“Resmi dong ya sekarang.” Goda Eva.
Ilya menutup wajahnya dengan selimut kemudian berguling di atas kasurnya. “gak tahu.”
Eva tertawa kecil melihat tingkah laku Ilya. Ilya selalu jadi gadis yang berani dan kuat dalam pandangan Eva. Tapi melihat gadis itu malu-malu saat bercerita padanya beberapa waktu yang lalu tentang ciumannya dengan Winwin membuat Eva merasa Ilya lucu.
“gue nginep ya?” kata Eva.
Ilya menurunkan selimut yang menutupi wajahnya. “trus besok ngampus gimana?”
“bareng elu lah.” Sahut Eva. “jangan bilang lu mau berangkat sama Winwin?” lanjut Eva saat melihat ekspresi Ilya.
Ilya mengulum senyumnya kemudian mengangguk kecil. Setelah ciuman mereka di mobil tadi, Winwin berjanji akan menjemputnya besok, yang langsung disetujui oleh Ilya tanpa basa-basi.
“ya kalo gitu ngapain lu nelpon gue nyuruh ke sini Il?” tanya Eva. “nangis ajalah gue.”
Ilya memberikan senyum lebarnya pada Eva. “gue mau cerita Va.”
Eva menggeleng pelan tidak percaya dengan perkataan Ilya. “lu kaya baru pertama kali ciuman aja.”
“tapikan ini ciuman pertama gue sama Winwin Va.”
“ciuman pertama Winwin juga kayanya.” Sahut Eva santai sambil memainkan handphonenya.
Ilya yang mendengar hal itu langsung bangkit dari posisinya yang semula berbaring menjadi duduk berlipat kaki di depan Eva. “seriusan?”
“kemungkinan besar. Soalnya dia gak pernah pacaran. Lu pacar pertama dia.” Jelas Eva.
“jangan nipu gue dong Va.”
“tanya aja sendiri kalo gak percaya.” Sahut Eva. “btw gue balik ya?”
“loh kok udah mau balik?”
Eva merotasikan matanya. “katanya tadi gak boleh nginep.”
“gue gak bilang gak boleh. Gue bilang besok ngampusnya gimana.” Bantah Ilya.
“yah gimana dong? Hendery udah mau nyampe katanya.” Sahut Eva sambil mengangkat handphone-nya.
Ilya menurunkan kedua sudut bibirnya. “yaudah. Ntar kapan-kapan nginep ya.”
“mau kemana?” tanya Ilya saat Winwin menarik tangannya padahal gadis itu baru saja keluar dari kelasnya.
“temenin nyamperin Ten ge.” Jawab Winwin.
Ilya tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia membiarkan Winwin membawanya ke gedung lain dari fakultasnya. Meski ada di fakultas yang sama, jurusannya dan Ten berbeda dan lagi gedung kuliah mereka juga berbeda meskipun hanya bersebelahan.
Ilya mengerutkan dahinya menoleh bingung pada Winwin yang sekarang membawanya bukan ke gedung jurusan Ten melainkan ke arah kantin Fakultas.
Tak perlu lama bagi keduanya mendapati sosok Ten yang tengah duduk bersama Johnny di pojokan kantin.
“oh Winwin.” Sapa Ten saat Winwin berjalan ke arah meja mereka. “Ilya ‘kan?” tanyanya lagi sambil menunjuk Ilya yang dijawab dengan anggukan kecil oleh gadis itu.
“kamu mau makan siang gak? Biar aku pesanin.” Kata Winwin.
Ilya tidak tahu kenapa, tapi perhatian Winwin malah membuatnya malu sekarang. “samain aja.” Jawabnya kemudian.
“Duduk dek?!” kata Ten sambil menunjuk kursi kosong di sebelahnya.
Ilya mengangguk dan dengan canggung duduk di samping laki-laki itu. Ilya tidak pernah benar-benar berkenalan secara resmi dengan Ten. Meskipun sudah beberapa kali bertemu laki-laki itu, Ilya tetap merasa canggung.
“Siapa?” tanya Johnny lebih kepada Ten.
“Ilya, Bang.” Sahut Ilya pelan.
“dia temen Eva John, masa lu gak tahu.” Tambah Ten.
“ya gue mana ngurus Eva sih Ten.”
“iya. Yang ada Eva yang ngurusin elu.” Sahut Ten yang disambut dengan tawa oleh Johnny. Laki-laki bertubuh jangkung itu sama sekali tidak membantah. Tapi di luar itu, mendengar Ten membicarakan Eva dan kata-kata Ten sedikit banyak menarik minat Ilya.
Winwin datang tak lama setelahnya lengkap dengan dua piring dan dua botol air mineral. Laki-laki itu mengambil posisi duduk di samping Johnny dan memberikan salah satu piring pada Ilya. Tidak lupa ia juga memberikan sendok dan sumpit yang sebelumnya telah ia bersihkan dengan tisu pada gadis itu.
Ilya tersenyum sambil mengucapkan terima kasih tanpa suara yang direspon Winwin dengan senyum kecil.
“Ge, minggu ini sibuk gak?” tanya Winwin sambil mengambil salah satu botol air mineral di depannya.
“Gak kayanya.” Jawab Ten.
“Ten mana pernah sibuk.” Sahut Johnny. “pengangguran dia.”
“sialan.” Kata Ten sambil tertawa pelan. “kenapa Win?”
“minggu depan ada tes.” Terang Winwin sambil menatap kearah Ten, tapi tangannya bergerak ringan meletakkan air mineral yang sudah ia buka di depan Ilya dan mengambil botol lain dan melatakkan di depannya. “kalo gak keberatan dan gak sibuk mau minta tolong jadi pasang aku buat tes.” Lanjut Winwin santai. Sementara Ilya sudah menggigit sendoknya sambil menundukkan kepalanya. Ia malu.
“boleh. Boleh.” Jawab Ten semangat. “ada tema khusus gak atau ada ketentuannya?”
Winwin yang sedang mengunyah makan siangnya menggeleng pelan. “cuman harus bikin choreo sendiri.” Kata Winwin setelah menelan makanannya.
“gampang kalo itu. Ntar malem ke rumah aja buat ngebahas maunya gimana.” Ujar Ten.
“makasih ge.” Kata Winwin dengan mulut penuh.
“makan tuh yang bener.” Kata Johnny, “telan dulu baru ngomong. Ada mba pacar juga.”
Winwin melirik ke arah Ilya dan membuat mereka bertukar pandang. Sedetik kemudian Winwin menundukkan kepalanya dengan telinga yang memerah. Melihat hal itu Ilya juga ikut menundukkan kepalanya.
“dih males banget melihat ke uwu’an siang-siang.” Goda Ten pura-pura kesel.
“kalo lo mau, lo bisa uwu uwu’an sama gue kok Ten.” Tawar Johnny sambil tertawa.
“ogah! Lo kira gue apaan?” tolak Ten mentah-mentah.
Ilya tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa yang membuatnya tersedak sekarang. Ten dengan sigap menepuk pelan punggung gadis itu. “pelan-pelan dek.” Tegur Ten.
Ilya mengangguk kemudian mengambil botol air di depannya dan meminumnya beberapa teguk mencoba menghilangkan rasa tersedaknya. Sementara Winwin menunggu Ilya selesai dengan minumnya sebelum akhirnya menyodorkan tisu ke depan Ilya.
“gara-gara elu nih John.” Tuding Ten.
“loh kok gue?”
“ya elo bilang mau uwu-uwu’an sama gue.” Sahut Ten. “monyet aja bakal pingsan John dengernya apalagi Ilya.”
“minggu depan datang ya Ly.” Pinta Winwin. Keduanya masih di dalam mobil Winwin, di depan rumah Ilya.
Ilya mengangguk pelan. “ke back stage boleh gak? Biar aku datang cepat aja.”
“boleh kok. Ntar aku kasih tahu sama temen aku kalo kamu mau datang.”
Ilya mengangguk mengiyakan permintaan Winwin. “mau mampir dulu gak?”
“lain kali ya Ly. Mau ke tempat Ten ge, udah janjikan tadi? Takut telat.”
“hati-hati kalo gitu.” Kata Ilya. Dan kemudian ia bergerak cepat menangkup wajah Winwin dengan kedua tangannya dan menarik Winwin kearahnya sebelum akhirnya menyatukan bibirnya dengan Winwin.
Secepat Ilya mempertemukan bibir mereka, secepat itu juga Ilya melepaskannya kemudian berlari ke luar dari mobil. Ilya melambai dua kali pada Winwin sebelum berlari ke dalam rumah sambil menutupi wajah dengan kedua tangannya. Sementara Winwin, jangan tanyakan bagaimana laki-laki itu. Dia masih mengalami malfunction brain.
TBC..
KAMU SEDANG MEMBACA
Red | WINWIN WayV ✔
FanfictionGue bukan cewek lo. Gosah ngurusin idup Gue! - Ilya Yaudah kalau gitu ayo pacaran biar aku bisa ngurusin kamu. - Winwin Balik sana lo ke China. Dasar Sinting! - Ilya Warning! - Alternatif Universal - Out Of Character - Trash Content - Mature (fo lan...