat Riana dan Lastri tambah curiga.




"Ga kok bun, kami Cuma temen kok, Egi nya becanda kali" ucap ku bohong.




"Kamu ini, bikin jantung bunda mau copot aja"



Joy yang daritadi menyimak lalu mengeluarkan suara, "Baguslah kalau Syaila udah bisa beradaptasi. Di sekolah dia gada temen. Iya kan sayang?"





Aku mengangguk pelan. Itu memang benar, tidak ada yang mau berteman dengan gadis sombong seperti diriku ini. Tapi baguslah, sekarang hidup ku sudah baru dan ujian akan datang nanti, jika sudah waktu nya.



"Kok gitu? Syaila korban bully di sekolah lama nya?" tanya Lastri kepada ku.



"Bukan tan, malahan Syaila yang suka ngebully orang" jujurku.


"Syaila di sekolah itu dulu punya banyak temen, tapi lama kelamaan Syaila sadar, mereka mau berteman karna ada mau nya. Lalu Syaila bully orang yang awalnya berteman sama Syaila, akhirnya gini deh ga ada yang mau berteman lagi sama Syaila." Jelas ku panjang lebar.


"Oh, harusnya kamu sabar aja Syai, kejahatan ga bisa dibalas sama kejahatan. Ingat api gabakalan bisa padam kalau di padamin dengan api juga. Kamu harus paham itu nak" ucap Lastri kepada ku.



Perkataan Lastri ada benar nya juga, "Iya tante. Terimakasih udah ngingatin Syaila"




Lastri mengangguk dan melanjutkan makan nya. Aku juga melanjutkan makan ku, namun ada yang memamnggil ku dengan panggilan terjelek sedunia.







"Heh kutu air, selepas ini ada yang mau gue bilang"







*****




~To be continued

Syaila [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang