ו Chapter 31 •×

4.4K 419 87
                                    

•×•×•

Seulgi

Aku memandangi sosok yang terbaring sambil menghadap padaku, memelukku dengan dekapan hangatnya. Rasanya tidak dapat dipercaya, bahkan aku sendiri masih menganggap ini sebagai mimpi dalam tidurku.

Ku ulurkan tangan kiriku yang tadi memeluk pinggangnya, mengarahkannya ke sisi wajahnya yang tegas, namun terkesan manis bagiku. Mengelus lembut pipinya yang sangat ingin ku sentuh, menjamah seluruh wajahnya yang tampan.

Tiba-tiba aku tersenyum sendiri saat pria itu sedikit bergumam tidak jelas karena aku mengganggu tidurnya, mungkin dia terusik karena ulah tanganku yang sangat ingin menyentuh wajahnya. Akhirnya aku diam, tanganku berhenti mengganggunya. Namun aku tetap mengarahkan senyum yang hampir membuatku tertawa karena gumamannya yang terdengar lucu bagiku.

Sebenarnya aku ingin membangunkan Jimin, karena hari ini adalah hari terakhir touring wilayah Busan. Tapi entah kenapa, kepalaku sedikit nyeri dan tubuhku rasanya pegal semua. Di tambah, kakiku yang terkilir kemarin, membuatku kesulitan berjalan. Dan juga..

Kegiatan tambahan semalam yang menjadi hal pertama untukku dan pria ini. Park Jimin.

Tiba-tiba aku langsung memejamkan mataku dan mungkin wajahku sudah bersemu merah, mengingat kembali hal semalam yang kami lakukan bersama.

Itu adalah sebuah hal yang terindah untukku. Membuatku merasa bahagia karena tahu bahwa Jimin memilihku, sekaligus menjadikanku yang pertama untuknya. Menjadikanku miliknya dan aku berharap bisa menjadi wanita seutuhnya. Sebuah pencapaian yang dinamakan sebagai istri dan ibu dari anak-anak kami kelak.

Aku berharap bisa menjadi lebih baik lagi. Ya, semoga.

Ku buka lagi kedua mataku dan aku terkejut ketika mendapati Jimin tengah menatapku sambil tersenyum manis disana. Dia sudah terbangun, tapi sama sekali tidak mengeluarkan suara apapun. Pria itu hanya menatapku lurus dengan pandangan teduh dan sulit di artikan.

Dia terus memandangiku, sampai aku salah tingkah dibuatnya. Membuatku jadi teringat, bagaimana mempesonanya Jimin saat dia berada di atasku semalam. Mengingat saat tubuh kami yang polos tanpa sehelai benang apapun itu sama-sama berkeringat, ketika permainan panas itu terjadi semalam. Serta suara lenguhan dan geraman saat kami terus menikmatinya entah sampai berapa lama.

"Hai." Sapa Jimin dengan suara halus, namun sedikit serak disana. Bersamaan dengan itu juga, senyum Jimin terukir kala aku hanya memberinya sebuah senyuman sebagai balasan atas sapaan paginya barusan.

"Katakan sesuatu, aku ingin tahu bagaimana perasaanmu saat ini." Setelah berkata seperti itu, Jimin menaikkan tangannya. Menyentuh sisi wajahku dengan lembut, kemudian ibu jarinya berhenti tepat di sudut bibirku. Hingga bisa kurasakan ibu jarinya menelusuri lapisan bibirku yang masih sedikit bengkak akibat nafsunya semalam.

Lantas, aku menggenggam tangannya yang sibuk berada di sisi wajahku itu dan balas mengusap punggung tangannya dengan jari-jariku. Seakan aku bisa merasakan bahwa pria yang di sampingku ini benar-benar teman masa kecilku, seseorang yang pernah membenciku, suami dan sekaligus pria yang mulai belajar untuk mencintaiku.

"Saat aku terbangun dan mengira jika ini adalah mimpi." Ucapku lembut, menjawab atas pertanyaannya tadi. Dan Jimin menautkan kedua alisnya, merespon ucapanku barusan dengan tatapan bingungmya.

Touch Your Heart ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang