🍃🍃🍃
Gue masih trauma akan sebuah hubungan kekasih.
Gue masih takut untuk memulai mencintai.
Gue masih ragu untuk membagi privasi.
Dan gue masih ingin menyendiri.🍀🍀
"Ma... Papa mohon, jangan bersikap keras sama Maura. Ingat kita bangkrut bukan karena ada nya Maura tapi karna udah takdir Tuhan ma" Ujar papa Maura yang bernama Hardi, pria yang bersahaja, baik dan tidak emosional. Berbanding terbalik dengan sang istri, ibu nya Maura yang bernama Racita yang memiliki sifat keras kepala dan semaunya.
"Bela aja terus anak kesayangan mu itu, kalau bukan karna dia kita tidak akan pernah bangkrut" Sahut Racita yang masih fokus ke handphone nya itu.
"Itu sudah masa lalu ma, sekarang ekonomi kita sudah stabil lagi kan" Ujar Hardi yang tidak bosan memberi pengertian pada sang istri selama anak kedua nya itu lahir sampai sekarang.
"Tapi karna dia, mama merasakan hidup susah, karna kehadiran nya yang membawa sial kita hidup dengan belas kasihan orang lain. Bahkan keluarga papa dan mama tidak ada yang bantu sedikit pun" Ucapan yang nyaring nan bergetar itu terdengar sampai keluar kamar yang bertepatan dengan Maura hendak keluar dan melewati kamar kedua orang tua nya.
"Ma.. Kecilin suara mama ya nanti anak anak dengar" Ucap ayah Maura sambil mengelus pundak sang istrinya berharap sang istri dapat lebih tenang.
"Terserah papa lah, mama capek" Jawab mama Maura lalu berjalan menuju kamar mandi.
Maura yang mendengar itu semua terlihat biasa aja di wajah nya tapi tidak di dalam hati nya.
"Ma, kalau aku bisa meminta pada Tuhan kala itu, aku akan meminta tidak dilahirkan atau bahkan di ciptakan. Kalau akhir nya akan seperti ini" Batin Maura sambil berlalu ke dapur untuk memasak dan mencuci piring sebelum berangkat sekolah.
Ya itu lah rutinitas nya sehari-hari Maura mulai dari SD seperti nya. Dimana ketika pagi ia akan mencuci piring sebelum sekolah tapi ketika SMA ini dia ditambahi tugas dengan memasak sarapan keluarga nya.
Dan disore hari ia akan menyapu, mengepel dan mencuci pakaian. Semua ia kerjakan dengan ikhlas, dengan dalih membayar jasa orang tua nya dengan cara berbakti.Tidak ada waktu untuk nya bermain, sangat berbeda dengan ke tiga saudara nya yang selalu bermain diluar atau bahkan bermain game di handphone.
Dia memang anak kandung tetapi nasib kurang baik membuat ia seperti anak tiri, namun pada hakikat nya harga anak perempuan lebih murah dari pada laki laki di negara ini. Apalagi anak kedua, siapapun anak kedua dan perempuan pasti ada yang merasakan apa yang dirasakan oleh Maura.
Setelah memasak dan mencuci piring Maura langsung pergi tanpa sarapan atau pamitan. Tapi ketika keluar dari pintu rumah sang papa sudah menunggu di kereta sambil tersenyum pada Maura yang dibalas senyum tulus oleh Maura. Hanya papa nya perduli dengan nya, hanya papa nya yang menyayangi nya, dan hanya papa nya yang ada disaat Maura sakit.
"Ayok, papa antar ke sekolah, ini masih pagi kali tidak ada angkot di jam segini" Ujar Hardi pada anak gadis nya itu.
"Ngk perlu pa. Nanti papa kerepotan, kan nanti ngantar adek juga ke sekolah mereka. Biar Maura nunggu angkot aja" Jawab Maura yang tidak mau melihat papa nya berulang untuk mengantarkan dia dan adik nya.
"Tidak papa sayang, kan kalau ngantar adik-adik itu sekalian papa berangkat kerja. Ini papa ngk bisa loh ngantar Maura tiap hari. Jadi naik lah" Ujar papa nya panjang kali lebar.
"Baik lah papa" Ujar Maura sambil naik ke jok belakang kereta antik milik kakek yang sekarang jadi milik papa nya.
"Makasih ya pa, udh ngantar Maura" Ujar Maura sambil nyium tangan sang papa.
"Iya, baik baik belajar nya ya. Maura kesayangan papa harus sukses, ini ada tambahan uang saku dari papa jangan lupa sarapan ya" Ujar Hardi sambil mengelus kepada putri nya.
Ayah mana yang hati nya tidak sakit, melihat anak perempuan satu satu nya seperti ini, rambut ikat biasa, baju biasa, dan tas serta sepatu biasa. Memang mereka tidak kaya tapi setidak nya anak gadis nya ini terurus oleh ibu nya. Namun melihat ibu nya yang keras kepala membuat Hardi menghela nafas. Kalau Hardi bersikeras maka perang Dunia ketiga akan terjadi dalam keluarga nya.
"Aamiin, terimakasih pa. Hati hati dijalan papa" Ujar Maura dan melambaikan tangan pada papa nya.
"Mau, baru sampai? " Tanya pria yang kini berjalan beriringan dengan Maura.
"Iya la" Jawab Maura singkat pada pria yang bernama Saula Nepthanaya, mereka memang sekelas tapi mereka tidak begitu dekat.
"Btw, kabar abang mu bagaimana sehat? " Tanya Saula lagi untuk mengusir canggung diantara mereka.
"Baik, aku duluan ya" Ujar Maura sambil berlari menuju kelas nya yang masih sepi ini.
Mengingat tentang abang nya membuat Maura muak, seharusnya abang adalah tempat ternyaman adek perempuan nya untuk mengadu. Tapi nyata nya di hidup Maura, ia dan abang nya tidak akur, sering cekcok dan ketika berkelahi maka bukan nya perempuan yang dibela ibunya tapi sang abang yang di bela ibu mereka. Sakit sih... Tapi itu udh biasa untuk Maura.
"Ngapain lo melamun? " Tanya Arvan Nitrogena yang duduk di pojok belakang. Arvan Nitrogena merupakan anak pindahan dari Jakarta ketika kelas XI.
"Bukan urusan mu" Jawab Maura sinis sebab ia sangat membenci Arvan yang memiliki sifat otoriter, pemaksa dan pemalas yang suka tidur dikelas.
"Mulai melawan lo ya sama gw" Ujar Arvan dengan senyum smirk nya yang kalau di lihat oleh murid perempuan lainnya semua akan berteriak girang. Namun tidak dengan Maura yang bosan menghadapi sifat menyebalkan pria ini.
"Aku lagi malas berdebat van" Ucap Maura lemas guna meminimalisir kegaduhan mereka.
"Baik lah. Sini buku PR lo gw mau nyontek" Ucap Arvan yang kini telah duduk di depan Maura.
Kadang Maura bingung kenapa ke murid lain Arvan pendiam dan cuek. Kenapa ke diri nya pria ini sungguh cerewet dan aneh.
"Ambil sendiri, aku males buka tas" Ujar Maura sambil memberikan tas nya pada Arvan.
Arvan yang melihat itu hanya mengendus kesal sambil berkata "pemalas" Yang masih bisa di dengar Maura tapi tidak di ambil pusing oleh Maura.
Sedangkan Saula yang melihat itu semua dari pintu merasa panas di hati nya. Dan berpikir apakah dengan sikap dan sifat seperti Arvan dia akan di lirik Maura.
##$##
Hai teman-teman....
Aku defit_dly12
Btw, aku mencintai dia tapi dia nya mencintai yang lain.
Lucu memang, masih kecil udah berbicara cinta-cintaan, tapi apa daya mata dan hati ini yang selalu tertuju kepada nya.😭😭😭😭...
Jangan lupa vote ya😳😇😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Sebuah {HS}
Novela Juvenil-Mengapa Tuhan menciptakan aku bila aku hidup seperti ini? Anak yang tidak diinginkan, anak pembawa sial. Mengapa Tuhan? - Maura Oxygena -Jangan mengutuk nasib yang sudah di tentukan Tuhan. Yakin lah di setiap kesusahan ada kemudahan, disetiap pende...