•Malam yang indah•

1 0 0
                                    

Malam ini sangat lah melelahkan. Namun aku menerimanya dengan lapang dada. Kenapa aku setegar ini? Karena aku sadar, bersamanya begitu menyenangkan. Ada hal baru yang aku rasakan. Seindah ini rasanya. Perasaanku terus meluap merasakan perhatian dan senyum manisnya. Apa benar ini terakhir aku bertemu dengannya? Hanya di sekolah ini aku di pertemukan. Apa aku tidak boleh menemuinya nanti? Aku harap ini adalah malam yang panjang. Agar aku bisa menikmati detik-detik di antara kita.

"Za!" Aku menengok ke arah suara. Ternyata Jeje yang sudah berada di belakang panggung bersama Dini.

"Kenapa?" Tanyaku menghampiri mereka.

"Mau liat perkembangan cinta sahabatku doang sih" Jawab Dini sambil lirik-lirik ke belakangku.

"Apaan sih, ini juga nyari siapa sih?" Ujarku bingung.

"Nyari Kak Angga, eh itu Za! Lagi liat sini" Ujar Dini yang menunjuk dengan lirikan matanya.

Aku spontan membalikkan badan mengikuti arahan Dini. Ku lihat Kak Angga yang melihat ke arahku. Dia tersenyum sekilas dan kembali mengurusi tugasnya lagi. Aku langsung membalikkan badanku lagi, bisa ku rasakan wajah ini memerah.

"Ciahh, malu mbak?" Jeje mendorong pundakku pelan.

"Serius tadi senyum liat sini?" Tanya ku masih belum percaya.

"Iya SAYAAANGG" Dini memegang kedua pipiku lalu mencubitnya.

"Sakit Din!" Aku cemberut, merasa senang tapi malu.

"Dah, balik gih. Mau ngenggilir piala ke panggung kan?" Ujar Jeje.

"Oh iya, dih emang aku?"

"Iya udah, kamu aja sanaa" Dini mendorongku menjauh.

Aku kembali fokus pada tugasku. Aku mengambil tas-tas hadiah membawanya ke samping panggung. Host membacakan para pemenang lomba. Tiba-tiba Lala mengambil seluruh tas yang kubawa. Aku memasang wajah bingung.

"Peserta dari sekolah SS nggak hadir. Kamu yang wakilin ambil piala ya" Ujar Lala serius.

"Ih malu La, kenapa nggak kamu?"

"Udah kamu aja, cepet-cepet itu udah di panggil" Ujarnya lagi.

Aku langsung gelagapan bingung harus naik panggung atau tidak. Ku lihat Kak Angga juga naik panggung, mungkin mau bagiin hadiah di atas panggung (pikirku). Aku menghela nafas, lalu berjalan menuju panggung mengikuti langkah Kak Angga. Ketika aku berada di atas panggung, kulihat Jeje dan Dini sudah ketawa-ketawa melihatku berada di panggung bersama Kak Angga. Kilat kamera menyilaukan kami. Aku mengambil piala yang di serahkan oleh guruku, setelah itu guru tersebut memberikan piala satunya lagi kepada Kak Angga. Deg.

Kak Angga juga ngewakilin?

Kami menghadap ke arah kamera dan berfoto bersama guruku. Kami tersenyum memegang piala bohongan kami hehehe. Kenangan ini pasti ku ingat selalu. Mungkin kalau ada peserta pemenangnya, aku tidak merasakan hal lucu seperti ini. Kenangan sepihak sih, hal seperti ini biasa bukan? Namun bagiku ini sangatlah menyenangkan untuk di ingat. Kulihat Jeje dan Dini yang masih tertawa memperhatikan aku dan Kak Angga.

Awasss kalian!

Aku turun panggung, menghela nafas lega. Kulihat Lala yang mengacungkan jempol ke arahku. Aku tertawa sambil memberikan piala yang ku ambil tadi. Aku pergi menuju belakang panggung untuk minum. Ku rasa ada yang mengikuti arahku. Aku pun membalikkan badan.
Kak Angga!

"Mau kemana?" Tanyanya.

"Mi minum! Ambil minum" Jawabku gugup.

"Ohh, yaudah minum" Ujarnya tersenyum lalu meninggalkanku. Aku tidak tahu dia mau kemana, yang membuatku bingung adalah wajah bingungnya. Barusan itu dia kenapa?
Dan mau kemana?

Setelah aku membingung-bingungkan diri, akhirnya acara segera selesai. Aku pergi menuju tempat Jeje dan Dini duduk. Seluruh panitia mulai berfoto-foto. Kulihat banyak yang berfoto dengan kakak alumni sekolahku. Aku langsung menggelengkan kepala tanda tetap fokus.

"Hey" Panggilku.

"Ooh ini pemenang Qira'ah dan Shalawat hahaha" Ujar Jeje yang masih ketawa garing. Bukan hanya Jeje dan Dini yang menertawaiku, teman kelasku pun tertawa ketika aku melewati mereka.

"Aamiin, makasih yaaa" Aku sudah males menanggapinya.

"Bareng Kak Angga loh Zaa" Dini menambahi.

Aku merasa panas mengingat kejadian tadi. Bukan di atas panggung, tapi di belakang panggung.

"Zaaa ayo foto! Kamu nggak mau foto sama Kak Angga?" Ajak Jeje yang nunjuk ke arah Kak Angga yang sedang berfoto-foto.

"Malu ah" Aku duduk di kursi penonton, enggan beranjak dari tempat ini.

"Ayolaah, kok malah duduk. Biar ada kenangan" Dini menarikku berdiri. Aku pasrah mengikuti arah kedua sahabatku ini. Aku harap malam ini berpihak padaku, sehingga apa yang ku lakukan menjadi baik nantinya.

-
Bersambung
Jangan lupa votement ya💕

Sebatas harapanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang