PRESENZA; 03

12 1 0
                                    

Altara duduk di kursi tunggu, di dalam Dokter sedang memeriksa Farelia. Altara sudah menghubungi Nerio karena Nerio orang terdekat Farelia yang Altara tahu.

"Gimana Arel?!" tanya Nerio datang dengan napas masih terengah-engah.

"Lagi diperiksa dokter."

"Gila lo, Al! Kalau sampai Arel kenapa-napa gue habisin lo!" ucapnya memberi peringatan.

Altara sudah sangat berharap jika dirinya yang akan tertabrak. Tetapi malah gadis itu yang pingsan.

Dokter keluar dari ruangan tempat Farelia diperiksa, "Kalian teman dari Farelia?" tanya Dokter itu.

"Iya saya temannya, Dok. Bagaimana keadaan teman saya, Dok?"

"Teman kalian baik-baik saja. Cuma mengalami syok dan pingsan. Kalian bisa masuk, saya tinggal dulu ya."

"Terimakasih dok."

Nerio langsung masuk ke dalam memastikan keadaan Farelia sedangkan Altara kembali duduk dengan kekesalannya .

"Rel, lo gapapa? Ada yang sakit?" tanya Nerio beruntun.

"Gue gapapa kok,"

"Syukur deh."

"Tapi kok lo tahu gue pingsan terus dibawa kesini?" tanya Farelia bingung.

"Alta yang hampir nabrak lo dia juga yang ngasih tau gue." jelas Nerio.

Farelia bergeming tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Tapi mungkin itu juga kelalaiannya yang tidak hati-hati saat akan menyebrang.

"Tadi gue juga ga liat-liat waktu mau nyebrang. Bukan sepenuhnya salah dia." ujar Farelia menyakinkan.

"Gue beliin makan ya, pasti lo belum makan."

Saat keluar dari ruangan Nerio menemukan Altara masih duduk sambil menunduk. Nerio tidak akan bisa menghabisi Altara bagaimanapun keadaannya. Altara itu sebenarnya rapuh tapi selalu memakai topeng sok kuatnya. Nerio tahu semua yang dialami Altara.

Nerio penepuk pundak Altara, " Makasi Al udah bawa Farelia kesini. Dia baik-baik aja."

Altara tidak menjawab.

"Dia baik-baik aja jadi lo gak bakal gue habisin."

Altara tersenyum sarkas menertawakan sahabatnya ini.

"Al gue nitip Arel ya, gue mau cari makan bentar." kata Nerio pada Altara dan mendapatkan anggukkan kepala oleh Altara.

Perlukah Altara meminta maaf? gadis itu juga bersalah karena menyebrang tidak menengok kanan kiri. Sudah cukup bukan menolongnya membawa gadis itu ke klinik Altara sudah bertanggungjawab. Altara rasa itu sudah cukup gadis itu juga baik-baik saja jadi Altara tidak perlu meminta maaf.

Setelah Nerio kembali Altara akan segera pergi. Malas sekali menunggu gadis yang tidak ia kenal.

⛱⛱⛱

Mentari muncul dengan sengatan hangatnya. Ya pagi ini sangat cerah tetapi tidak secerah raut wajah gadis dengan rambut berwarna kecoklatan. Menatap sedu seseorang yang baru saja datang dengan motor berwana hitamnya.

Sejak motor Altara memasuki perkarangan sekolah Sherin terus mengamati laki-laki itu tanpa terlewat satupun. Sherin merindukan bagimana laki-laki itu mengucapkan selamat pagi dengan senyum manisnya. Memasangkan dan melepaskan helm untuknya. Memberinya susu kotak rasa coklat. Tapi sekarang laki-laki itu seperti tidak mengenalnya. Atau lebih parahnya benar-benar sudah melupakan dirinya.

PRESENZATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang