~Kafé 2~

10 1 0
                                    

Dia kemana?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia kemana?

Sekarang, Aku tengah melamun di kafe tempat di mana aku dan Fattan pernah mendatanginya.

Sembari mengadung es kopi cappucinno, Aku membiarkan otak liar ini memikirkan apa saja yang sekiranya cocok untuk Aku pikirkan.

Tunggu, kenapa tiba-tiba aku memikirkan Fattan?

Ini aneh.

Tetapi aku tidak peduli. Aku tetap melanjutkan kegiatan tak berguna ini entah sampai kapan.

Apa Fattan yang selama ini mengirim pesan seperti itu padaku?

Pertanyaan aneh macam apa itu. Sudah jelas-jelas cowok kayak dia tuh minim ekspresi terus–

Tunggu, minim ekspresi?

Jujur, Aku itu datar.

Hah?!

Gak. Gak mungkin. Ya! gak mungkin Fattan!! Aku jamin itu!!

Kenapa coba, otakku ini memikirkan lelaki jelmaan batu es itu. Udah gitu, jarang ngomong lagi. Kek mayat berjalan.

Eh, tapi... akhir-akhir ini, kok Aku jarang liat dia di tempat kuliahan ya?

Ini aneh.

Sosok misterius itu menghilang... dan Fattan juga–

Ini kenapa pikiranku kek begini, sih?!

Fattan, Fattan, Fattan.

Kenapa Fattan terus, sih?!

"Ciee.... Sendirian aja lo." Aku mendengus saat mendengar suara itu. Iya, yang baru saja meledekku tadi adalah Gishel.

"Lagi mikirian apaan sih? muka lo kusut gitu." Aku tidak menanggapi pertanyaan Gishel dan meneruskan jalan pikiranku yang sempat tertunda.

"Eh! tuh orang jarang ngechat lo lagi?" Aku menggeleng sekenanya. "Udah tiga minggu."

"What!? tiga minggu?!!" Aku mengangguk malas.

"Menurut lo, yang selama ini ngechat lo, Siapa?" Aku mengerjap, berpikir. "Kafka?"

Gishel tersedak. "Serius?! Kafka?! kayaknya bukan dah."

Aku mengangkat bahuku acuh. "Ya terus siapa lagi?"

"Apa jangan-jangan... Fattan?"

Lelaki itu... lagi?!!

oOo

Bwang Fattan kira-kira kemana ya?

Udah siap buat endingnya nanti?

08:00 am  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang