Day 1: A World Made From Chaos

477 43 12
                                        

Pair : Soukoku
Genre : Angst Dystopian
Prompt : World War AU
Warn : 18+BL, underage.

——————————————

A World Made From Chaos
Chapter 2

0—

Perjalanan Menyintas Gurun

Di ujung-ujung mimpi Chuuya hanya mengingat hari-hari kelabu bersama ayah dan ibu, di pemukiman padat dengan orang-orang yang diatur seperti boneka. Hidup itu buruk. Lebih buruk dari berjalan mengelilingi padang pasir dengan perut lapar dan paru-paru yang terbakar. Membuat jamuan dan menjajakan badan pada orang-orang yang duduk menikmati anggur dan air susu, kehidupan seperti itu adalah sampah bagi keluarga kecil Chuuya yang payah. Melihat kota yang hancur seperti ini sedikit banyak membuat hatinya berharap agar tempat itu juga mengalami hal yang sama.

"Kau siap?"

Mereka pergi dengan bekal secukupnya tersusun di ransel lusuh yang masih layak pakai. Chuuya tidak menyangka anak itu memiliki pistol berkaliber nol koma sembilan mili di sakunya dan mereka beruntung mendapatkan sebuah motor butut yang masih bisa menyala di salah satu gudang bawah tanah gedung-gedung reyot.

"Ayo pergi," air tegukan kedua karena Chuuya harus berhemat. Dia tidak menyangka perjalanan akan berlangsung tiga hari menuju sumber bahan bakar yang diucapkan Osamu. Bukannya Chuuya tidak tahan lapar dan haus, ia hanya memikirkan seluruh naluri penjahat yang mungkin muncul. Apa yang mereka pikirkan jika ada orang yang pergi dari suatu tempat dan kembali ke tempat yang sama selain pendapat bahwa tempat itu menyimapan sesuatu yang berharga dan membuat nyaman? Chuuya yakin mereka akan menghadang dan setengah minggu perjalanan cukup membahayakan.

Motor kembali dihidupkan dan anak itu naik di belakang Chuuya. Menggunakan masker serta sorban di kepala, ia melingkarkan tangan dan mulai menikmati perjalanan. Angin kering sedikit banyak masuk ke mata. Mungkin Chuuya yang sepuluh tahun lebih bergelut dengan dunia sudah terbiasa, tapi Osamu hanyalah anak manja yang hidup enak di dalam laboratorium dan beruntung bertemu dengan pengelana baik seperti Chuuya.

"Seperti apa bahan bakar yang akan kita ambil?" Dengan sedikit berteriak Chuuya bertanya.

"Sesuatu seperti aki," Osamu ikut mengeraskan suara, "Tapi intinya dari hidrogen."

"Kau jenius ya?"

Kata-kata itu meluncur dengan ringan dari mulut Chuuya bahkan ia tidak sadar sampai Osamu membalas, "Kau tahu apa itu hidrogen, kan?"

"Kau pikir aku bodoh, hah?!"

"Kau mau membantu orang mencurigakan sepertiku, aku juga ragu kau ini baik atau bodoh."

Chuuya hampir menginjak rem dan membuat anak itu terpental, namun ia urung. "Kalau kau menipu aku hanya harus membunuhmu, kalau kau jujur aku dapatkan hidup amanku. Sederhana."

"Begitu, ya.."

Kota terlewati dalam tiga puluh menit hingga mereka sampai ke dataran pasir yang dulunya mungkin adalah rute panjang antar negara. Perbekalan seharusnya cukup untuk tiga hari pergi, namun pulang, mereka harus bekerja keras menjarah makanan di kota-kota yang akan disinggahi atau berdoa lebih banyak agar bertemu orang-orang yang bisa dirampok.

Malam ini tempat menginap adalah sebuah gua yang terbuat dari reruntuhan bangunan di tengah-tengah pelabuhan. Besi-besi dan beton yang berserakan di jalan akan menghambat perjalanan maka Chuuya mengikuti insting untuk berhenti. Bara api kecil dimatikan ketika malam semakin gelap sebab mereka waspada sedang tidak sendirian di wilayah ini.

Aglio LatibuleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang