Basket pembawa sial

229 20 0
                                    

Hari ini hari rabu, dimana kelas 11IPA2 akan melaksanakan pelajaran olahraga di lapangan basket, karna sebentar lagi kelas sebelas akan mengambil nilai olahraga, terutama basket.

Jangan tanyakan dimana Aletta.
Gadis itu kini sedang berdoa kepada tuhan, agar tiba tiba dirinya akan jago memainkan bola itu, karna kalau boleh jujur, dari semua kelas 11 IPA2, hanya Aletta yang tidak bisa bermain basket sama sekali.

“Aletta sini kamu”
Teriak pak Asep, guru olahraga di SMA angkasa.

Aletta pun berjalan kearah guru itu yang lumayan jauh dari tempatnya kini berdiri.
Namun mau tidak mau Aletta harus berlari.

“Kenapa pak?”

“Kamu tau kan sebentar lagi pengambilan nilai basket dan kamu belum bisa memantulkan bola sekalipun?”
Sebenarnya, Aletta sedikit gedek dengan pak Asep yang kalau ngomong terlalu jujur, ya setidaknya jangan terlalu jujur banget lah.
Hati wanita kan lemah?wlek lebay:).

“I-iya pak”
Aletta menggaruk tengkuk nya yang sama sekali tidak gatal. Kalau boleh ia bisa memainkan basket, ya pasti ia juga mau.
Namun mau bagaimana lagi? Namanya juga takdir, haha

“Nanti pulang sekolah, dan seterusnya kamu akan dilatih basket secara private, karna di kelas kau hanya kamu yang belum, jadi bapak minta waktunya Aletta.”

“Oke pak,siap”

---

Sepulang sekolah tadi, Aletta tidak langsung ke lapangan untuk latihan, namun ia izin piket dulu dan guru itu mengizinkan nya.
*ya kali kagak diijinin piket bor:"

Dari kejauhan, Aletta melihat Arkana sedang bermain basket sendiri, yap sendiri.
Baru kali ini Aletta melihat nya dengan baju basket seperti itu, cukup tampan menurut author. Ingat, menurut author, bukan Aletta.

“Lo ngapain disini?”
Bodoh bodoh, kenapa Aletta harus bertanya seperti itu? Jelas jelas Arkana sedang main basket, bisa turun harga diri nya kalau sudah seperti ini.

“Harusnya gue yang nanya, ngapain lo kesini? Mau ngintipin gue ya?”
Arkana tersenyum jahil seperti biasanya, lalu menghentikan permainan basket nya dan berjalan ke arah Aletta.

“pede lo gede”
Arkana terkekeh pelan, lalu melempar bola basket kearah Aletta seolah menantang nya untuk bermain.

“Murid gue kok belom dateng dateng ya”
Gumam Arkana pelan, namun masih bisa terdengar oleh Aletta.

‘Tunggu, murid?’ batin Aletta.
Firasatnya sudah tidak enak sekarang.

“Jangan jangan?”

“Hah?apaan yang jangan jangan?”

Aletta berniat untuk berlari.
Jelas sudah, Arkana lah yang akan menjadi guru basket nya dan tentu saja Aletta tidak mau semua itu terjadi.

“Eh Aletta udah selesai piket nya?”
Mampus, kini Pak asep menjadi tembok antar Arkana dan Aletta yang baru saja ingin kabur, namun ia urungkan karna panggilan dari sang guru.

“Jadi Aletta yang bakal saja ajar pak?”
Tanya Arkana dengan senyum mengembang, sedangkan Aletta menatapnya tajam.

“Ohh iya, dia Aletta, bagus deh kalau udah kenal, jadi kalian langsung latihan saja”

“Bapak tau aja nih, ngasih saya murid yang bening bening kek begini” Bisik Arkana membuat ak Asep menggeleng pelan.

                                🍃🍃🍃

“Mau kapan latihan nya sih?”
Tanya Arkana. Pasalnya sedari tadi mereka tidak latihan sama sekali, melainkan terus berdebat karna Arkana yang terus terusan menggodanya.

“Ya elo ngeselin mulu, sekalian aja gausah”
Kata Aletta sambil memainkan jarinya, selalu begitu jika dia sedang berbicara dengan Arkana, bukan?.

“Lo mau ga dapet nilai hm?”
Ucap Arkana, kini suaranya melembut.
(namanya juga pakboi, sahabat)

“Ya ya enggak lah, lagian gue udah bisa kok”
Alibi Aletta. Tentu saja ia berbohong, boro boro bisa, mantulin bola aja udah alhamdulillah.

“Ooohh...udah bisa ya?”
Kini Arkana tersenyum smirk, entah menandakan apa.

“I-iya lah!”
Aletta segera mengalihkan pandangan nya, melihat Arkana yang menatapnya seperti itu membuatnya sedikit...gugup? Eh entahlah.

“Kalau gitu kita taruhan aja”

“HAH?!”
Aletta menganga, sepertinya cara berbohong kepada Arkana tadi salah.

“Kalo lo menang, lo boleh minta apa aja ke gue selama dua bulan, dan kalau gue menang, lo harus jadi pacar gue selama dua bulan juga, temtunya” Jelas Arkana.

“Ga ga ga, gamau!”
Aletta menggeleng cepat, sebelum bertaruh pun kalian pasti sudah tau siapa yang akan menang dan siapa yang akan kalah.

“Pengecut lo”
Arkana mengambil bola yang sedari tadi Aletta pegang tanpa memainkannya.

“Oke, gue mau”
Entah dorongan dari mana, akhirnya Aletta mau, yang ia bisa hanyalah membaca beebrapa sholawat agar siapa tu kali ini ia akan bisa mengalahkan Arkana, si kapten basket.

Mulai.
Bola oren itu dimulai dari Arkana, belum apa apa Arkana sudah mencapai ring saja, nmu Aletta masih bekum menyerah, kini ia sedang berusaha mengambil bola yag sedari tadi dikuasai oleh Arkana.

Dan cukup lama Arkana menguasai bola tersebut, hingga mencetak gol sebanyak tiga kali, sedangkan Aletta? Gadis itu masih belum menyerah sepertinya.

Arkana yang merasa gemas dengan ekspresi Aletta pun berpura pura lengah dan akhirnya bola jatuh ke tangan Aletta, lalu perempuan itu tersenyum bangga.

Satuu...duaa...tigaa...

Zonk!
Bola yang baru saja Aletta ingin masukan ke dalan ring meleset begitu saja.
Bertepatan dengan itu pula waktu yang berada di jaring jaring dekat lapangan basket menunjukan angka 00:00 pertanda waktu sudh abis.

Aletta mengacak rambutnya frustasi.

“So, i win, honey”
Kekeh Arkana melihat Aletta yang sedang bersumah serapah di dalam hatinya.

“Inget perjanjian awal kan?”

“LO NGESELIN!”
Aletta mengambil tas ransel nya dan langsung berlari meninggalkan lapangan.
Meninggalkan Arkana yang kini sedang tersenyum bahagia.

ALETTARKA✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang