ו Chapter 09 •×

3.7K 509 181
                                        

•וו

Seulgi

Aku sudah tinggal beberapa hari di rumah Ibuku, hal itu kulakukan karena aku butuh seseorang berada disampingku. Yang bisa menguatkanku dan mengerti diriku, ya dan itu adalah Ibuku. Wanita yang paling tulus menyayangiku di dunia ini.

Aku menceritakan semua keluh kesahku terhadap masalah pernikahanku dan Jimin, aku mengeluarkan semua rahasia kami yang selama ini ku simpan selama hampir 2 tahun.

Aku sudah tahu bagaimana reaksi Ibuku, beliau menyalahkan dirinya dan menganggap dialah yang membuatku menderia karena aku harus menikah dengan Jimin. Namun, aku tegaskan bahwa keputusan Ibuku bukanlah sebuah kesalahan. Semua karena memang akulah yang juga menginginkannya, aku menginginkan Jimin yang ku anggap bisa membuat kami berpikir semakin dewasa dan tidak terus terpuruk dengan masa lalu.

Memang, yang kudapatkan darinya tidak sesuai dengan ekspektasiku. Selama bersamanya hanya ada kebencian dan diriku yang di anggap terobsesi padanya.

Tapi, benarkah begitu? Kurasa tanggapan Jimin salah. Aku hanya orang biasa yang dengan tulus mencintainya, aku tidak terobsesi seperti yang di maksudkan. Kalau boleh kukatakan, daripada terobsesi aku lebih setuju jika dia mengatakan aku ini bodoh. Ya, paling tidak itu adalah kata yang tepat untukku.

Aku berusaha menata hatiku ketika Jimin terus menghubungiku dan mengirimi beberapa pesan untukku. Aku hanya berdiam diri, tak sedikitpun berniat untuk membalasnya. Aku membiarkannya mencari-cari diriku, karena kupikir Jimin tidak akan pernah mau peduli padaku.

Hingga pada akhirnya aku selalu menangis setiap kali mengingat Jimin, kadang aku merasa bersalah karena tak menjawab panggilan darinya. Bahkan Wendy mengabariku, jika Jimin sampai menanyakan tentang dimana keberadaanku.

Sejujurnya, Wendy tahu semua itu. Aku memberitahu semuanya, bagaimana aku melihat Jimin dan Yerin di cafe waktu itu hingga aku memutuskan untuk kembali ke rumah Ibuku.

Awalnya aku berniat pulang setelah itu lalu kembali ke apartemen seperti biasa dan menganggap semua yang kulihat tidak pernah terjadi. Tapi, Wendy dengan tegas mengatakan padaku untuk tidak kembali ke sana.
_

'Lebih baik kau tetap disana, jangan pulang dulu. Biarkan dirimu tenang, aku tahu karena itu sangat berat untukmu.' Kata Wendy saat meneleponku beberapa waktu lalu.

'Tapi, aku harus menyiapkan pakaian untuk Jimin besok. Jungkook bilang mereka ada pertemuan-..'

'Tidak! biarkan saja dia menyiapkannya sendiri, kau itu bukan pembantunya Seul!'

'Kurasa sekali-kali kau harus membiarkannya. Ya aku tahu, itu memang kewajibanmu sebagai istri tapi mengingat kondisimu yang sekarang.. coba kau pikirkan lagi, aku rasa Jimin butuh suatu dorongan yang kuat agar dia jera dan tidak seenaknya terhadapmu!'

Aku terdiam, jujur saja meskipun aku mulai menyerah terhadap Jimin tapi aku tak bisa memungkiri kewajibanku sebagai istri. Semua hal yang selalu kulakukan untunya sudah menjadi kebiasan bagiku. Entah mengapa, semuanya menjadi berkurang jika aku tak pulang kesana.

'Apa kau sudah memutuskannya?' Tanya Wendy diseberang sana.

'Belum, aku tidak tahu harus bagaimana? Aku ingin menyudahinya tapi di satu sisi ada bagian dari diriku yang menolak.' Jawabku lirih.

'Kau ingat saat aku mengatakan sebuah saran untukmu di cafe tadi?' Aku reflek mengangguk meskipun kutahu Wendy takkan melihat itu.

Touch Your Heart ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang