Here we almost,
we almost knew what love was.
But almost is never enough.
If I could change the world overnight.
There'd be no such thing as goodbye.
You'll be standing right where you were.
And we'd get the chance we deserve.
******
Cafe tempat nongkrong favoritnya tampak lengang siang itu ketika Dante masuk.
Dari pintu masuk, ia sudah bisa melihat tubuh kekasihnya yang duduk di pojokan sebelah kanan, meja yang biasa mereka tempati.
Remi, sang pacar juga melihatnya lalu tersenyum dan melambai menyuruhnya mendekat.
Sambil membalas senyum, Dante pun bergegas mendekat.
Hampir enam bulan tidak bertemu, sang pacar nampak semakin ganteng aja.
Bahunya lebih tegap, mengundang Dante untuk segera bersandar padanya.
"Hai.." Sapanya begitu ia duduk disamping sang pacar.
"Hai ay, capek banget wajahnya." Komen Remi sambil mengelus pipinya.
Dante memang baru saja datang tadi pagi menggunakan penerbangan pertama dari Kendari lanjut dengan kereta karena kota mereka ini tidak ada bandar udaranya.
Sampai rumah, ia hanya sempat mandi, ganti baju dan langsung menuju ke cafe tempat sang pacar sudah menunggu.
"Nggak bisa tidur tadi di pesawat. Nanti aja deh, bobok sambil peluk kamu." Jawab Dante manja.
Biasanya Remi akan membalas kalimat kode tersebut dengan jawaban mesum atau kerlingan genit, namun kali ini kekasihnya malah menegakkan punggung dan berdehem beberapa kali.
"Aku pengen ngomong serius sama kamu." Kata Remi kemudian setelah Dante memesan segelas kopi dan cake.
Eh?
Kok sama?
Dikepulangannya kali ini Dante juga ingin memberikan surprise bahagia untuk kekasihnya.
Surat pindahnya sudah disetujui Kanwil (Kantor Wilayah). Tinggal menunggu waktu aja Dante pindah ke kota ini, kembali bersatu dengan Reminya.
Dua bulan lagi, saat ulang tahunnya, ia bisa merayakannya bersama pacar tercinta.
Apa Remi sudah menduga akan adanya berita bahagia ini makanya bilang mau ngomong sesuatu? Biasanya Remi kayak cenayang, feelingnya selalu tepat.
"Aku juga." Balas Dante sambil tersenyum manis.
"Apa?" Tanya Remi sambil mengerutkan kening.
"Kamu duluan aja." Kata Dante lagi seraya tersenyum manis.
Remi kembali berdehem beberapa kali sebelum mengatakannya.
"Aku mau kita putus."
Dante auto menoleh bingung ke arah pria disampingnya.
Kaget dong.
Putus?
Remi bercandakah?
Nggak ada hujan, nggak ada angin. Hubungan mereka rasanya baik baik saja selama ini, kenapa tiba-tiba minta putus?
Tapi rasanya wajah Remi terlalu serius untuk bercanda. Ia juga terlihat gugup ketika Dante terus terusan memandangnya.
"Why?" Tanya Dante tak mengerti.
KAMU SEDANG MEMBACA
COMING HOME (Completed) ✓
RomanceWARNING! GAYS LOVE STORY. Mature Content. Homophobic, Normal people, Saint, please please stay away. Tetep baca resiko tanggung sendiri :) **** Ini bukan cerita kepahlawanan seorang manusia laba-laba. Ini cerita tentang Remi dan Dante. Remi yan...