~Kafé~

10 2 0
                                    

Minggu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Minggu.

Mungkin untuk beberapa orang, hari Minggu adalah hari libur.

Tetapi tidak bagiku!

Yang benar saja! Dosenku memberikan tugas hingga beberapa buku di sampingku saat ini menumpuk sekarang!!

Iya, Aku tengah berusaha mengerjakannya di kafe yang tak jauh dari kos-an juga kampus. Walaupun aku sebenarnya malas, tapi mau bagaimana lagi?

Jariku bergerak cepat pada tombol ketik. Sesekali Aku meminum kopi moccacinno agar pikiranku fress kembali.

Oiya! pesan terakhir yang di berikan si misterius itu padaku juga benar-benar pesan terakhir. Buktinya, sudah hampir seminggu ini, Dia tidak memberikanku pesan seperti biasanya.

Bunyi lonceng tanda orang memasuki kafe membuatku mendongak. Tunggu, dari sekian banyak kafe yang berada di dekat tempat kuliah, kenapa Fattan memilih kafe ini?!

Iya! yang baru saja memasuki kafe tadi adalah Fat.tan!!

Kenapa aku sekaget ini?! ya karena kondisi kafe baru saja buka dan di sini, hanya ada Aku dan Fattan.

Tapi tempat kita agak jauhan, sih.

Aku mencoba mengabaikannya dan melanjutkan tugasku. Tetapi, entah kenapa bola mataku tergerak untuk melihat Fattan.

Jika Aku lihat-lihat, sepertinya Fattan kurang tidur. Aku bisa melihat jelas wajahnya yang sedikit kusut dan kantung mata tipis yang melingkar di matanya.

Aku juga melihat Fattan sesekali menutup matanya lalu membuka kembali matanya spontan.

Tiba-tiba... Aku merasa iba padanya.

Aku ini kenapa sih!?

Tidak. Aku menggelengkan kepala seperti orang sinting. Dan hal itu juga Aku lakukan untuk mengusir pikiran tidak jelasku barusan.

Diam-diam, Mataku kembali melihat Fattan yang baru saja mengeluarkan ponselnya dari dalam saku. Ia terlihat terkejut lalu segera membereskan barang-barang yang Ia bawa dan segera bergegas pergi dari kafe.

Dia juga tidak lupa membayar.

Aku menatap kepergiannya dengan binggung. Dari raut wajah yang aku lihat, Fattan sepertinya–

"Permisi." Aku tersentak ketika waites datang tiba-tiba. Setelah mencoba menetralkan ekspresi terkejutku, Aku lantas bertanya. "Iya? ada apa ya?"

Waites itu tersenyum lalu memberikan sepucuk surat padaku. "Ini untuk anda."

Aku mengernyit tidak paham. "Maksudnya... apa, ya?"

"Ini dari seseorang yang selalu mengirimkan ada pesan."

Ah! apakah itu dari....

Aku mengangguk lalu mengambil amplop berwarna orange itu dari waites dan menyelipkannya di tumpukan tugas-tugas kampusku.

oOo

Cieeee, penasaran gak sama isi suratnya?

08:00 am  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang