~Bandara~

10 2 0
                                    

oOo

Singkat saja, merelakan mungkin lebih baik.

oOo

Waktu begitu cepat berlalu, saat ini, Fatin tengah bersiap-siap untuk pergi ke bandara. Walaupun dalam pikirannya, nama Fattan masih berada di sana.

Fatin sudah memakai pakaian yang biasa ia pakai saat kuliah. Bayang-bayang Fattan yang saat itu hendak ke luar perpustakaan, dan Fattan yang memasuki kafe dengan wajah kusut serta kantung mata tipis kembali hadir dalam pikirannya.

Entah kenapa, Fattanlah yang ia pikirkan sekarang.

Tidak mau membuang waktu lebih lama lagi, Fatin memutuskan untuk segera keluar dari kamar kosannya lalu sesegera mungkin memesan taksi online.

oOo

Bandara Soekarno-Hatta sekarang berada di hadapannya. Fatin pun mulai memasuki area bandara dan mencari keberadaan Fattan.

Ralat, Kafka maksudnya.

Sebelumnya, Ia sudah mengirim pesan pada Kafka. Dan Kafka bilang, keberangkatan Jakarta-Singapura jatuh pada jam 10:00 nanti.

Tak membutuhkan waktu lama, akhirnya Fatin berhasil menangkap sosok Kafka yang tengah terduduk diam sembari memainkan ponselnya.

Langkahnya tiba-tiba memelan. Ada rasa tidak terima saat melihat Kafkalah yang berada di bandara.

Bukan Fattan.

Fatin menghentikan langkahnya ketika sudah sampai di samping Kafka. Ia mendeham lalu Kafka mendongak, melihat ke arahnya.

Kafka bangkit lalu tersenyum manis. "Hai!"

Dulu, senyum itu membuatnya candu. Tapi kini, kenapa rasanya–

Fatin mencoba untuk tidak memikirkan hal itu. "Hai juga!"

Kafka menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Ikut gue dulu, yuk!"

Sebelum Fatin menjawab, Kafka terlebih dahulu membawa Fatin agar sedikit jauh dari halayak orang.

"Maaf." Fatin hanya bisa terdiam saat Kafka mengatakan hal itu.

Melihat Fatin tidak beraksi apa-apa, Kafka kembali berujar, "Gue tau, Lo pasti gak nyangka. Dan selama ini... Gue gak pernah ngasih tau ke lo kalo gue ngechat kayak gitu plus tanpa alasan yang jelas," terang Kafka tetapi Fatin masih setia terdiam.

"Maaf. Gue selama ini... suka sama lo. Tapi gue gak pernah ngomong karena gue tau, Lo cuma anggap gue sebagai temen doang, gak lebih."

Fatin membeku mendengar pengakuan dari Kafka. Kenapa? bukankah ini yang dia mau? tapi kenapa rasanya berbeda?

Perlahan, Kafka mulai menggenggam kedua tangan Fatin. "Tapi gue belum siap ngungkapin semuanya secara lebih dari sekadar ngungkapinnya. Jadi... Lo mau kan nungguin gue balik lagi dari Singapura?" Fatin masih tetap terdiam.

Kafka menghela napas lelah ketika melihat ekspresi Fatin yang hanya membeku. Namun, ketika hendak melepaskan genggamannya, Fatin mengangguk lalu berujar. "Iya! Gue mau nungguin lo! sampai kapanpun! Gue bakalan nungguin lo sampe lo balik lagi ke Indonesia!"

Kafka tersenyum lebar mendengarnya. Tetapi, ponsel yang berada di saku celananya berdering hingga Kafka izin sebentar untuk mengangkat telponnya.

"Halo?"

"Thanks."

"Sum–"

"Gak, Kaf! Lo gak boleh kasih tau yang sebenarnya! Gue gak akan pernah maafin lo!!"

"Tapi–"

"Sekarang lo bilang sama dia, kalo ini semua cuman prank!! dan satu pesan gue, jaga dia. Jangan sampe gue tau, Dia netesin air matanya gara-gara lo!! paham!?"

Nut... Nut... Nut...

Sambungan telpon pun terputus.

Kafka memandangi ponselnya sesaat, lalu memasukannya kembali. Ia berbalik, menghampiri Fatin yang saat itu menatapnya.

Fatin mengernyit ketika Kafka melebarkan tangannya. "Kenapa?"

Kafka melebarkan senyum jenakanya. "Selamat! Kamu kena prank!!"

Fatin yang semula tidak paham, sedetik kemudian langsung menyerang Kafka kesal. "Ish! gak lucu tau!!"

Kafka terkekeh sembari menghindari pukulan Fatin. "Siapa yang ngelawak coba?"

"Ish!!"

Sementara itu...

Seorang lelaki berwajah datar yang tak jauh dari sana, memandangi gadis yang ia kagumi selama 8 tahun.

Dirinya yakin, bahwa keputusan yang ia ambil adalah keputusan yang terbaik.

Jam sepuluh tinggal menghitung menit, Fattan pun berbalik dan berjalan tenang menuju pesawat keberangkatan Jakarta-Singapura dan tak lupa menyeret kopernya.

Tanpa menyadari bahwa Fatin berhasil menangkap kepergiaannya.

oOo


.
.
.
.
.
.

END

Gimana? seneng sama endingnya?

Sekali lagi, terima kasih banget buat kalian yang udah vote cerita ini + komen!!!

Lope-lope dah 💙💙💙

Sampai jumpai di cerita aku yang lainnya!!!

Regards,

Afi.

08:00 am  ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang