WARNING!
Konten mengandung unsur thriller!
Mohon bijak dalam membaca.
🍁
"Arrrggghhhh ...." Jeritan seorang wanita paruh baya disebuah lorong di jalan yang jarang dilewati orang-orang. Dengan susah payah ia bernapas dengan terengah-engah. Napasnya kian memburu semakin sesak, irama jantungpun tidak beraturan lagi. Ia sangat ketakutan, keringat bercucuran bercampur dengan darah yang mengalir menyusuri wajahnya.
"K-kumohon ... lepas ... kan ... aku," rintih wanita pada Pria yang sedang memegangi lehernya. Seringaian senyum tajam yang dilontarkan Pria itu membuatnya semakin merasa ketakutan. Ia harus minta tolong. Ia tidak boleh mati begitu saja, ada keluarga yang sedang menunggu kedatangan dirinya di rumah. Ia harus selamat, tapi tidak ada seorangpun yang bisa memberikan pertolongan untuknya. Tempat ini sangat sepi. Seakan semesta mendukung bahwa wanita ini harus mati ditangan pria psikopat. Dia bersusah payah berbicara, memohon agar pria itu melepaskannya kali ini, tapi pria psikopat itu dan takdir tidak mengizinkannya unuk selamat hari ini.
"Kk ... ku ... mo ... hon," rintih wanita itu. Dengan napas terakhir akhirnya ia meninggal dengan sekali cekikan dari si Pria itu.
Ia tidak kenal ampun. Ia menyiksanya tak kenal ampun, setelah puas bermain-main dengan menyiksa wanita itu, ia akhirnya membunuh wanita tidak berdaya itu dengan sekali cekikan yang sangat mematikan.
"Nah begini 'kan enak, pekerjaanku jauh lebih mudah kalau kamu juga mati dengan mudah. Dasar tidak berguna!"
"Sialan!" pekiknya dengan tatapan yang tajam dan ia menendang wanita yang sudah meninggal itu dengan kakinya tanpa rasa ampun. Ia pun lalu pergi meninggalkan lorong itu dengan senyuman yang menakutkan.
___
Happy Reading :)💙
KAMU SEDANG MEMBACA
EPIPHANY
Teen Fiction🔥✅Proses revisi On going♥ • Sekarang dibandingkan kalau aku bilang aku baik-baik saja, itu tidak benar. Karena aku merasa diriku seperti mati rasa -Kayrala Lyra Amartha. • Aku ingin berhenti melakukan itu. Ajari aku agar bisa berhenti melakukan itu...