Prolog

15 3 0
                                    

Hari minggu yang cerah, orang-orang pasti akan mengisinya dengan waktu yang santai seperti rebahan di rumah, jalan-jalan bersama teman, pacar atau piknik dengan keluarga.

Namun tidak dengan keluarga kecil yang satu ini, mereka disibukan dengan persiapan pindah rumah.

Para pekerja yang disewa terus mengangkut perabotan rumah ke dalam mobil box dengan cepat agar pekerjaan mereka segera selesai.

Setelah semua barang selesai diangkut, mobil pun dinyalakan lalu berangkat menuju rumah baru keluarga kecil itu.

Sesampainya di sana mereka berhenti di depan rumah dengan nuansa sederhana dan bisa di bilang cukup besar. Ya.. terbilang cukup besar hanya untuk 2 orang.

Sungguh minggu ini adalah hari yang sibuk bagi mereka. Setelah memindahkan barang, mereka harus merapihkannya untung saja barang yang mereka miliki tidak terlalu banyak.

Butuh waktu beberapa jam untuk membereskan semua perabotan, jika bukan karena para pekerja yang di sewa membantu untuk memindahkannya mungkin mereka butuh waktu satu hari penuh atau bahkan beberapa hari untuk membereskannya.

Bagimana tidak? keluarga kecil itu hanya terdiri dari dua orang, seorang ibu yang berusia 28 tahun dan juga seorang anak laki-laki yang berusia 7 tahun.

"Mom, boleh ga aku jalan-jalan di sekitar perumahan?" tanya anak itu setelah membereskan kamarnya.

"Tentu saja End, berhati-hatilah dan ingat pesan mom, hafalkan jalan pulang, hati-hati ketika berbicara dengan orang asing, tolaklah jika diberi sesuatu dari orang yang tidak dikenal, dan..."

"Iya mom.. aku akan mengingatnya. Aku pergi dulu, bye mom."

"Jangan lupa kenakan jaketmu, dan pulanglah sebelum sore!"

Anak itu melangkah keluar rumah, menengok kanan kiri, memperhatikan sekitar, terus berjalan dengan langkah kecil.

Sampailah ia di sebuah taman.

'Taman di perumahan ini cukup besar,' ucap End dalam hati.

Suasana taman yang tenang dengan angin sepoi-sepoi yang menerpanya, hanya dilewati oleh bebeberapa orang yang berlalu lalang, tempat yang sangat cocok untuk bersantai. 

End berjalan-jalan cukup lama hanya memandangi sekitar, memperhatikan aktifitas orang-orang yang terlihat oleh matanya. Di rasa sudah lelah ia mencari tempat untuk beristirahat, dan menemukan pohon rindang yang dianggap cocok.

End duduk di bawahnya dan mencari posisi yang nyaman, ia menutup mata dan mulai tertidur, beberapa detik baru saja berlalu setelah ia terlelap terdengar suara berisik dari atas. Awalnya End mengabaikan suara tersebut, hingga dedaunan serta ranting pohon mulai berjatuhan ke atas kepalanya.

End membuka mata, melihat ke atas. Ada sepasang kaki dan tangan kecil yang sedang memeluk batang pohon. Ia bangkit dari duduknya dan sedikit berjalan menjauh untuk melihat secara jelas apa yang ada di atas pohon.

"Hey! apa yang sedang kamu lakukan?" End berbicara dengan nada sedikit tinggi agar manusia yang ia panggil mendengarnya.

Manusia yang dimaksud tersebut tersentak, bahkan terlihat hampir jatuh.

"Eh i-ini aku sedang em.. melihat ... pemandangan, iya! melihat pemandangan!" jawabnya. Terdengar dari suaranya bahwa dia adalah seorang  anak perempuan. 

End memperhatikannya, anak perempuan itu sepertinya sedang gelisah. Ia melihat kesana kemari sedang mencari cara untuk turun.

"Apa kamu baik-baik saja?"

"I-iya aku baik-baik saja...."

"Kamu yakin?"

"T-tentu aku tidak apa-apa."

"Hah..." End menghela nafas bingung, 'Kenapa anak itu tidak jujur, terlihat jelas kalau dia sedang membutuhkan bantuan, apa susahnya meminta tolong?'

"Lompatlah, aku akan menangkapmu."

"Apa..?"

"Aku bilang lompat, aku akan menangkapmu. Percayalah," anak perempuan itu awalnya tampak ragu-ragu, namun setelah menatap mata End untuk waktu yang lama entah mengapa hatinya menjadi tenang dan seketika percaya pada ucapannya.

"Kalau begitu aku akan melompat," tanpa aba-aba anak perempuan tersebut langsung melompat sambil menutup mata.

End kaget dengan apa yang dia lakukan secara tiba-tiba, reflek kaki kecil End segera berlari untuk menangkapnya.

Brukk...

"Sakitt..," ucap anak perempuan itu sambil memegang jidatnya, terasa seperti telah membentur sesuatu yang keras. Pemandangannya buram, saat pemandangannya sudah kembali normal ia melihat End yang terkapar di bawahnya.

"Aaaa... maafkan aku, kamu tidak apa-apa?"

"Menyingkir dari atasku dulu."

"Ahh.. iya," ia lansung berpindah tempat ke samping End dan membantu End untuk bangun.

"Aww..," lirih End, kepala dan punggungnya terasa sakit.

"Aku benar-benar minta maaf," ucap anak itu sambil menundukan kepalanya. 

End menatapnya dalam diam cukup lama, ia bingung apa yang harus dia lakukan sekarang. Tangan anak perempuan itu tampak gemetaran, suasananya kini sangat canggung.

"Namaku Alfrend Chandra Lyan, kamu?" tanya End untuk memecah kecanggugan.

"Aku Angel Ranatha Purnama! Terima kasih karena telah menyelamatkan ku!" ucapnya bersemangat sambil tersenyum, memamerkan deretan gigi susunya.

End merasa aneh, kini ia merasakan perasaan yang tak dapat dijelaskan. Ini pertama kalinya End merasakan kehangatan dari senyum orang lain selain ibunya.

End tidak akan pernah mengira bahwa pertemuan yang tak disangka-sangka ini akan mengubah takdir hidupnya.



Membunuh, KARENAMU.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang