Chapter 14

1.3K 187 10
                                    


Ilya hanya bisa menunduk malu saat mendapati Eva menatap ke arahnya dan Winwin sambil melipat kedua tangannya di depan dada. "Setidaknya kalau kalian mau maksiat di dalam mobil, jangan di lapangan parkir gini." Katanya.



Entah sejak kapan, baik Winwin maupun Ilya jadi sering mencium satu sama lain, terkadang Winwin yang memulai kadang Ilya. Sekedar mengecup satu sama lain sudah seperti kebiasaan yang sering mereka lakukan sejak Ilya mencium Winwin di mobil beberapa minggu yang lalu. Dan sekarang, Eva memergoki mereka. Ilya hanya ingin mencium pipi Winwin saat laki-laki itu membukakan pintu mobil untuknya. Tapi Winwin menoleh pada Ilya dan menyatukan bibir kedua. Sebelum Ilya sadar dari keterkejutan yang selalu ia alami setiap Winwin menciumnya, Winwin sudah lebih dulu menarik dirinya diikuti dengan suara dehem yang disengaja oleh Eva.



"nih." Tangan Eva terjulur pada Ilya, gadis itu menyodorkan dua buku teks yang sebelumnya ia pinjam dari Ilya. "Thanks ya." Kata Eva.



Ilya mengangguk. "lu gak balik Va?" tanyanya.



"Nungguin Jaehyun."



"mau bareng kita gak?" tawar Winwin.



Eva tersenyum sambil menggeleng pelan. "makasih Win tapi kayanya gak deh. Malas liat orang pacaran trus berujung maksiat di mobil."



"iya kali Va." Sahut Winwin.



Eva mengangkat bahunya pelan. "Ya siapa tahu." Sahutnya. "udah ya. Gue mau ngantin aja sambil nungguin Jaehyun. Pulang hati-hati lu. Next minjem buku lu lagi ya Ly." Lanjut Eva yang dijawab dengan anggukan oleh Winwin dan Ilya. "btw jangam lupa pake pengaman Win."



Sontak perkataan Eva membuat Winwin dan Ilya merona, sementara Eva hanya tertawa kemudian berbalik dan setengah berlari meninggalkan keduanya yang kini dalam keadaan canggung.



Winwin berdehem pelan. "masuk Ly. Ntar pulangnya kesorean kalo kelamaan di sini."



Ilya mengangguk dam langsung menunduk, masuk ke dalam mobil, membiarkan Winwin menutup pintu mobil untuknya.



"Lusa sibuk gak?" tanya Winwin setelah mereka meninggalkan area kampus.



"engga. Mau kemana?"



"diajakin Ten ge hiking gitu. Tapi nginep di mountain house-nya keluarga Ten ge."



"berapa lama?"



"dua atau tiga hari katanya."



"siapa aja yang ikut?" tanya Ilya lagi. Sesungguhnya ia tidak begitu tertarik untuk ikut apalagi kalo ternyata di sana hanya ada teman-teman Winwin.



"banyak. Kun, Yangyang, Hendery trus kata Ten ge Bang Johnny sama Bang Taeyong juga. Eva kayanya bakal diajak juga, sama anak-anak yang lain juga."



"Eva deket ya sama bang tapon?"



Winwin mengangkat bahunya pelan. "ya kalo gak Johnny pasti Jaehyun yang maksa Eva ikut. Trus katanya ada Lisa sama Aurora juga."



"Aku ikut!" putus Ilya saat mendengar Aurora juga akan ikut. Ilya tidak bisa membiarkan Aurora berada di dekat Winwin. Meskipun Aurora tidak melakukan apapun setelah kejadian itu, Ilya tetap tidak bisa percaya padanya.














"ini rumah siapa?" tanya Ilya saat mereka sampai di sebuah rumah besar bertingkat yang dikelilingi pagar tinggi.



"Ten Ge. Kita ngambil makanan sama beberapa barang dulu." Jawab Winwin sambil membunyikan klaksonnya. "awalnya mereka mau di mobil Kun ge. Tapi Kun ge mendadak gak bisa ikut, Lucas juga gak bisa." Tambahnya.



Ilya mengangguk, kemudian perhatiannya teralih pada gerbang yang baru saja dibuka diikuti dengan Yangyang dan Hendery yang keluar sambil menenteng plastik besar di kedua tangan mereka. Winwin dengan cepat melepas sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.


Dari dalam mobil, Ilya memerhatikan Winwin yang membukakan bagasi mobil kemudian melipat dua kursi paling belakang sebelum kemudian membantu Yangyang dan Hendery memasukkannya.



"Sorry ya ge. Mobil bang Ten gak cukup soalnya udah bawa barang kita, belum lagi barang kak Aurora dan kak Lisa. Tahulah gimana cewek." Kata Yangyang.



"Iya. Tadi udah di chat Ten ge juga." Sahut Winwin. Tak lama Ten dan Xiaojun keluar dari dalam rumah membawa tas kain besar masing-masing satu.



"Tolong ya Win." Pinta Ten saat Winwin membantunya mengangkat tas itu ke dalam mobil. "barang lu mana? Kayanya masih bisa kalo cuman ransel. Kasian juga kalo mobil lu penuh gini."



Winwin menunjuk ke arah tas ransel miliknya yang ia letakkan di kursi penumpang.



"punya Ilya?" tanya Ten lagi.



"udah di dalam juga, kita gak bawa banyak bang. Kan cuman dua hari." Jawab Winwin.



"teteh gak bawa Skincare?" tanya Hendery. Ilya tersenyum sambil mengangkat totebag yang dari tadi ia pangku di atas paha.



"Ilya gak ribet kalo soal begituan. Dia jarang pake make up juga." Terang Winwin.



"enak banget lu Win, punya pacar gak ribet. Coba pacarnya bang Taeyong, yalord ribetnya minta ampun. Bikin skeptis aja gue sama cewek jadinya." Sahut Ten.



"pacaran sama yang gak ribet juga lah bang kalo mau enak." Sahut Winwin, "adeknya bang Johnny tuh gak ribet. Malah terlalu sederhana kayanya jadi cewek." Tambah Winwin sambil melirik ke arah Xiaojun yang kini menatapnya dengan terkejut.



"jadi kapan nih berangkatnya?" potong Yangyang.



"sekarang aja biar sampenya gak kesorean." Jawab Ten sambil membantu Winwin menutup bagasi mobil. "Yangyang, lu ikut mobil bang Taeyong ya, sama Mark. Biar Xiaodery ikut gue sama Lisa."




"Lisa sama bang Tapon pacaran?" tanya Ilya saat Winwin membuka pintu mobil. Ilya menunggu Winwin memasang kembali sabuk pengamannya. "mereka deket banget soalnya. Lisa juga makan malam di rumah bang Tapon kan?"



Winwin menoleh pada Ilya, melemparkan tatapan penuh tanda tanya pada gadis itu.



"aku gak suka bang Tapon kok." Kata Ilya cepat sambil menggelengkan kepalanya. "ini buat Eva kok, kalo mereka pacaran jadi Eva bisa berhenti naksir bang Tapon. Trus soal makan malam itu, aku pernah dengar waktu dia dan Aurora ngomong di toilet." Ilya tidak tahu kenapa, dia hanya merasa harus menjelaskan semuanya pada Winwin sebelum laki-laki itu salah paham.



"aku gak tahu Ly." Jawab Winwin.



"apanya?"


"Ten dan Lisa. Aku gak tahu." Ulangnya. "gak ada yang tahu hubungan bang Ten dan Lisa itu gimana. Bang Ten karena emang sifat dia yang jarang ngomongin soal begituan jadi jarang dibahas. Kalo ditanya pun pasti dijawab becandaan sama dia."



Ilya mengerutkan alisnya bingung. Tatapannya fokus mengikuti sosok Ten yang terlihat dari kaca mobil. Laki-laki itu baru saja membawa mobilnya keluar dan tepat di sebelahnya ada Lisa yang sedang merapikan poninya. Winwin menginjak pedal gasnya dengan pelan mengikuti Ten tepat di belakang mobil laki-laki itu.



"trus Lisa gak pernah bilang apa-apa?" tanya Ilya lagi.



Winwin menggeleng pelan. Ia masih mendengarkan Ilya meskipun matanya fokus pada jalanan sekarang. "mau nanya juga susah karena dia awalnya bukan teman kami. Trus gak enak juga kalo nanya ntar dikira apaan lagi sama dia."



"bener sih... tapi kasian Eva."



"soal Eva." Kata Winwin. "kayanya dia harus mulai memperhatikan sekitar deh, jangan fokus ke bang Ten aja."



Perlu waktu beberapa saat untuk Ilya mencerna dan memahami maksud perkataan Winwin. "ADA YANG LAGI NAKSIR EVA?!?"



Winwin mengangguk pelan sebagai jawaban.



"Siapa?"



"adalah pokok. Deket kok orangnya."



"gak suka nih pake rahasia-rahasiaan."



"gak gitu sayang. Kan itu privasi dia, jadi akh gak bisa ngomong apa-apa."



Ilya tidak mengatakan apapun setelahnya. Bukan karena ia setuju atau tidak lagi penasaran, hanya saja panggilan yang sepertinya di lontarkan Winwin tanpa berpikir padanya sukses membuat Ilya tidak bisa melakukan apapun.


















TBC.....

Red | WINWIN WayV ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang