Gema litani berdengung di penjuru semesta.Segala isinya merapalkan do'a.
Wanodya-nya harus kembali.
Permata nista harus segera pergi.
Runyam,
Semuanya diam.
Tidak boleh ada yang bertindak melebihi batas.
Atau,
Wanodya ini mati.
Kidung kesedihan terdengar lirih dari pelosok.
Mengapa tuan begitu kejam?
Mengapa wanodya belum sadar?
Sabitah masih menjadi saksi,
Yang bisu.
Tidak mampu melakukan apapun.
Lantas, kapan arunika akan terbit kembali?
Membawa Sang bayu untuk menghempas lepas Adarusa serakah yang keji.
Semua kembali tertunduk,
Berharap nestapa runyam ini segera lari dari cakrawala derana yang remuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wanodya Patah Hati
Poetry"Semua terasa nyata, hadir dalam balutan taksa" -Wanodya, dari kala sesal.