EI 1 [Sosok]

394 188 115
                                    

"Al, lo dimana? Udah masuk nih," ujar sahabatnya di seberang sana.

"Ruang OSIS. Iya bentar gue ada urusan," jawabnya.

"Cepet!"

Ia menutup panggilan telepon lalu langsung bergegas pergi ke kelas setelah membereskan dokumen-dokumen yang tertumpuk. Entah dokumen apa saja itu.

🍁

Brakkk!!!

Suara pintu didobrak oleh dua siswa cowok berbadan besar yang dikenal pemilik geng motor dari kelas 12, mereka adalah Leo ketua geng motor yang terkenal di SMA Raya dan Gerald wakilnya.

Mereka membawa seorang cowok dari kelas 11, dia adalah Nico siswa nakal yang sudah membuat kesepakatan dengan Leo. Saat pintu terbuka, suasana di ruang OSIS tiba-tiba hening.

"Tolong urus dia," kata Leo sambil mendorong seorang siswa kelas 11 dengan kasar hingga tersungkur ke lantai.

Di ruang OSIS hanya ada mereka dan seorang laki-laki yang memakai slayer di tangan kirinya. Wajah dengan rahang tegas juga tatapan yang tajam membuatnya makin misterius.

Ia sedang duduk sambil memainkan ponsel yang dipegang, sesekali pandangannya teralih melihat orang-orang yang ada di depan.

Lelaki itu bangkit dari duduknya lalu mengambil tisu yang ada di meja. Ia mendekat ke arah Leo sambil memberikan tisu itu.

Leo hanya memandang sosok laki-laki di depannya dan memandang tisu itu secra bergantian, ia mengerutkan dahi bingung dengan tingkah laki-laki yang ada di depannya itu.

Jelas saja Leo bingung, laki-laki di depannya ini sungguh sangat acuh pada orang lain. Leo pernah menawarkan padanya agar ia bergabung dengan geng motornya, tapi ia itu malah menolak ajakan Leo.

**Flashback on

"Cara lo menangin balap motor tadi keren!" ujar Leo kagum melihat laki-laki yang berusia lebih muda 2 tahun darinya.

"Lo punya motor dan jago balapan juga, lo cocok gabung sama geng motor gue," tambahnya lagi sambil tersenyum ramah.

Laki-laki itu diam saja tanpa menghiraukan ocehan Leo daritadi. Ia berpikir lebih penting mengelap motor kesayangannya itu daripada harus menanggapi kalimat-kalimat tidak berguna yang keluar dari mulut Leo.

Ia tampak malas meladeni Leo yang bersikap sok akrab dengannya.

"Gue ngajak lo bicara tau. Kok diem ajah?" tanya Leo.

Laki-laki itu masih saja fokus mengelap motor yang telah digunakannya selepas dipakai untuk balap liar.

Leo lagi-lagi mengajaknya bicara, "Gue tanya sekali lagi, lo mau gak gabung sama geng motor gue?"

Laki-laki itu lagi-lagi mengabaikan ocehan Leo. Ia memandang Leo sekilas lalu kembali fokus mengelap motor miliknya.

"Mau nggak?" Leo kembali bertanya memastikan.

"Apa untungnya ada di bawah naungan lo?" tanyanya sambil mengelap motor.

"Lo bisa terkenal dan setelah lo masuk geng motor gue. Gue pastiin lo gak bakal kekurangan apapun," jelasnya.

"Cih."

"Kenapa? Apa tawaran gue bikin lo kurang berminat masuk geng motor gue? Gue udah ajak lo berkali-kali dengan tawaran yang orang lain pasti bakal ambil tanpa pikir panjang. Tapi, lo selalu aja nolak. Kenapa?"

Ia memandang ke arah Leo datar, "Gue bukan orang lain."

Gue bayangan seseorang yang udah lama tenang. Gue bakal bikin orang itu gusar dan menguasai dirinya lagi. Saat itu terjadi, itu bakal jadi hal yang lebih menarik dibandingkan bergabung dengan geng motor lo itu.

EPIPHANYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang