•Dindingku yang runtuh•

3 0 0
                                    

Februari tanggal 3.

Acara festival pun di mulai. Acara ini di laksanakan selama 3 hari. Aku dan teman-teman melakukan tugas masing-masing. Aku mengontrol setiap perlombaan dan daftar hadir para peserta.

"Kak, habis lihat daftar hadir?" Tanyaku kepada kakak kelas yang satu divisi denganku.

"Iya aku udah lihat, nanti kalau ketemu kak Angga atau kak Aan.. aku kasih tahu" Ujar kakak kelasku.

"Ok kak makasih" Ujarku tersenyum.

"Sama-sama, aku kesana ya"

"Iya kak"

Aku baru berjalan melewati tempat daftar hadir, berniat mengecek tempat perlombaan yang lain. Tiba-tiba,

"Liza!"

"Eh, kak Angga" Aku terkejut.

"Kamu udah lihat daftar hadir belum?" Tanya kak Angga.

"Barusan kak Nisa dari sana, jadi aku nggak lihat... Kak Nisa baru mau ketemu kakak buat ngasih tahu" jawabku.

"Ohh, yahh aku nggak ketemu" dia nyengir manis banget.

"Aku cek dulu ya kak" Ujarku sambil nunjuk tempat daftar hadir.

"Ayo deh bareng aja" Kak Angga berjalan duluan.

Aku tersenyum sekilas, merasa kak Angga tidak pernah lelah. Dia juga murah senyum, aku suka senyum manisnya. Hari-hari kemarin kami lewati bersama dengan se santai mungkin. Persiapan festival yang sangatlah melelahkan. Aku bersikap santai supaya tidak ada rasa canggung. Lama-lama aku merasa nyaman berada di sampingnya, seperti saat ini.

Apa masih sebatas perasaan kagum?

"Udah semua kak?" Tanyaku.

"Udah, Alhamdulillah. Walaupun ada yang batalin sih" Jawab kak Angga.

"Wah sayang-sayang" Ujarku.

"Iya" dia tersenyum.

Kak Angga berbincang dengan kakak alumni yang lain. Aku yang baru sadar kalau Jeje juga sedang di tempat ini, ternyata sudah ketawa-ketiwi melihatku.

"CIEE apaan tuh? Ngontrol bareng ceritanya?" Tanya Jeje yang lagi nyengir kuda.

"Hissh Jee, jangan gitu dehh. Cuman nggak sengaja ketemu" Jawabku.

"Oke siap komandan, semoga kencan dadakannya membahagiakan" Jeje pergi meninggalkanku sambil tertawa.

Kencan apanya, hisshh Jeje nyebelin.

"Liza, yuk ke kantor kita nempelin ini" Ajak kak Angga yang membawa kertas print an.

"Ok kak" Aku berjalan berdampingan dengan kak Angga menuju kantor.

Sesampainya di kantor, kak Angga mengeluarkan bingkisan hadiah dan map kosong. Lala yang juga sedang di kantor ikut membantu Kami. Kami menempelkan kertas print an yang tadi di bawa kak Angga. Aku duduk di samping kak Angga, sedikit berbincang mengenai acara hari ini. Aku rasa acara kali ini sukses. Aku tersenyum sambil memotong double tip kecil-kecil, dan memberikannya ke kak Angga.

"Kenapa? Kok senyum terus" Tanya kak Angga.

"Oh... Lagi seneng aja kak" Jawabku.

Kaget ternyata diperhatiin

"Seneng?" Ujarnya bingung.

"Haha, kakak juga suka senyum kan? Kenapa tuh" Tanyaku balik.

"Biar keliatan nggak capek" Jawabnya yang di tambah cengiran khasnya.

"Aku juga deh kalo gitu, biar keliatan nggak capek" Ujarku tertawa.

"Ngikutin" Ujarnya singkat.

"Ihh kak Angga sama Liza lucu nih, aku fotoin tadi" Ujar Lala tiba-tiba.

Aku dan kak Angga melihat foto yang baru saja di ambil oleh Lala. Di foto itu terlihat aku yang tersenyum dan kak Angga yang memperlihatkan gigi ratanya kepadaku.

Aku tertawa senang dengan foto itu, mungkin aku benar-benar telah jatuh. Hati ini begitu berbunga-bunga, sudah lama aku tidak merasakan kebahagiaan ini bersama seorang laki-laki. Aku terbiasa dengan sahabat-sahabatku, tanpa memikirkan hidupku yang telah remaja. Ku lirik kak Angga, ia tampak senang dengan foto itu.

Apa aku pantas berharap?

Kak Angga tersenyum ke arahku. Deg!

"Nanti kita foto bareng-bareng ya anak acara" Ujar kak Angga.

"Siap kaak"

Walaupun otakku tidak ingin berharap, namun hatiku yang menginginkannya. Maaf kak Angga.

-
Votement:)

Sebatas harapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang