STILL WITH YOU

7.4K 755 101
                                    

POV Jennie.

Untuk kelima kalinya, aku melihat bayanganku dicermin ukuran besar yang ada di kamar orang tuaku.

Gaun yang aku kenakan begitu putih dan sangat bersih. membuat mataku berkilau berkat sinar matahari yang masuk melalui jendela kamar.

Dalam waktu kurang dari dua jam lagi aku akan berganti nama dari Ms. Kim menjadi Mrs. Park

Aku menghela nafas berat dan kembali duduk di tempat tidur, mengabaikan perintah ibuku supaya tidak mengkusutkan gaun putih yang aku kenakan.

Aku merasakan dorongan kuat untuk menangis, tetapi aku tidak boleh meneteskan air mata karena hal itu akan merusak jerih payah tiga jam kerja make-up artist profesional yang menangani riasanku.

Semua ini penting bagiku. Gaun. Makeup. Pernikahan. Park Jimin.

Tetapi satu-satunya hal yang paling penting bagiku adalah seseorang yang berada ribuan mil jauhnya, di London.

Aku merasakan mataku dipenuhi dengan air mata ketika mengingat cara Lisa meninggalkanku di stasiun kereta api pada sore hari di bulan Januari yang kelabu.

Kami telah berkencan sejak usia enam belas tahun, bahkan hubungan itu tetap berjalan di bawah semua tekanan dari orang tuaku agar aku meninggalkannya.

Dua tahun berlalu dan kritik orangtuaku terhadap hubungan kami semakin memperburuk keadaan. jadi segera setelah aku berusia delapan belas tahun, aku memutuskan untuk melarikan diri bersama Lisa.

Aku ingin pergi sejauh mungkin dengan pacarku.

Lisa berpikir ide itu adalah omong kosong dan ia menolak bertindak seperti itu. Ia juga mengatakan bahwa berlari tidak akan pernah menyelesaikan masalah.

Tapi aku terus bersikeras dengan keinginanku dan pada akhirnya Lisa menyerah pada kehendakku.

Aku benar-benar senang dengan rencana itu. Dengan semangat aku mengepak tas di malam hari sehingga orang tuaku tidak melihatku dan aku dengan segera meninggalkan rumah sebelum mereka bangun.

Kami sepakat untuk bertemu di stasiun kereta pukul 8 pagi. Aku tiba di stasiun dan menunggu di tempat yang tepat di mana sebelumnya telah kami sepakati.

Aku menunggu Lisa. aku menunggunya. Dan aku terus menunggu.

Setelah hampir satu jam, Lisa akhirnya datang dan aku tersenyum ketika melihatnya.

Namun senyumku segera memudar ketika melihat bahwa dia tidak membawa koper, sementara ekspresi wajahnya kosong dengan mata merah yang agak bengkak seperti seseorang yang baru saja menangis.

"Lili, apa yang terjadi? Di mana tasmu?" Aku bertanya dengan putus asa.

"Jennie...."

Saat itu aku membeku. Lisa tidak pernah memanggilku dengan namaku kecuali ketika kami berkelahi atau ketika sesuatu yang buruk terjadi.
Lalu dia melanjutkan,

"Aku tidak bisa pergi denganmu. Dan, kamu juga tidak boleh pergi ke mana pun." Kata Lisa seraya memandang ke bawah.

Pada saat itu, aku marah, aku bersumpah aku sangat kecewa dengan ucapannya.

"Apa?! Apa maksud dari 'kamu tidak bisa pergi denganku', apa kamu gila?!"

Aku berusaha menjaga suaraku agar tidak menarik perhatian semua orang di stasiun, tetapi rasanya begitu sulit apalagi ketika Lisa mendongak dan menatapku dengan mata dingin tanpa emosi.

"Jawab aku, Lisa!" Aku berteriak.
Ia mengambil napas dalam-dalam lalu mengucapkan kata-kata yang paling menyakitkan dalam hidupku.

"Aku tidak bisa pergi ke mana pun denganmu, Jennie. Aku punya rencana untuk masa depanku. Kamu tidak pernah mau mendengarkanku. Intinya aku akan pergi minggu depan, aku akan belajar di London. Ini sudah berakhir Jen."

BOOK OF JENLISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang