Chapter 12

1.4K 188 10
                                    



Ilya sepertinya terlalu banyak berharap saat mendapati Winwin di depan pintu rumahnya beberapa jam yang lalu. Laki-laki itu datang tanpa mengatakan apapun dan meminta untuk pergi bersama. Ilya sudah berharap banyak kalu Winwin mengajaknya berkencan, karena itu dia memilih menggunakan dress dan make up. Tapi Ilya lupa satu hal, dia dan Winwin tidak benar-benar pacaran. Jadi saat Winwin membawa mobilnya memasuki area kampus mereka, Ilya sama sekali tidak bisa marah pada Winwin. Pada akhirnya dia hanya menghela napas dan meruntuki dirinya sendiri yang terlalu banyak berharap.



Meskipun begitu, tangan Winwin yang menggenggam tangannya saat mereka melewati lapangan parkir dan menuju lantai dua mampu membuat Ilya sedikit lebih senang. Setidaknya ada satulah yang bisa ia lakukan dengan Winwin layaknya pasangan sesungguhnya.



Dan sekarang Ilya hanya duduk di sisi ruangan sambil memegangi tasnya di atas paha, memerhatikan Winwin yang kini tengah berlatih bersama Minghao, dan jangan lupakan Aurora yang juga bersama dengan dua laki-laki itu. Jika Ilya tidak ingat Winwin perkataan Winwin saat mereka di lapangan parkir, Ilya pasti tidak keberatan untuk menjambak gadis itu lagi. Tapi Winwin sudah memberitahunya kalau ini adalah kelas tambahan dan ada asisten dosen mereka yang datang mengawasi jalannya kelas jadi Ilya tidak bisa melakukan apapun meskipun dia sangat ingin menyiram wajah Aurora.



Saat mendengar asisten dosen itu menutup kelas hari ini, Ilya bangkit dari duduknya, dengan cepat mengambil ransel Winwin yang sebelumnya ada di kaki kursi yang ia duduki. Sambil berjalan menghampiri Winwin, ia mengeluarkan botol minum dan baju ganti kemudian menyampirkan tas Winwin di bahu kanannya.



“ini!” kata Ilya dengan senyum terbaiknya, tangannya terulur pada Winwin yang sedang bicara pada Minghao.



Ilya tahu maksud dari tatapan penasaran yang di lemparkan Minghao padanya. Laki-laki itu tahu dia pernah sangat dengan Yugyeom dan melihat dirinya bersama Winwin sekarang, tentu saja mengundang tanda tanya dalam diri Minghao. Tapi Ilya lebih mengabaikan Minghao dan memusatkan perhatiannya pada Winwin, belum lagi ada Aurora yang tidak jauh dari mereka.



“Makasih Ly.” Winwin tersenyum sambil mengambil botol minum dan baju ganti yang disodorkan Ilya. “Ly, kenalin! Ini Bang Jongin.” Winwin menunjuk ke arah asisten dosen yang sebelumnya mengawasi kelas Winwin. “dan dia...” Winwin menunjuk kearah Minghao. “Minghao. Harusnya kamu udah kenal sih, dia temen deketnya Yugyeom.” Terang Winwin.



“Bang, Hao, Ini Ilya.” Sambung Winwin. Ilya tersenyum sambil membungkuk kecil pada Jongin dan mengangguk pada Minghao.



“pacar lu Win?” tanya Jongin.



Ilya langsung berbalik menatap ke arah Winwin yang kini senang meminum airnya. Ilya tidak mau berharap banyak, tapi anggukkan yang diberikan Winwin sembari laki-laki menghabiskan airnya membuat pipi dan telinga Ilya terasa panas.



“wow.” Respon Minghao. “gue kira lu gak tertarik sama cewek Win.”



“iya kali?!” sahut Winwin sambil terkekeh pelan pada Minghao sementara tangannya bergerak ringan mengambil ransel yang tersampir di bahu Ilya. “dikira gue homo kali.”



Jongin tertawa diikuti Minghao. “ya bisa aja.” Sahut Minghao.



Winwin menggeleng pelan mendengar perkataan Minghao. “duluan ya. Mau mampir makan dulu soalnya takut ntar baliknya kemaleman.” Kata Winwin. “gue duluan ya bang.” Tambahnya pada Jongin.



Jongin dan Minghao mengangguk. Winwin kemudian dengan santainya menyelipkan tangannya pada Ilya, sedikit menarik tangan gadis itu agar mengikutinya. “aku ganti baju bentar ya?!” kata Winwin yang hanya dibalas dengan anggukan oleh Ilya.



Keduanya berhenti di depan toilet laki-laki saat Winwin melepaskan tangan Ilya dan saat Ilya melihat Aurora dari sudut matanya, datang dengan paper bag di tangan kanan gadis itu. Ilya tahu kalau kemungkinan besar Aurora juga berniat mengganti bajunya di toilet wanita yang bersebelahan dengan toilet laki-laki. Dan Ilya tidak berpikir panjang saat ia berjinjit ke arah Winwin dan mengecup pipi laki-laki itu dengan cepat.



Winwin terdiam di tempatnya berdiri, menatap kaget sekaligus tidak percaya pada Ilya yang kini tengah tersenyum padanya. Melihat reaksi Winwin, Ilya kemudian mengangkat tangannya dan mengusap puncak kepala Winwin. “Kamu udah kerja keras buat kelas tadi. Kamu hebat.” Kata Ilya. “nah sekarang ganti bajumu!” perintahnya sambil mendorong Winwin masuk sambil melirik Aurora yang berjalan melewatinya.











“Mau makan apa?” tanya Winwin memecahkan keheningan canggung antara dirinya dan Ilya.



“terserah aja sih.” Sahut Ilya mencoba terdengar seperti biasa. Setelah ia mencium Winwin tadi, keduanya sama sekali tidak bicara. Ilya merasa tidak enak hati karena mencium Winwin seenaknya dan membuat suasana canggung muncul hadir antara mereka.



“terserah cewek bukannya bermakna ganda ya?” tanya Winwin.



Ilya tertawa, “akukan bukan kaya cewek kebanyakan Win. Aku gak masalah makan apapun.” Jawab Ilya.



“punya alergi gak? Atau makanan yang gak kamu suka?” tanya Winwin.



Ilya mencoba diam selama beberapa saat mencoba mengingat makanan yang tidak bisa ia makan. “gak ada. Tapi aku lebih suka yang berkuah dan minum air mineral kalo makan. Tapi gak harus juga, kadang bisa random juga mau yang lain dan minum gak harus air mineral juga gak masalah.”



Winwin mengangguk pelan. “masakan china mau?”



Ilya mengangguk dengan semangat, membuat Winwin tertawa kecil.



“aku tahu satu restoran China yang makanannya enak banget, dikasih tahu sama Kun Ge. Kita makan di sana aja ya?! Kamu harus cobain masakan mereka.”












“Seriusan?” tanya Eva dari sambungan teleponnya dengan Ilya.



Ilya mengangguk kecil secara refleks walaupun ia tahu Eva tidak bisa melihatnya. “Iya. Selagi sekarang gue lagi punya status sama Winwin. Daripada nanti kalo udah putus mending sekarang.” Jawab Ilya sambil melihat ke belakang melalui kaca spion dari kaca mobil yang memang sengaja ia turunkan.



“tapi seharusnya gak segampang itukan ya?”



Winwin langsung meminta Ilya menunggu di mobil sementara ia membayar tagihan makan mereka. Ilya setuju dan langsung menuju mobil Winwin, sembari menunggu laki-laki itu ia menghubungi Eva dan memberitahu gadis itu tentang niatnya. “gue tahu kok Va. Tapi cuman ini kesempatan buat bikin Winwin suka sama gue. Kalo udah putus ntar susah. Selagi gue masih bisa pake status ini buat bikin dia suka gue, kenapa engga?”



“tapi lu gak aneh-aneh kan Il?”



Ilya menahan napasnya saat ia melihat Winwin masuk ke dalam mobil. Ia sama sekali tidak melihat laki-laki itu datang. Winwin hanya menatap Ilya sebentar sebelum kemudian melajukan mobilnya. “engga kok Va. Ya kali.” Sahut Ilya cepat.



“gue cuman bisa dukung elu Il. Asal jangan aneh-aneh aja kerjaan lu. Jangan tiba-tiba lu ngasih gue undangan nikah karena lu hamil anak dia.”



Ilya melirik pada Winwin, memastikan kalau suara Eva tidak cukup keras untuk didengar oleh laki-laki itu. “iya kali. Lu kira gue apaan?!”



“kan kali aja Il.”



“ngaco lu. Dah ya, ni gue udah di jalan balik sama Winwin.” Kata Ilya. Ia menunggu Eva sebentar mengatakan apapun yang ingin gadis itu katakan. “hm. Dah.” Tutupnya.






“tadi aku ke toilet dulu. Maaf ya, kamu jadi nunggu.” Terang Winwin. “barusan itu Eva?”




Ilya mengangguk kecil sambil menyimpan handphone-nya di dalam tas.



“ngobrolin apa?”



“bang Tapon. Eva takut aku nyamperin bang Tapon trus ngasih tahu kalo Eva naksir dia.” Dustanya.



Winwin mengangguk pelan. “tapi kayanya gak usah dikasih tahu juga Ten ge udah tahu.” Sahut Winwin.



“HAH? Seriusan? Kok bisa?”



Winwin mengusap bagian belakang kepalanya. “ya gimana ya ngejelasinnya. Ten Ge itu selalu punya feeling kuat, feeling dia jarang salah. Lagian hampir semua cewek yang kenal Ten ge kan pasti suka dia.” Jawab Winwin. “lagian ‘kan aku bilang kayanya, itu menurut aku aja Ly.”



“tapi kalo bang Tapon tahu kok dia gak ngapa-ngapain sih? Ngedeketin engga, ngejauh juga engga.”



Winwin mengangkat bahunya pelan. “tahu deh.” Sahut Winwin. “kita udah sampai.” Lanjut Winwin.



Ilya menoleh ke luar kaca, sepertinya ia terlalu serius membahas soal Ten dan Eva sampai tidak sadar kalau sudah sampai. “makasih ya udah dianterin pulang.” Kata Ilya. “sama dibayarin juga.”



Winwin tersenyum. “sama-sama.”



“Ly!” panggil Winwin kemudian saat Ilya menyampirkan tali tasnya di bahu kirinya.



“makasih ya.” Kata Winwin sambil mengambil tangan Ilya.



Ilya menahan napasnya dan tidak bisa berkata apapun. Winwin menggenggam tangannya erat dan menariknya kearah laki-laki itu. Ilya memejamkan matanya, mencoba mengontrol debaran jantungnya yang disebabkan oleh tindakan Winwin.






Winwin mencium Ilya. Tepat di bibir gadis itu.

















TBC.

Red | WINWIN WayV ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang