Chapter 8

50.8K 272 17
                                    

Hay semua...

Selamat Membaca.

Hutan itu tampak menyeramkan saat di lihat. Pohon-pohon menjulang tinggi, daun-daun membuat hutan itu tampak gelap bahkan di siang hari. Tapi di dalam hutan itu, yang tak diketahui siapapun ada dua orang yang tinggal disana. Mereka adalah Adlan dan Nisa. Mereka sudah tinggal di hutan itu sejak 2 tahun yang lalu. Adlan dan Nisa menempati 1 gubuk dekat sungai yang ada di dalam hutan itu.

Kejadian 2 tahun yang lalu, dimana Adlan dan Nisa akan di culik dan akan di jual sebagai pemuas nafsu berhasil kabur dan berakhir di hutan ini. Kebersamaan 2 tahun itu membuat mereka saling mencintai.

Pagi ini Nisa tampak sedang duduk di kursi kayu depan rumah. Ia mengenakan dres bunga selutut yang tampak sangat pas di tubuhnya. Dua tangan mungilnya tampak mengelus perut besar nan bulat itu. Nisa memang sedang hamil, dan tentu saja itu anak Adlan. Mereka berdua adalah patner yang baik. Adlan yang bertanggung jawab dan Nisa adalah orang yang penyayang dan juga penuh kelembutan. Dua hal itulah yang membuat mereka akan menjadi orang tua bersama.

Dari kejauhan tampak seorang laki-laki membawa banyak plastik berisi makanan. Adlan baru saja pulang dari pasar untuk membeli kebutuhan mereka. Butuh waktu 2 jam untuk Adlan pulang dan pergi. Nisa bangkit dari duduknya dan menyambut suaminya itu. Adlan tersenyum dan mempercepat langkahnya.

Setelah sampai tepat di depan istri cantiknya itu, Adlan meletakkan plastic dan memeluk penuh sayang istrinya itu. Semenjak kehamilan tua ini Nisa memang bertambah manja pada Adlan, dan tentu saja Adlan sangat senang.

Adlan melepas pelukan itu dan menunduk mencium perut besar istrinya. "apa aku lama sayang? Baru 2 jam apa kalian sudah rindu? Terutama kamu?" Adlan menoel hidung kecil istrinya. Nisa tersenyum "tentu saja aku merindukanmu sayang. Aku tetap tidak terbiasa kamu tinggal sendirian disini". Adlan paham itu, karena memang hutan ini terasa gelap bahkan disiang hari. Adlan membelai pipi putih istrinya, tangan kanannya mengambil plastik belanjaan dan tangan kirinya menggadeng istrinya untuk masuk kerumah. "mari kita masak, si kecil ini pasti sudah lapar, apalagi ibunya".

Hari sudah malam, hanya suara hewa-hewan kecil yang terdengar. Sepasang kekasih itu sedang berbaring diranjang, dengan Adlan yang memeluk perut besar istrinya . "kapan dia akan lahir?" Nisa menggeleng "aku tidak tahu Mas, sejak awal hamil kita tidak pernah periksa. Tapi menurutku ia akan lahir sebentar lagi. Lihatlah, perutku sudah sangat besar dan juga sudah turun". Memang benar, adlan merasa perut istrinya memang sudah sangat besar dan seperti akan jatuh saja. "lalu kamu ingin melahirkan dimana sayang?" Nisa tampak berpikir "rumah ini kan dekat sungai, bagaimana jika disana saja. Aku ingin suasana yang tenang dan nyaman mas" Adlan mengangguk "baiklah, saat ia akan lahir nanti, kita akan kesana. Sekarang ayo kita tidur". Sampai akhirnya mereka berdua sudah terlelap.

Pagi sudah kembali datang. Adlan membuka matanya perlahan dan meraba sisi ranjang ternyata sudah kosong. Ia bangkit dan mencari istrinya yang ternyata sudah di dapur untuk memasak. Tapi ada yang aneh, Nisa tampak beberapa kali membungkuk dan melebarkan kakinya itu.

Tangan kirinya juga terus mengurut pinggangnya. Adlan mengampirinya, memeluk istrinya dari belakang. Menangkupkan tangan besarnya pada perut bulat istrinya. Nisa tampak terkejut tapi ia sadar bahwa itu suaminya.

"kenapa perutmu kencang sekali Nisa? Tidak seperti tadi malam". Adlan mengelus perut itu pelan. " entahlah mas, aku juga merasakan tidak nyaman. Pinggangku jadi sakit dan vaginaku jadi basah dan lengket". "apakah kamu akan melahirkan?" Nisa hanya menggeleng "aku tidak tahu mas, tapi jika diingat tanda-tandanya sepertinya iya". "baiklah sayang, mari kita sarapan duli, setelah itu aku akan mengeceknya.

Aku dulu pernah melihat beberapa video saat dengan temanku" Nisa yang mendengar itu segera menatap suaminya "jadi kamu sudah pernah melihatnya ya. Baiklah". Adlan mencium bibir istrinya "hahahah jangan marah sayang, itu dulu saat aku belum melihat milikmu" jawaban itu mendapat cubitan dari Nisa yang membuat Adlan mengaduh. "ampun sayang, ayo kita makan. Dan kita lihat apakah si kecil ini sudah ingin keluar".

Selesai sarapan Nisa merasakan perutnya semakin sakit, celana dalamnnya sudah lengket dan basah oleh lendir. Nisa kemudian pergi ke kamar mandi dan disusul oleh suaminya. Nisa duduk di kursi dan Adlan mulai melepas celana dalam itu. Dan benar saja, celana dalam itu sudah sangat basah oleh lendir. Adlan mengambil tisu dan mulai membersihkan vagina istrinya. Vagina itu tampak kemerahan dan berkedut pelan.

Adlan menahan dirinya agar tidak tergoda dan menatap wajah istrinya yang tampak kesakitan. Saat lendir itu sudah bersih, Adlan mencuci tangannya dan memasukkan 2 jarinya pada vagina istrinya. "sepertinya ini sudah sekitar 6 cm Nisa. Jariku sudah lebar di dalam sana. Ayo kita ke sungai sekarang. Sepertinya si kecil memang akan lahir". Nisa mengangguk, menurunkan dressnya kemudian bangkit dibantu Adlan.

Mereka sudah sampai disungai. Adlan meletakkan alas hitam untuk tempat kelahiran bayinya. Nisa sudah telanjang dan mulai berjongkok di atas alas itu. Selama perjalanan tadi, Nisa sudah mengeluh ingin mengejan. Sepertinya bayinya semakin turun saat ia berjalan. Sekarang, dengan posisi jongkok kontraksinya semakin sakit dan ia benar-benar ingin mengejan." Mass..aku inginn eengghhh...ahhhh..ohhh.." ejanan pertama Nisa. Adlan membiarkan Nisa meriklekskan tubuhnya. Ia menatap Nisa dengan senyum manisnya "kamu bisa sayang, kita akan segera bertiga". Nisa mengangguk "eengghhh..oohhh..eengghhh" ejanann kedua Nisa berhasil membawa kepala itu keluar sedikit. "aku memegangnya Mas. Dia disini eenggghhh...aahhhh".

Tangan kecil Nisa menangkup kepala besar anaknya. Nisa kembali mengejan "eenngghh..huh.huh.eenngghhh..ohhhh" dan Pluk kepala bayi itu lahir sempurna. Nisa mengubah posisi menjadi terlentang.

"Mas. Anak kita". Nisa benar-benar bahagia. "Mas, bantu tarik kepala eengghhh..nya MMass..eennggghhh..dia datang mas eennggghhhh" Nisa berteriak.

Teriakan kencang Nisa berhasil membawa bahu itu perlahan merosot dan keluar dari vaginanya. "sekali lagi sayang, dan kamu akan memeluknya". Nisa kemabli mengejan "eengghhh..aahhhh" dan bayi itu keluar sempurna dari tubuh Nisa. Adlan segera meletakkan bayi merah itu di dada istrinya.

"dia jagoan kita sayang. Sangat tampan" Adlan menoel pipi anaknya sayang. Bayi merah itu tampak sibuk menyusu pada payudara ibunya. "terimakasih sayang. Aku mencintaimu". Hari yang panjang itu di akhiri dengan lengkapnya keluarga Nisa dan Adlan.

END

BirthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang